Pengabdian Masyarakat GEA ITB: Revitalisasi Wisata hingga Penyediaan Air Bersih

Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh


BANDUNG BARAT, itb.ac.id – Himpunan Mahasiswa Teknik Geologi ‘GEA’ ITB menggelar puncak kegiatan Geohumanisme 2024 pada 16-17 November 2024 di Desa Wangunsari, Kecamatan Sindangkerta, Kabupaten Bandung Barat. Dalam acara pengabdian masyarakat yang rutin dilaksanakan setiap tahun ini, mahasiswa melaksanakan live-in, tinggal dan berbaur dengan masyarakat. Selama dua hari pelaksanaan, mahasiswa ITB bersama warga desa bersama-sama membangun desa, mulai dari revitalisasi wisata hingga melakukan program penyediaan air bersih di salah satu sekolah.

Pada hari pertama, mahasiswa bersama warga meresmikan Curug Gawang sebagai destinasi wisata lokal. Curug ini dulunya masih kurang terkelola, namun kini telah direvitalisasi dengan perbaikan akses menuju lokasi utama.

“Yang kita lakukan, pertama, kita berkolaborasi dengan Ikatan Pemuda Pemudi Desain Grafis (IPPDIG) DKV ITB. Kita coba buat way finding, semacam penunjuk arah lokasi ke curug. Lalu, di Curug Gawang kita juga pasang plang rawan longsor di area-area yang kita identifikasi memang ada potensi longsor. Berikutnya, awalnya belum ada jembatan. Jadi, misal kita mau pergi ke curug, harus melewati sungainya yang arusnya cukup deras. Akhirnya, bersama warga berkolaborasi membuat jembatan dari bambu. Selain itu, ada beberapa lokasi yang agak licin waktu hujan, kita tambahkan handrail. Lalu ada juga pemasangan papan informasi mengenai Curug Gawang itu,” ujar Zidan Fikri Maulana (GL, 21), Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan Geohumanisme 2024.

Selain itu, mereka melakukan peresmian sumur bor di SMPN 2 Sindangkerta yang menjadi langkah penting dalam memenuhi kebutuhan air bersih. Selama ini air bersih menjadi kendala besar di sekolah tersebut.

Sumur tersebut tidak hanya memberikan solusi bagi siswa dan guru, tetapi juga masyarakat sekitar yang sebelumnya harus membeli air bersih.

Berdasarkan hasil survei geolistrik yang dilakukan, lokasi pengeboran dipilih berdasarkan analisis resistivitas tanah untuk memastikan keberadaan sumber air.

Pada malam harinya, suasana semakin semarak dengan digelarnya pasar malam. Kegiatan ini mempertemukan warga dan mahasiswa dalam nuansa santai, menghadirkan hiburan, kuliner, serta kesempatan untuk mempererat hubungan.

Hari kedua berfokus pada edukasi dan pelatihan lingkungan. Salah satu program unggulan adalah pembuatan ecoenzyme, cairan multifungsi hasil fermentasi limbah organik. Pelatihan ini melibatkan ibu-ibu PKK Desa Wangunsari. Mereka diajarkan cara mengolah sisa buah dan sayur menjadi produk yang bermanfaat, seperti pestisida alami, pembersih alami, sekaligus membantu mengurangi limbah rumah tangga.

Mahasiswa juga mengajak warga untuk menjelajahi Curug Gawang, menikmati hasil kerja keras bersama. Dengan suasana alam yang asri, revitalisasi ini tidak hanya membawa manfaat ekonomi tetapi juga memberikan ruang rekreasi baru bagi warga desa.

Kegiatan live-in ini sekaligus menjadi penutup dari rangkaian panjang Geohumanisme 2024, yang sebelumnya melibatkan sesi pelatihan dan survei lapangan. Kegiatan ini juga merupakan hasil kolaborasi dengan berbagai himpunan di ITB, termasuk GEA, Ikatan Mahasiswa Geodesi (IMG), Himpunan Mahasiswa Teknik Geofisika (HIMATG) ‘TERRA’ ITB, Ikatan Pemuda Pemudi Desain Grafis (IPPDIG) DKV ITB, dan Himpunan Mahasiswa Farmasi (HMF) Pharmanova.

“Kami berharap warga desa bisa terus menjaga dan mengembangkan apa yang sudah sama-sama kita mulai. Warga semakin aktif, baik dalam kegiatan formal seperti rapat atau menjaga keamanan, maupun dalam aktivitas santai seperti olahraga bersama. Dengan begitu, desa bisa menjadi tempat yang lebih hidup dan menarik, tidak hanya untuk warganya sendiri tapi juga untuk wisatawan yang datang. Semoga Curug Gawang dan inisiatif lainnya memberikan manfaat yang nyata dalam jangka panjang,” ungkap Isyraqi Akmal (GL, 21), Ketua Geohumanisme 2024.

Keberhasilan Geohumanisme 2024 tidak hanya terletak pada hasil fisik seperti sumur bor atau revitalisasi curug, tetapi juga pada perubahan paradigma warga desa. Antusiasme masyarakat terlihat dari partisipasi aktif mereka, mulai dari menyediakan tenaga kerja hingga mempromosikan Curug Gawang melalui media sosial. Dukungan ini menunjukkan bahwa inisiatif yang melibatkan warga secara langsung memiliki dampak yang lebih berkelanjutan.

Melalui Geohumanisme 2024 ini, GEA ITB memberikan pemahaman bagi mahasiswa yang terlibat bahwa pendidikan tidak hanya tentang belajar di dalam kelas, namun termasuk implementasi teknis juga memahami kebutuhan masyarakat dan menciptakan solusi bersama.

“Untuk teman-teman mahasiswa, penting untuk tidak hanya 'memberi' solusi, tapi juga mendorong warga untuk menjadi bagian dari perubahan itu sendiri. Mahasiswa dan masyarakat pada dasarnya sama, hanya saja kita punya kesempatan lebih untuk belajar lebih tinggi. Jadi, pengabdian masyarakat harus dilakukan dengan semangat kolaborasi, bukan sekadar pemberian satu arah,” kata Angelita Fortuna Dewi (GL, 21), Sekretaris Bendahara Geohumanisme 2024.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)

Dokumentasi: Panitia Geohumanisme 2024

#pengabdian masyarakat #gea itb