Tim Cikal “Ethanol” ITB Sabet Juara dalam Shell Eco Marathon Asia 2017

Oleh Anin Ayu Mahmudah

Editor Anin Ayu Mahmudah

Shell Corporation

BANDUNG, itb.ac.id – Dewasa ini para peneliti dunia tengah beradu mencari dan mengembangkan bahan bakar pengganti minyak bumi. Di sisi lain, pendekatan dari sisi alternatif bahan bakar saja dirasa kurang cukup mengingat bahan bakar fosil yang semakin menipis. Memberi perhatian lebih pada isu ini, menggelar Shell Eco Marathon (SEM) Asia 2017, sebuah ajang adu mobil hemat bahan bakar yang dilaksanakan setiap tahun. Tahun ini SEM Asia diselenggarakan pada Kamis-Minggu (16-19/03/17) berlokasi di Changi Exhibition Center, Singapura.

Tim yang beranggotakan Rudy Ong, Adefrid Dwithama, dan Stefanus Adrian (Teknik Mesin 2013), Claudia Angela (Teknik Material 2014), Jery Octavianus (Sistem Teknologi Informasi 2015), Nu’man Amri Maliki dan Alif Mabrur (Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara 2016), serta Michell Tjhoi (Fakultas Teknik Industri 2016) berhasil membawa pulang juara ke-5 di bawah bimbingan Dr. Sangriyadi Setio. Pada kategori Urban Concept Internal Combustion Engine sendiri, Tim Cikal Ethanol ITB berhasil menempati posisi ke-5 dari total 19 tim dengan capaian angka tertinggi yakni 197,9 km/liter. Tim Cikal Ethanol ITB patut berbangga karena berhasil mengungguli tim bergengsi dari beberapa negara seperti Malaysia, Filipina, India, Vietnam, Mesir, Selandia Baru, dan tim pesaing dari Indonesia sendiri.

Beragam Kendala yang Dihadapi

Dalam perjalanannya menuju SEM Asia 2017, Tim Cikal Ethanol ITB mengaku mengalami beberapa kendala, salah satunya saat proses shipping. Jery Octavianus selaku driver mobil tim ini menceritakan peristiwa cukup menegangkan ketika proses pengangkutan mobil untuk dikirim ke Singapura. “Kemarin peti yang kita buat ngepas banget dengan mobilnya, hampir nggak muat. Akhirnya, ada yang harus dipotong,” ungkapnya.

Pada hari H pertandingan, seluruh tim diperbolehkan melakukan percobaan sebanyak lima kali dalam tiga hari pertandingan. Pada percobaan pertama, Tim Cikal Ethanol ITB berhasil menyentuh angka 197,9 km/liter. Pada percobaan kedua, angka tersebut menurun menjadi 153,6 km/liter dan percobaan ketiga menjadi 156,2 km/liter. Pasalnya, penurunan angka ini disebabkan oleh masalah kelistrikan yaitu kabel mobil Cikal Ethanol tidak cukup tebal untuk menahan arus inisiasi yang cukup tinggi. Kendati demikian, tim elektrikal dari Cikal ITB dengan sigap mengganti kabel tersebut dan menyelesaikan permasalahan dengan baik.

Selain itu, adanya peraturan-peraturan baru juga menjadi permasalahan bagi Tim Cikal Ethanol ITB. Dengan menggunakan desain mobil pengembangan dari tahun-tahun sebelumnya, syarat-syarat baru tersebut tak mudah dipenuhi. Tim Cikal Ethanol ITB harus melakukan modifikasi yang cukup rumit untuk memenuhi syarat-syarat tersebut. Namun berkat kerjasama yang baik, mereka berhasil keluar sebagai top five dalam perhelatan prestisius ini.

Pahit-Manis dan Harapan untuk SEM ke Depan

Ikut berkompetisi dalam ajang bergengsi SEM merupakan agenda tahunan Cikal ITB. Tak dapat dipungkiri, posisi ke-5 dalam SEM 2017 memicu kekecewaan bagi mereka mengingat Cikal ITB sudah langganan menyabet posisi ketiga hingga pertama pada kompetisi-kompetisi sebelumnya. Rudy Ong, manajer Tim Cikal Ethanol ITB 2017, mengaku kurang puas dengan hasil yang diperoleh Tim Cikal Ethanol ITB pada SEM Asia 2017 kemarin. “Kalau saya pribadi kurang puas sih, karena dari tahun ke tahun biasanya (juara) satu atau dua,” ujarnya sambil tertawa. Ia menjelaskan bahwa Tim Cikal Ethanol ITB memang kurang mengoptimasi poin-poin sampingan seperti berat, kecepatan, dan torsi mobil sehingga pada saat perhitungan poin, ITB kalah unggul dengan tim pesaing dari universitas lain.

Akan tetapi rasa kecewa adalah lumrah terjadi dalam setiap gelaran kompetisi, hal inilah yang justru memicu semangat untuk memperbaiki dan berusaha lebih baik lagi. Driver Tim Cikal Ethanol ITB sendiri mengutarakan bahwa untuk SEM 2018, Cikal ITB akan membuat sebuah mobil baru dari awal. Body-nya akan dibuat lebih aerodinamis, lebih ringan, dan lebih sempurna. Ia mengutarakan bahwa walaupun ITB tidak berhasil meraih juara pertama dalam kesempatan ini, ia tetap yakin ITB akan mempertontonkan kinerja yang lebih baik lagi untuk SEM 2018.


Zoealya Nabilla Zafra
Fakultas Teknologi Industri 2016
ITB Journalist Apprentice 2017