Sekolah Farmasi ITB Gelar Saturday Lesson Bahas Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Sekolah Farmasi Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Subdirektorat Pengembangan Profesi dan Kewirausahaan Mahasiswa, Direktorat Kemahasiswaan ITB, mengadakan Saturday Lesson, di Ruang Seminar FSRD, Gedung CAD Lantai 2, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (07/10/2023). Acara dengan tiga narasumber tersebut bertujuan mengajak mahasiswa dalam upaya pencegahan, pemberantasan penyalahgunaan, dan peredaran gelap narkoba.

Ketua Tim Pencegahan Badan Narkotika Nasional Provinsi Jawa Barat, Apt. Yohannes Eko Ariyanto, S.Si., M.Si., menjadi narasumber kegiatan tersebut. Beliau menyampaikan bahwa peredaran gelap narkotika kini semakin modern dengan memanfaatkan teknologi dan metode yang lebih variatif. "Saat ini akses terhadap narkoba sangat mudah, melalui media sosial dan pesan online. Kita tinggal duduk, nanti diantar, pembayaran dilakukan secara digital," ujar beliau.

Perkembangan kasus pengedaran narkoba saat ini melibatkan jenis narkotika terbaru yang belum diatur dalam Undang-Undang. Hal tersebut cukup menyulitkan BNN dalam penegakan hukumnya. Di sisi lain, tingkat rasa ingin tahu dan konsumsi masyarakat Indonesia relatif tinggi. Hal tersebut menjadi celah bagi pengedar untuk menyebarkan benda tersebut.

   

Beliau menjelaskan, berdasarkan tingkat kecanduannya, narkotika terbagi atas 3 golongan. Golongan 2 dan 3 hanya dapat digunakan sebagai pilihan pengobatan terakhir.

Acara dilanjutkan dengan pemaparan topik "Ketergantungan Obat: Kerja Bahan Adiktif dalam Tubuh" oleh Dosen Sekolah Farmasi ITB, Dr. Kusnandar Anggadiredja, S.Si., M.Si. Terdapat tujuh kelompok bahan adiktif, termasuk nikotin, alkohol, opiat, kokain, amfetamin, kanabis (marijuana, hashish, THC), kafein, dan halusinogen.

"Sekalipun dihadapkan pada konsekuensi yang sangat buruk, pecandu rela mempertaruhkan pekerjaan, hubungan pribadi, kebahagiaan, bahkan dalam beberapa kasus, hidup mereka, untuk tetap bisa memakai obat," ucap beliau.

Dr. Kusnandar pun mengisahkan hasil eksperimennya dengan tikus yang tadinya jinak, namun setelah diberikan obat tikus tersebut menjadi sangat agresif.

Berdasarkan riset, kecanduan dipicu oleh adanya suatu substrat pada sistem saraf di otak yang rentan terhadap perubahan yang diakibatkan oleh obat. Obat-obatan terlarang memiliki sifat "rewarding" yang memberikan nuansa positif dan perlu didekati, serta "reinforcing" yaitu perilaku yang menyertai pemakaian obat cenderung diulang.

"The reward system kaya akan serabut saraf dopaminergik yang penghantaran sinyal sarafnya diperantarai oleh mediator kimia 'dopamin'. Sifat rewarding dan reinforcing obat timbul karena obat meningkatkan kandungan atau efek dopamin, atau obat itu sendiri bekerja seperti dopamin," tutur beliau.

Adapun pemateri ketiga, Pendiri B.O.S.S Kick Boxing, Iskandarsyah Berian, bercerita tentang pengalaman pribadinya terjebak dan perjuangannya keluar dari lingkaran gelap narkoba. Melalui cerita ini, diharapkan peserta dapat mengambil pelajaran untuk tidak mencoba menggunakan narkoba.

"Mudah-mudahan adik-adik mahasiswa di sini bisa menjadi tonggak perubahan masa depan, walaupun memang tidak semudah yang kita bayangkan," ujar beliau.

Dalam acara tersebut turut hadir Dekan Sekolah Farmasi ITB, Prof. apt. I Ketut Adnyana, M.Si., Ph.D., Kepala Subdirektorat Pengembangan Profesi dan Kewirausahaan Mahasiswa, Hafif Aziz Ahmad, S.Sn,, M.Des., Ph.D. dan Dosen Sekolah Farmasi ITB, Dr. apt. Siti Sarah Rahmawati.

Reporter: Satria Octavianus Nababan (Teknik Informatika, 2021)

Editor: M. Naufal Hafizh