Orasi Ilmiah Prof. Himasari Hanan: Arsitektur Vernakular dalam Konsep Keberlanjutan
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id — Prof. Dr. Ing. Ir. Himasari Hanan, M.Arch., Eng., menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul “Arsitektur Vernakular: Tradisi Lokal untuk Keberlanjutan Global” pada Forum Guru Besar ITB yang digelar Sabtu (17/9/2022).
Prof. Himasari merupakan anggota Kelompok Keahlian Sejarah, Teori, dan Kritik Arsitektur pada Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK). Pendidikan arsitektural Prof. Himasari dimulai sejak beliau meraih gelar insinyur dari ITB pada tahun 1980. Kemudian melanjutkan studi master di KU Leuven, Belgia dan studi doktoralnya di Kassel University, Jerman. Perempuan yang hobi membaca dan jalan-jalan ini merupakan satu-satunya guru besar wanita dari SAPPK.
Dalam orasinya, Prof. Himasari menjelaskan bahwa arsitektur vernakular diartikan sebagai desain bangunan dan lanskap yang bersifat khas pada suatu daerah karena adanya aturan yang sifatnya lokal. Di Indonesia, arsitektur vernakular sering disebut sebagai arsitektur tradisional. Hal ini dikarenakan sifat dan karakteristik arsitekturnya mengacu pada tradisi budaya maupun adat dari suatu suku atau etnis tertentu.
Prof. Himasari menjelaskan, “Sebagian cendekiawan arsitektur mengaitkan arsitektur vernakular dengan bangunan rumah tinggal di daerah perdesaan yang terkadang disebut sebagai arsitektur rakyat. Sebagian lainnya mengartikan sebagai arsitektur dari masyarakat asli di suatu daerah tertentu.”
Pembangunan dalam konteks arsitektur vernakular biasanya memperhatikan ketersediaan sumber daya yang terbatas. Masyarakat dituntut untuk menggunakan sumber daya secukupnya sebagai bentuk perwujudan kearifan lokal. Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan selalu dijaga dalam kerangka konservasi yang diatur secara komunal dalam bentuk kesepakatan maupun hukum adat.
Lebih lanjut Prof. Himasari menambahkan bahwa arsitektur vernakular merupakan manifestasi pemahaman masyarakat terhadap alam semesta dan kehidupan manusia. Dalam konsep ini, manusia berusaha menciptakan lingkungan tempat tinggal yang teratur sebagai perlindungan dari alam semesta yang liar.
Konsep Rumah dalam Arsitektur Vernakular
Rumah secara filosofis dimaknai sebagai tiga lapis alam semesta. Atap merepresentasikan dunia atas tempat tinggal leluhur dan nenek moyang. Badan rumah sebagai bumi di mana manusia hidup dan bertempat tinggal saat ini. Sedangkan kolong rumah merupakan representasi dunia bawah tempat hewan peliharaan dan penyimpanan barang-barang.
“Rumah dan lingkungan tinggal adalah imago mundi, yaitu citra tentang dunia kehidupan penghuninya. Sehingga rumah adalah replika dari alam semesta tempat manusia berada,” tuturnya.
Arsitektur vernakular cenderung merujuk pada sistem hirarkis, di mana permukiman didirikan oleh pemimpin kelompok yang kemudian akan memiliki status sosial yang lebih tinggi. Perwujudan status sosial yang berkembang kemudian diekspresikan dalam bentuk modifikasi ruang tinggal. Arah matahari dan mata angin sering dijadikan patokan untuk bangunan yang memiliki fungsi sosial khusus atau dianggap sakral. Wujud fisik maupun nilai filosofis bangunan merupakan cerminan dinamisasi sistem sosial dalam suatu kelompok masyarakat.
“Arsitektur menjadi ekspresi dari narasi kehidupan sosial penghuni terhadap eksistensinya dalam kelompok. Melalui arsitektur, setiap individu dalam kehidupan sehari-hari diarahkan dan dipersatukan dengan kelompoknya untuk membentuk tradisi budaya,” ujar Prof. Himasari.
Desain vernakular pada lingkungan tinggal memuat tiga komponen pembentuk, yaitu permukiman, bangunan rumah, dan ruang luar. Permukiman dengan nilai-nilai vernakular selalu mengedepankan sistem kolektif dan kekerabatan.
Rumah dipandang sebagai media penurunan nilai-nilai kehidupan melalui pembatasan perilaku pada setiap ruang di dalamnya. Aturan penggunaan ruang ditentukan oleh sistem keluarga dan sistem sosial yang berlaku secara umum. Di sisi lain, ruang luar rumah digunakan sebagai tempat kegiatan interaksi sosial anggota masyarakat.
Arsitektur vernakular menjadi inspirasi dalam meningkatkan kepekaan manusia terhadap posisinya melalui pengalaman ruang yang relevan. Dari konsep ini pula ruang yang berskala manusia dapat diwujudkan untuk menjamin hubungan sosial dan interpersonal yang intensif antaranggota masyarakat. Pola dasar arsitektur vernakular diciptakan melalui ekspresi identitas, karakter, dan unsur kehidupan masyarakat sehari-hari dalam kerangka sense of place. Berbagai konsep arsitektur vernakular ini sudah seharusnya dijadikan pertimbangan oleh para arsitek masa depan dalam mewujudkan desain yang tidak hanya estetik, namun tetap berkelanjutan dan berkemanusiaan.
Reporter: Hanifa Juliana (Perencanaan Wilayah dan Kota, 2020)