Rektor ITB: Kolaborasi untuk Percepatan Pembangunan Indonesia

Oleh Muhammad Hanif

Editor Muhammad Hanif

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam peringatan 92 tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia yang jatuh pada Selasa (03/07/12), Rektor ITB Prof. Akhmaloka menyampaikan sebuah gagasan berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan pembangunan bangsa, dan kolaborasi antarlembaga. Gagasan tentang pentingnya kolaborasi antarlembaga tersebut diharapkan mampu menjawab permasalahan-permasalahan yang ada sekarang dan tantangan di masa yang akan datang.

Dalam menghadapi permasalahan yang mengemuka di abad-21 ini diperlukan suatu kolaborasi antara perguruan tinggi (academician), industri (business), dan organisasi pemerintahan (government). Selain ketiga lembaga itu, peran kelompok civil society juga dinilai vital untuk mendukung kolaborasi tersebut - kolaborasi A-B-G plus.

"Beberapa dekade ke belakang, keterpisahan ketiga jenis lembaga tersebut banyak menuai kritik sehingga justru memunculkan masalah yang baru," tegas Akhmaloka. Kolaborasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan timbal balik antarlembaga, yang diikuti dengan transformasi internal pada masing-masing lembaga tersebut.

Dalam sidang terbuka tersebut, Akhmaloka memaparkan bahwa selain menjalankan peran sebagai pelestari, pengembang, dan penyebarluas ipteks (ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni), perguruan tinggi juga harus mampu berkontribusi di area bisnis, pemerintahan, dan juga mendukung kelompok-kelompok civil society untuk mewujudkan demokrasi.

Begitu juga dengan pemerintah yang bertanggungjawab menyediakan rules of the game, harus menjadi penjamin kepentingan publik dan industri sebagai sumber kegiatan produktif. Di samping terus melakukan produksi barang dan jasa, industri juga dapat berkontribusi dalam pengembangan ipteks melalui penelitian dan menyelenggarakan pelatihan-pelatihan.

A-B-G Plus dukung Implementasi MP3EI

Dalam Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang saat ini memasuki tahap implementasi, kolaborasi A-B-G Plus dipandang sangat perlu dikembangakan untuk meningkatkan kapasitas inovasi wilayah (regional innovation capacity). "Kolaborasi tersebut dapat dimulai dengan melakukan pertemuan-pertemuan antarlembaga untuk mengidentifikasi peluang dan tantangan bersama," ungkap Akhmaloka.

Setelah melakukan identifikasi terhadap peluang dan tantangan, perlu diikuti dengan penyusunan rencana-rencana strategis misalnya rencana pengembangan ipteks, rencana infrastruktur, dan rencana investasi. Penyelenggaraan pertemua tersebut, menurut Akhmaloka, dipandang perlu dilakukan secara berkala dan sinambung untuk menumbuhkan pemahaman bersama serta sikap saling menghormati dan percaya.

ITB telah bekerjasama dengan berbagai pihak untuk merintis dan menjadi pelopor di berbagai bidang seperti pada perubahan iklim global, keberlanjutan energi, ketahanan pangan, ekonomi berbasis informasi, ekonomi berbasis keanekaragaman hayati, mitigasi bencana serta keamanan nasional di area perbatasan. "ITB telah menjalin kemitraan dengan perusahaan, lembaga pemerintahan, lembaga pemerintahan, dan juga kelompok-kelompok sosial masyarakat," ujar Akhmaloka.

Setelah mengakhiri pidatonya, Prof. Akhmaloka didampingi Ketua Majelis Wali Amanat ITB Yani Panigoro dan Ketua Majelis Guru Besar ITB Prof. Harijono A. Tjokronegoro memberikan Anugerah ITB kepada 18 tokoh yang telah berkontribusi dan memiliki prestasi pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

 

Unduh: Pidato Rektor ITB dalam Peringatan 92 Tahun Pendidikan Tinggi Teknik di Indonesia