Strategi Menuju Kampus Berkelanjutan, ITB Fokus Lakukan Pengelolaan Sampah dengan Penerapan Teknologi

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


BANDUNG, itb.ac.id - Ada berbagai permasalahan keberlangsungan kehidupan di bumi yang harus kita hadapi. Sebut saja penggunaan emisi gas yang semakin tinggi, tingkat pencemaran yang semakin parah di udara, darat, hingga laut, serta masalah perubahan iklim. Hal tersebut terjadi sebab kualitas bumi yang semakin menurun, sehingga masalah yang terjadi di lingkungan pun menjadi lebih kompleks.

Persoalan lingkungan sendiri merupakan sebuah masalah yang membutuhkan sinergi dari berbagai pihak untuk mengatasinya, termasuk dari civitas akademika. Sebab, diharapkan kalangan akademisi dapat memberikan solusi yang baik atas permasalahan lingkungan yang terjadi.

Hal ini pun telah sesuai dengan rencana aksi global yang telah disepakati oleh berbagai negara di dunia, termasuk Indonesia, yang salah satu tujuannya untuk melindungi lingkungan. Gerakan ini kita kenal dengan Suistainable Development Goals (SDGs).

Sebagai institusi pendidikan tinggi yang tengah mengembangkan program Suistainable Campus (Kampus Berkelanjutan), Institut Teknologi Bandung (ITB) pun mendukung program pemerintah dalam permasalahan lingkungan, khususnya dalam penanganan sampah. Hal ini termasuk dalam bentuk sosialisasi, kampanye, dan edukasi pengelolaan sampah dengan menerapkan prinsip-prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Maka dari itu, Rektor ITB, Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.,  melalui surat instruksi Rektor nomor 381.IT.A/HK.01/2023, memberikan instruksi kepada seluruh pimpinan unit kerja di lingkungan ITB, dosen, tenaga kependidikan ITB, mahasiswa ITB, dan mitra di lingkungan ITB, guna melakukan pengelolaan sampah di lingkungan ITB. Dalam hal tersebut, pengelolaan sampah dapat dilakukan melalui program pengurangan sampah serta program penanganan sampah.

Program pengurangan sampah ini dapat dilaksanakan dengan berbagai cara, mulai dari pembatasan penggunaan material sekali pakai, baik yang berbahan plastik maupun kertas. Kemudian pengurangan konsumsi makanan dan minuman yang berpotensi menambah timbulan sampah dengan kemasan sekali pakai, khususnya plastik, kertas, dan styrofoam.

Seluruh civitas akademika juga diimbau untuk menggunakan wadah makanan dan minuman sendiri, yang tidak sekali pakai, saat berkegiatan baik di dalam maupun di luar ruangan kampus.

Penggunaan kertas untuk pencetakan dokumen, baik untuk kegiatan administrasi perkantoran, kegiatan pendidikan, kegiatan kemahasiswaan, maupun kegiatan-kegiatan lainnya pun dapat mulai lebih diminimalisasi. Sebagai antisipasinya, civitas akademika dapat menggunakan sisi kertas yang belum terpakai atau penggunaan kertas dua sisi, untuk pencetakan dokumen konsep atau draft.

Civitas akademika pun dapat lebih banyak menerapkan teknologi informasi dalam tata kelola organisasi maupun kegiatan pendidikan guna meminimalisasi penggunaan bahan kertas atau yang dikenal dengan sistem paperless office.

Begitu pula saat adanya kegiatan bersifat rutin maupun insidental, penting untuk diterapkan sistem kerja yang baik dalam pemilahan serta pengurangan sampah, sebagai contoh penyediaan bank sampah di beberapa titik yang ditentukan ketika mengadakan kegiatan.

Kemudian untuk program penanganan sampah, dapat dilakukan dengan langkah-langkah seperti senantiasa mengutamakan kegiatan penanganan sampah di sumber Unit Kerja Akademik (UKA), Unit Kerja Pendukung (UKP), dan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) sesuai dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle).

Sebagaimana pedoman dari Direktorat Sarana dan Prasarana ITB, penyediaan tempat sampah dilakukan secara terpilah dan mandiri, yang ditujukan untuk menyimpan sampah organik (sisa makanan dan dedaunan), sampah anorganik (yang dapat didaur ulang, seperti botol plastik, kaleng, kertas, dan lain-lain), sampah residu (yang belum dapat didaur ulang), dan sampah beracun berbahaya (seperti baterai, pecahan kaca, lampu, dan lain sebagainya).

Nantinya secara terpilah dan terjadwal, sampah-sampah tersebut akan diangkut ke tempat pengumpulan sampah sementara (TPSS) maupun instalasi pengolahan sampah terpadu (IPST).

Program pengurangan, penanganan, dan pengelolaan sampah ini dilakukan dengan menggunakan kombinasi teknologi tepat guna yang mengedepankan inovasi teknologi pengolahan sampah yang telah dikembangkan oleh ITB.

Tentunya penerapan penanganan sampah ini membutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak di lingkungan kampus. Hal tersebut dapat menjadi langkah penting dalam mengurangi dampak permasalahan lingkungan. Sekaligus mempromosikan kesadaran akan mewujudkan kampus berkelanjutan, tidak hanya bagi civitas akademika, namun juga dapat membawa dampak yang positif bagi masyarakat.