Thalassiosira sp. : Mikroalga Laut Tropis Sumber Energi Masa Depan

Oleh Nida Nurul Huda

Editor Nida Nurul Huda

BANDUNG, itb.ac.id - Kebutuhan akan energi menjadi hal  yang mutlak di dalam proses kehidupan. Berbagai fungsi energi telah dimanfaatkan oleh manusia dalam kuantitas dan kualitas yang terus meningkat. Mulai dari keperluan penerangan, rumah tangga, komunikasi, industri, transportasi, dan bahkan objek luar angkasa sementara krisis energi masih masih belum terselesaikan. Sebagai jawaban atas hal tersebut Dr. Zeily Nurachman (Biokimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam) hadir dengan penelitiannya mengenai mikroalga Thalassiosira sp.yang dapat menghasilkan biofuel pengganti bahan bakar fosil.
Umumnya, negara-negara penghasil minyak dunia termasuk Indonesia berlokasi dekat dengan lempeng tektonik dan dekat dengan laut. Diyakini bahwa bahan bakar fosil yang diproduksi di Indonesia bukan berasal dari fosil kayu tanaman, tetapi berasal dari tanaman air termasuk alga yang berukuran mikro atau sering diebut mikroalga. "Hipotesisnya, negara yang kaya akan minyak adalah negara yang sering terjadi gempa," ungkap Zeily. Pergerakan dari lempeng tektonik dan gempa bumi akan menekan air laut dan segala yang ada di dalamnya menjadi tanah dan membuat lapisan minyak. 

Mikroalga menempati hampir seluruh lapisan minyak di laut dalam jumlah besar dan proses pembentukan bahan bakar fosil tersebut memakan waktu yang sangat lama. Untuk membuktikan hal tersebut maka dilakukan identifikasi dengan berbagai tipe mikroalga. Dari penelitian Zeily, kultur mikroalga laut tropis Thalassiosira sp. diidentifikasi kemampuannya untuk menghasilkan minyak.

Penelitian ini dilakukan oleh Zeily bersama timnya yang berasal dari divisi Biokimia, Kimia Analitis, Kimia Organik  Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA)  sejak tahun 2009. Mereka mencoba melakukan proses  yang sama dengan apa yang  terjadi di laut yaitu dengan mengekstrak Thalassiosira sp. dan mengambil minyaknya. Metode awal yang dilakukan adalah penanaman kultur mikroalga Thalassiosira sp.dalam beberapa medium. Medium yang digunakan adalah tiga jenis air laut dengan komposisi yang berbeda. Didapatkan bahwa air laut yang kaya akan fosfor, nitrogen, silikon, urea cocok untuk pertumbuhan Thalassiosira sp., mikroalga ini tumbuh baik dalam rentang Ph 8,0-8,8. Setelah itu, mikroalga akan siap diekstrak untuk dimabil minyaknya. Satu liter kultur dapat menghasilkan 3 gram minyak bersih.

Mikroalga dan Manfaatnya

mikroalga dipilih sebagai sumber energi alternatif dikarenakan bahan bakar fosil yang ada saat ini meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca seperti Karbon dioksida (CO2), Metana (CH4), dan Nitrogen Oksida (NO2) dan jumlahnya terbatas. Sedangkan minyak mikroalga Thalassiosira sp. atau biofuel tidak menghasilkan gas buangan dan tersedia dalam jumlah banyak di lautan Indonesia. Perkembangbiakan mikroalga yang relatif lebih cepat dan mudah didapat turut menjadi nilai plus tersendiri.
Selain menghasilkan minyak, mikroalga Thalassiosira sp. juga menghasilkan biopigmen. Biopigmen ini berfungsi dalam industri makanan, kecantikan, dan obat-obatan. Biopigmen merupakan zat warna alami yang aman untuk digunakan, seperti keperluan konsumsi. Mengingat potensi mikroalga yang sangat besar diharapakan penelitian ini akan tetap berlanjut dan menjawab tantangan krisis energi, "Jika Indonesia memiliki 50.000 peneliti alga, maka Indonesia akan menjadi produsen biofuel nomor satu di dunia," tutur Zeily.