Sertifikat Apoteker untuk AFTA 2008
Oleh Muhammad Arif
Editor Muhammad Arif
Sekolah Farmasi (SF) bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI) mengadakan “Penataran Sertifikasi Kompetensi Apoteker” pada hari Kamis-Sabtu, 8-10 Februari 2007 di Campus Centre Barat lantai 2 dan Auditorium Campus Centre. Acara ini merupakan penataran materi apoteker dan pemberian sertifikat pada apoteker-apoteker di seluruh Indonesia. Pemberian sertifikat ini merupakan syarat utama yang harus dipenuhi apoteker-apoteker Indonesia untuk menghadapi kompetisi dalam AFTA 2008.
“Ada sebuah tren baru saat ini, bahwa apoteker yang bisa bekerja sesuai AFTA 2008 ialah apoteker yang memiliki sertifikat berupa pengakuan dari persatuan apoteker nasional,” ungkap Dra. Hj. Kusmeni S. Hartadi M.Si, Apt. Ketua ISFI cabang Jawa Barat ini menambahkan, peran apoteker di masa mendatang bukanlah sekedar meracik obat tapi juga memberikan informasi obat yang aman dan benar, mengevaluasi penggunaan obat pasien dan bersama-sama dokter merancang dosis dan pemakaian obat yang benar untuk kesehatan pasien. Apoteker nantinya tidak hanya bekerja dalam pembuatan obat saja tapi juga mengawasi dan memonitoring ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obatnya. Bukan tidak mungkin bahwa apoteker memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan pasien, layaknya dengan dokter.
Ibu Kusmeni mengatakan bahwa paradigma apoteker tersebut mengikuti tuntutan dan tantangan masa depan. Selain itu, hubungan yang baik antara apoteker dan pasien ikut meningkatkan kesehatan masyarakat. Paradigma pasien-apoteker sebenarnya telah diberikan sejak bangku kuliah, tapi banyak apoteker yang pada prakteknya, tidak melakukannya. Untuk itulah, penataran semacam acara ini menyegarkan kembali materi-materi apoteker bagi para peserta. “Materi-materi yang kami berikan seperti praktek, informatika obat, entreprener dan materi-materi lain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi saat ini,” imbuh lulusan Farmasi ITB ini lagi,
Penataran ISFI serupa pernah dilakukan di Universitas Padjadjaran dan penataran di ITB kali ini termasuk penataran gelombang III. Para peserta yang hadir tidak hanya apoteker-apoteker yang telah berpengalaman kerja 2 tahun lebih tapi juga apoteker freshgraduate yang tidak memiliki pengalaman kerja. “Hampir dua ratus orang yang menjadi peserta, termasuk apoteker-apoteker senior seperti dosen saya dulu,” ujar Bu Kusmeni seraya tersenyum.
“Ada sebuah tren baru saat ini, bahwa apoteker yang bisa bekerja sesuai AFTA 2008 ialah apoteker yang memiliki sertifikat berupa pengakuan dari persatuan apoteker nasional,” ungkap Dra. Hj. Kusmeni S. Hartadi M.Si, Apt. Ketua ISFI cabang Jawa Barat ini menambahkan, peran apoteker di masa mendatang bukanlah sekedar meracik obat tapi juga memberikan informasi obat yang aman dan benar, mengevaluasi penggunaan obat pasien dan bersama-sama dokter merancang dosis dan pemakaian obat yang benar untuk kesehatan pasien. Apoteker nantinya tidak hanya bekerja dalam pembuatan obat saja tapi juga mengawasi dan memonitoring ketaatan pasien dalam mengkonsumsi obatnya. Bukan tidak mungkin bahwa apoteker memiliki hubungan kerjasama yang baik dengan pasien, layaknya dengan dokter.
Ibu Kusmeni mengatakan bahwa paradigma apoteker tersebut mengikuti tuntutan dan tantangan masa depan. Selain itu, hubungan yang baik antara apoteker dan pasien ikut meningkatkan kesehatan masyarakat. Paradigma pasien-apoteker sebenarnya telah diberikan sejak bangku kuliah, tapi banyak apoteker yang pada prakteknya, tidak melakukannya. Untuk itulah, penataran semacam acara ini menyegarkan kembali materi-materi apoteker bagi para peserta. “Materi-materi yang kami berikan seperti praktek, informatika obat, entreprener dan materi-materi lain yang disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi saat ini,” imbuh lulusan Farmasi ITB ini lagi,
Penataran ISFI serupa pernah dilakukan di Universitas Padjadjaran dan penataran di ITB kali ini termasuk penataran gelombang III. Para peserta yang hadir tidak hanya apoteker-apoteker yang telah berpengalaman kerja 2 tahun lebih tapi juga apoteker freshgraduate yang tidak memiliki pengalaman kerja. “Hampir dua ratus orang yang menjadi peserta, termasuk apoteker-apoteker senior seperti dosen saya dulu,” ujar Bu Kusmeni seraya tersenyum.