Talkshow dan Musik Sore "Kemanakah Lagu Anak?"

Oleh prita

Editor prita

BANDUNG, itb.ac.id- Kementrian Seni Budaya Kabinet Keluarga Mahasiswa (KM) ITB mengadakan talkshow "Kemanakah Lagu Anak?" pada Rabu (24/02) lalu. Talkshow yang diadakan di Ruang 26 Campus Center Barat ITB menghadirkan tiga orang pembicara: Anthony, produser musik sekaligus pencipta dan aranser lagu; Imam Pras, senior jazz Bandung sekaligus alumni Teknik Elektro ITB tahun 1983; dan Andi Yudha, pakar anak. Sajian lagu anak dan lagu daerah bernuansa jazz dibawakan oleh ITB Student Orchestra (ISO) dalam Musik Sore selepas acara.

Saat ini sangat sulit menemukan lagu anak di media. Anak-anak lebih menyenangi lagu dengan konten yang diperuntukkan bagi dewasa. Hal ini terjadi karena beberapa faktor sekaligus: upaya tinggi dari media promosi dalam mempublikasikan lagu-lagu dewasa, kurangnya kerja sama dari orang tua dan sekolah dalam mengajarkan lagu anak, serta menurunnya jumlah produksi lagu anak oleh para musisi dan komposer lagu.

"Saat saya masih anak-anak, sekolah membagikan murid-muridnya buku kumpulan lagu anak ciptaan A.T. Mahmud untuk diajarkan di pelajaran seni suara. Di rumah, orang tua mengajarkan kembali lagu-lagu itu. Penyanyi cilik seperti Chica Koeswoyo sering tampil di media. Jadi, walaupun band-band dewasa disuguhkan di pasaran, tetap ada lagu anak yang menyeimbangkan pengaruh itu," ungkap Imam Pras.

Semua faktor ini mengakibatkan hilangnya lagu-lagu anak yang sarat pendidikan dan pesan moral dari pasar. "Ketika orang tua menyanyikan lagu dewasa di rumah, ditambah tayangan nonstop di media yang menampilkan lagu anak, anak jadi tidak mengenal lagu-lagu yang sesuai dengan usia mereka," jelas Imam Pras.

Padahal, pangsa pasar lagu anak sebetulnya sangat besar. Anak-anak dapat diajak menikmati berbagai jenis irama musik: pop, rock, jazz, bahkan karawitan. Selanjutnya, yang harus menjadi perhatian adalah konten musik. Konten harus disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan mental anak.

Sayangnya, pelaku bisnis tidak merespon pangsa pasar ini dengan menyediakan ruang yang cukup bagi pertumbuhan lagu anak. Mereka lebih tertarik bermain aman dengan menjual jenis tayangan yang lebih cepat laku di pasar, demi rating. Di akhir acara, Imam Pras juga berpesan agar mahasiswa dan masyarakat ikut menyosialkan penyebaran lagu anak.

Peran Pemerintah

Dukungan pemerintah dalam memasyarakatkan konten yang berkualitas untuk anak sangat diperlukan. Demikian ungkap Andi Yudha. Beliau mengambil contoh serial Upin dan Ipin dari Malaysia. "Pemerintah Malaysia menyadari pentingnya mengemas budaya Melayu dan Islam dalam tayangan yang menghibur. Berbekal kesadaran itu, mereka berani berinvestasi besar-besaran untuk serial ini, " ujar Andi.

Mereka (Pemerintah Malaysia, -red.) menentukan alur cerita dan menyewa Perancis untuk menggarap penayangan serial tersebut. "Ketika pemerintah memiliki visi besar dan menunjangnya dengan infrastruktur yang mencukupi, perubahan besar dapat dibuat, " tegas Andi.

Jazz for Family

Dalam upaya untuk menyuguhkan kembali lagu anak dengan kemasan yang menarik, Anthony membuat recycle lagu anak jaman dahulu dengan bumbu jazz, sehingga sesuai dengan minat jaman sekarang. Lagu-lagu recycle itu dimuat dalam album berjudul Jazz for Family.

Album ini menggunakan konsep keterlibatan keluarga dalam pendidikan anak. Selain membidik anak, album ini juga membidik orang tua. Konsep ini diperlukan karena keterlibatan dan kerja sama keluarga sangat penting dalam pendidikan anak.

(Fathir Ramadhan)