Teguh Yassi A.P. Bawa Konsep Jaringan Sebaya di PPI India - IEC 2015
Oleh Mega Liani Putri
Editor Mega Liani Putri
Maka, Perhimpunan Pelajar Indonesia di India (PPI India) mengadakan Indonesia Essay Competition 2015 terbuka untuk seluruh pelajar berkebangsaan Indonesia di seluruh belahan dunia pada bulan Mei-Juni lalu dengan tema "Education for a Better Nation". Setelah melalui seleksi di meja juri, mahasiswa ITB yang kini menjabat sebagai General Manager Kantor Berita itb.ac.id, Teguh Yassi Akasyah Putra (Teknik Metalurgi 2012), keluar sebagai juara pertama pada kompetisi internasional tersebut.
Menyoroti Isu Low-Skilled Labour
Dalam esai yang berjudul "Gagasan Jaringan Sebaya untuk Menduniakan Indonesia", Teguh menegaskan bahwa AEC aan sangat berpengaruh dalam sektor ketenagakerjaan di Indonesia. Namun, sayangnya hingga kini Indonesia masih memiliki banyak pekerja yang masih tergolong low-skilled labour.
"Data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia per Agustus 2013 menyebutkan bahwa postur tenaga kerja Indonesia adaah pekerja lulusan Sekolah Dasar (SD) ke bawah yang berjumlah sebesar 52 juta orang atau hampir setengah dari total pekerja sebesar 110,8 juta orang. Berdasarkan data tersebut, kita dapat melihat bahwa tenaga kerja Indonesia adalah low skilled labour, tenaga kerja dengan kompetensi rendah. Hal ini menyiratkan ketidaksiapan Indonesia dalam sistem AEC," tulis Teguh dalam paragraf pembuka.
Menurut Teguh, sektor pendidikan Indonesia bisa menjawab tantangan untuk meningkatkan kompetensi para tenaga kerja Indonesia. Biaya masih menjadi kendala utama dalam mewujudkan janji pendidikan yang merata di seluruh Indonesia. Namun, itu bukan berarti tidak mungkin untuk meningkatkan kualitas pendidikan secara signifikan. Teguh pun memiliki ide untuk memanfaatkan Information and Communication Technologies (ICT).
Gagasan Internet Tutor Sebaya (iTuSe)
"iTuse merupakan media tutor sebaya yang memanfaatkan kecanggihan ICT untuk menyampaikan informasi pendidikan dari teman sebaya. Kata iTuSe sendiri diserap dari kata iTune yang merupakan aplikasi musik dari perusahaan Apple, kata tersebut relatif mudah diingat oleh generasi sekarang," ungkap Teguh di dalam esai.
"Gagasan iTuse ini bukan hanya ntuk sosial dan edukasi saja. Manner aplikasi ini dapat menjadikan sistem ini sebagai sosial-ekonomi atau socioeconomic yang edukatid. Maksudnya, iTuSe dapat diakses secara leluasa ketika pengguna telah memiliki akun tesmi yang diperoleh dari registrasi awal atau pembelian akun dengan harga yang ditawarkan relatif murah dan sangat terjangkau berbagai kalangan. Sistem socioeconomic dan iTuse juga dapat dijadikan salah satu media komunikasi edukasi antar pelajar sebaya se-ASEAN dalam berbagai ilmu ketika sistem AEC resmi dilaksanakan sehingga hubungan regional bangsa dapat tercapai," tambah Teguh.
Saat ditanyai mengenai apa yang menginspirasi Teguh untuk membuat gagasan iTuSE, ia menjawab, "Saya senang ditutor. Ditutor oleh teman itu lebih asyik. Nah, ternyata banyak kawan-kawan yang belajar sendiri karena tidak punya kesempatan bertemu dengan teman-teman yang bisa menutori mereka."
Teguh pun mengungkapkan harapannya agar idenya terealisasikan untuk membantu pengembangan pendidikan di Indonesia. "Ide ini memang tidak tergolong konsep baru, namun melalui ide ini Indonesia mampu berkarya. Harapannya teman-teman yang bergerak di bidang IT dapat mengaplikasikan ide tersebut dengan tujuan mendasar sebagai media belajar," ungkapnya.
Gambar: Dokumentasi Pribadi dan unr.edu