Public Speaking MTI: Getting A Better Speaking

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Keluarga Mahasiswa Teknik Industri (MTI) menyelenggarakan training dan talkshow "Public Speaking" pada Sabtu 18 Februari 2006. Bertempat di Basic Science A, acara ini diselenggarakan dalam rangkaian peringatan Dies Natalies MTI ke-35. Pada sesi pertama training, peserta yang berjumlah 100 orang dijelaskan tentang bagaimana berkomunikasi dengan baik. Baik komunikator (penyampai pesan) maupun komunikan (penerima pesan) sebaiknya membuka sekat masing-masing yang dapat menghambat penyampaian pesan antara mereka. Pada sesi kedua, peserta dibagi dalam empat kelompok untuk kemudian berlatih langsung. Talkshow dimulai setelah makan siang. Dipandu Mahatir (penyiar di radio Paramuda), talkshow ini menghadirkan Dra. Jenny Ratna Suminar Msi dan Hari Setyo Wibowo SPsi, Psych -- keduanya dari Universitas Padjadjaran -- sebagai pembicara. Menurut Jenny, hasil sebuah penelitian membuktikan bahwa 65% bentuk komunikasi yang dilakukan sehari-hari adalah komunikasi non-verbal. "Kalau tidak percaya," katanya, "coba saja amati kehidupan kita dari pagi sampai malam." "Kita terbangun akibat suara azan atau weker. Padahal, kedua suara itu tidak ada yang mengatakan 'bangun woy, bangun'. Tapi toh kita tetap terbangun," kata Jenny memberi contoh. "Ketika ingin sarapan, lewatlah seorang penjual makanan yang memukul-mukul piring dan kita langsung tahu makanan apa yang dijual," sambungnya. Jenny juga mencontohkan bagaimana saat seseorang ingin turun dari angkot, ia malah berseru "kiri". Padahal, kiri bukan berarti berhenti. Hari Setyo memaparkan kenyataan bahwa dalam berkomunikasi lisan, orang cenderung memperhatikan bahasa tubuh ketimbang kata-kata. Ia mempraktekkan contoh-contoh yang mengundang tawa. Hari juga memberi tips-tips mengatasi kegugupan saat seseorang memulai berbicara di depan umum. "Ketegangan seperti itu wajar saja, dan mesti dilepaskan, jangan ditahan. Orang yang tegang biasanya tubuhnya tidak terkontrol. Ada yang kakinya goyang-goyang -- seperti orang menjahit," jelasnya. "Makanya, daripada gemetaran lebih baik kedua tangan ditaruh di depan perut, ditangkupkan, dan saling meremas" Wakil ketua panitia Aswan Parlindungan Lubis mengatakan, pihaknya menyadari banyak mahasiswa merasa kesulitan untuk berbicara di depan umum. "Maka itu kami adakan acara ini, harapannya agar paradigma seperti itu berubah." [Ikram Putra]

scan for download