Sepenggal Cerita Menuju Juara Lomba Robot Pemadam Kebakaran

Oleh Gilang Ariawan Wicaksono

Editor Gilang Ariawan Wicaksono

BANDUNG, itb.ac.id - Beberapa waktu lalu, mahasiswa Indonesia berhasil memborong gelar dalam kompetisi robot cerdas di Amerika. Trinity College Fire-Fighting Home Robot Competition (TCFFHRC) merupakan kompetisi robot tahunan yang diselenggarakan di Trinity College, Conneticut, Amerika Serikat. Tahun ini, ITB mengirimkan dua tim di kategori robot berkaki dan satu tim di kategori robot beroda. Kedua tim dari kategori robot berkaki berhasil mendapatkan juara kedua (tim Yaqut) dan juara ketiga (tim Aqabah).

Tim dari ITB sendiri ada yang keberangkatannya dibiayai DIKTI dan ada pula yang berangkat menggunakan dana mandiri. Pengumpulan dana mandiri ini sendiri tidak mudah. Sebelum mendapatkan kepastian sponsor, proposal telah disebar ke hampir dua puluh perusahaan.

Beruntung, biaya bisa tertutup oleh dana dari sponsor sehingga tim dapat berangkat. Persiapan tim dilanjutkan dengan membuat paspor dan visa. Sebagian anggota tim memang baru pertama kali berangkat ke luar negeri sehingga mereka harus membuat paspor terlebih dahulu. Selain paspor, mereka juga membuat visa untuk dapat berkunjung ke Amerika.

Satu hari sebelum keberangkatan, masih banyak persiapan yang dilakukan oleh tim. Persiapan ini antara lain mencoba lapangan, modifikasi, dan pengaturan terakhir robot. Keberangkatan dari Bandung dilakukan pada tanggal 27 Maret dini hari, walaupun pesawat baru berangkat tanggal 28 Maret pukul 00.40. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kemacetan akibat demo BBM. Tim berangkat menggunakan bus dari ITB dan langsung menuju kantor DIKTI. Disini tim diberi doa sebagai bekal dalam mengikuti TCFFHRC.

Sensor Bermasalah, Tetap Juara


Pesawat sampai di Bandara John F. Kennedy, New York sekitar pukul 15.00 dengan sebelumnya melakukan transit di Dubai. Dari bandara, perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat langsung menuju Conneticut. Kondisi cuaca New York saat ini sedang berada di akhir musim dingin, dengan suhu dapat turun hingga mencapai sepuluh derajat celcius. Dari sini timbul masalah baru. Sensor suara robot yang didesain untuk daerah tropis mengalami masalah dan tidak berfungsi. Beruntung, dengan sedikit bantuan hairdryer sensor dapat bekerja kembali walaupun masih kurang maksimal.

Sehari sebelum lomba, peserta diperbolehkan untuk mencoba lapangan terlebih dahulu. Hari itu dipergunakan tim untuk registrasi ulang, mencoba lapangan, menyesuaikan standard robot, serta memperbaiki komponen yang mengalami masalah. Perlu diketahui bahwa TCFFHRC memiliki beberapa kategori usia peserta. Itu sebabnya, tidak jarang terlihat ada anak berumur belasan tahun terlihat juga mengikuti lomba. Selain berbagai usia, lomba ini juga diikuti peserta dari berbagai negara antara lain Cina, Amerika, dan Israel.

Lomba robot pemadam api atau firefighting umumnya terdiri dari robot yang diletakkan secara acak dalam sebuah labirin. Robot itu kemudian harus mencari lilin atau sumber panas yang terletak di dalam labirin tersebut, mematikannya, lalu kembali ke posisi awal tempat dia diletakkan di awal. Saat lomba, sempat terjadi sebuah keajaiban. Pada salah satu ronde, robot dari tim Aqabah sempat kehilangan orientasi sehingga algoritma robot menjadi salah yang menyebabkan robot tidak seharusnya dapat kembali ke posisi awal. Akan tetapi, secara tiba-tiba robot berhenti sejenak, lalu berbalik arah menuju lokasi awal.

Perlombaan lalu berlangsung seru dengan akhirnya dua tim dari ITB berhasil mengambil tempat di podium lomba kategori robot firefighting berkaki. Tim dari Institut Teknologi Telkom juga menyabet beberapa gelar di kategori robot cerdas berkaki dan beroda.

Perjalanan Pulang dan Apresiasi

Setelah perlombaan selesai, tim mendapatkan kesempatan selama sehari untuk berkeliling New York sekaligus berbelanja oleh-oleh. Beberapa tempat yang dikunjungi antara lain Patung Liberty, Wall Street, Times Square, Central Park, dan akhirnya ditutup dengan jamuan makan di konsulat jenderal Indonesia. Setelah jamuan makan, tim dipersilakan untuk kembali ke hotel dan beristirahat karena kepulangan dijadwalkan pada pukul tujuh pagi esok harinya.

Tim sampai di Jakarta pukul sebelas malam dan langsung menuju hotel untuk beristirahat. Keesokan paginya, tiga stasiun televisi nasional sudah bersiap untuk melakukan wawancara. Wawancara ini mengharuskan tim untuk tidak tidur semalaman supaya dapat melakukan demo robot untuk syuting televisi. Setelah wawancara, tim diajak untuk bertemu dengan Menteri Pendidikan Mohammad Nuh untuk diberikan apresiasi atas keberhasilannya meraih juara. Setelah itu, tim kembali lagi ke Bandung dengan masih merasakan jetlag untuk beberapa hari selanjutnya.

Secara umum, diharapkan untuk ke depannya jumlah peserta dapat meningkat. TCFFHRC tidak membatasi jumlah peserta tiap negara sehingga peluang untuk ikut terbuka lebar asal calon peserta mau berusaha untuk mencari sponsor keberangkatan. Selain itu, diharapkan juga tim dapat lebih siap sehingga semakin memperkokoh posisi Indonesia di ajang lomba robot internasional.

 

Sumber foto: www.kemlu.go.id