Persiapkan Mahasiswa Masuki Dunia Kerja Melalui Seminar

Oleh Neli Syahida

Editor Neli Syahida

BANDUNG, itb.ac.id - Perbedaan yang cukup besar antara dunia perkuliahan dengan dunia kerja seringkali membuat mahasiswa merasa takut untuk melangkah. Berlatarbelakang hal tersebut, Kementerian Implementasi Bisnis Keluarga Mahasiswa ITB bekerja sama dengan PT Paragon Technology & Innovation (PT PTI) mengadakan seminar dengan tema "How To Prepare For Your Future" pada Selasa (23/09/14). Pembicara utama yang dihadirkan dalam seminar ini adalah Salman Subakat, S.T (Marketing Director PT PTI) dan Abimana Aryasatya (Aktor). Pilihan tema yang menarik serta pembicara yang handal berhasil menarik antusiasme mahasiswa ITB. Paling tidak 400 peserta hadir dalam seminar yang bertempat di Aula Barat ITB ini.

Tahap terpenting dalam menentukan karir yang akan diambil adalah mengenali kepribadian dan potensi diri. Dalam memilih profesi, hendaknya disesuaikan dengan tipe kepribadian. Walau begitu, tidak selamanya kepribadian membatasi seseorang dalam memilih profesi. Sebagai contoh, Salman yang merupakan alumni Teknik Elektro ITB 1998 mengaku bahwa dirinya adalah tipe introvert. Walau begitu, ia tidak menemukan kesulitan ketika profesinya sebagai marketing director menuntutnya untuk bisa membangun hubungan yang baik dengan orang lain.

Ada beberapa tes mengenai kepribadian, di mana salah satunya dipaparkan dalam seminar ini, yaitu Myers Briggs Test, atau yang lebih populer dengan sebutan MBTI. Menurut tes ini, manusia dikelompokkan menjadi 16 tipe kepribadian, Introvert-Extrovert, Intuition-Sensing, Thinking-Feeling, dan Judging-Perceiving. Setelah mengetahui kepribadian diri, barulah seseorang bisa memetakan potensinya dengan baik dan mencari profesi yang sesuai. Selain memetakan potensi diri, hal yang tidak kalah pentingnya adalah mengetahui dengan baik bidang apa yang disukai, atau yang biasa disebut passion. Profesi yang dipilih hendaknya juga disesuaikan dengan bidang yang diminati, sehingga tidak ada beban dalam menjalaninya.

Lanjut Magister atau Bekerja

Pilihan antara melanjutkan magister dengan langsung bekerja seringkali membuat mahasiswa bimbang. Keputusan yang diambil harus disesuaikan dengan tujuan akhir masing-masih individu. Salman menyarankan, ketika seseorang ingin memutuskan untuk bekerja di perusahaan yang relatif kecil, maka lebih baik mengambil program magister terlebih dahulu. Sebaliknya, ketika memutuskan untuk bekerja di perusahaan yang sudah mantap, seringkali pendidikan magister tidak terlalu dibutuhkan. Bahkan ada perusahaan tertentu yang tidak menginginkan lulusan magister, sehingga pelamar bahkan harus menyembunyikan ijazah magisternya. "Yang paling penting itu purpose (tujuan-red) untuk mengambil S2 harus kuat," Salman menambahkan.

Kunci terakhir yang diberikan oleh Salman adalah tekun dan bersungguh-sungguh dalam menjalani pilihan yang telah diambil. "Kalau kalian lihat, orang introvert yang sukses ada. Orang kuper yang sukses ada. Orang galak dan nyebelin yang sukses ada. Yang belum pernah saya lihat itu, orang sukses yang tidak tekun." Di akhir seminar, kedua pembicara sepakat mengenai paham bahwa kecerdasan intelektual bukanlah penentu satu-satunya dalam kesuksesan. Dua kecerdasan yang lain, yaitu kecerdasan emosional dan spiritual juga harus dimiliki. "Hati juga harus diisi," ujar Abimana. "Nggak cuma kecerdasan intelektual saja, tetapi kecerdasan spiritual juga penting," tambahnya menutup seminar ini.