Quorum Sensing, Solusi Kontrol Bakteri pada Akuakultur

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id –Pada Rabu (29/09/2021) yang lalu, program studi mikrobiologi SITH ITB mengadakan kuliah tamu dengan topik “Quorum Sensing Disruption and Its Application for Aquaculture” dengan Dr. Pande Gde Sasmita Julyantoro, S.Si., M.Si., dari Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Udayana sekaligus alumni ITB, sebagai dosen tamu. Acara tersebut dimoderatori oleh Magdalena Lenny Situmorang selaku dosen pengampu mata kuliah mikrobiologi akuakultur.

Gde memaparkan data produksi sektor akuakultur yang mendominasi jumlah pasokan makanan akuatik seiring berjalannya tahun. Akan tetapi, permasalahan berupa kerugian besar akibat bakteri penyebab penyakit masih sering terjadi.

“Solusi konvensional yang kerap digunakan para peternak sektor akuakultur pada umumnya berupa penggantian air dan penggunaan antibiotik. Padahal, penggunaan antibiotik dapat membuat bakteri menjadi resisten dengan antibiotik. Selain itu, residu antibiotik dapat mengakibatkan kerusakan lingkungan dan gangguan kesehatan pada manusia,” ujarnya.

Ia menjelaskan, salah satu solusi mengatasi bakteri penyebab penyakit pada sektor akuakultur adalah dengan mengintervensi quorum sensing (QS) yang terjadi. Quorum sensing adalah komunikasi sel bakteri, baik secara interspesies maupun intraspesies.

“Pendekatan QS system adalah spesies dependen. Senyawa yang dilepaskan bakteri patogen yang mampu mengganggu tingkat kelangsungan hidup spesies A belum tentu dapat mengganggu spesies B. Artinya, QS system punya dampak yang berbeda terhadap spesies yang berbeda,” jelas Gde.
Maka dari itu, untuk mengatasi serangan bakteri pada sistem akuakultur, perlu diketahui patogen spesifik mana yang akan diintervensi QS system-nya, beserta organisme inang spesifiknya.

Lebih lanjut, Gde mengatakan, QS tidak dapat berjalan tanpa senyawa autoinducer. Autoinducer yang dilepas oleh bakteri akan ditangkap bakteri lain dengan protein komplementernya. Telah diketahui berbagai macam senyawa autoinducer ini memicu kaskade transduksi yang serupa, sehingga LuxR dapat terekspresi.
“Ada beberapa cara untuk menginhibisi QS, yaitu dengan menghambat rekognisi sinyal, menghambat transduksi sinyal, dan mem-biodegradasikan molekul sinyal,” paparnya.

Tiga inhibitor QS yang telah dieksplor Gde adalah sinamaldehid, furanon, dan tiofenon. Ketiganya mengurangi aktivitas DNA V. harveyi pada LuxR.

Salah satu autoinducer –AHL, dapat diinhibisi dengan isolate mikroalga. Tak hanya itu, bakteri lain seperti Bacillus sp. yang memproduksi laktonase dan Pseudomonas sp. dengan asilase juga dapat menjadi AHL-degrader. Dengan semua upaya di atas, tingkat kelangsungan kehidupan inang dapat meningkat tanpa memengaruhi proses pertumbuhan dari inang.

Reporter: Najma Shafiya (Teknologi Pascapanen, 2020)