Tim Mahasiswa Teknik Lingkungan ITB Juara 1 Nasional Lomba AGENSI 2023, Bawakan Inovasi Mikroalga
Oleh Anggun Nindita
Editor Vera Citra Utami
BANDUNG, itb.ac.id - Tim Mahasiwa Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB) "Salad Wrap" menjadi Juara 1 Lomba AGENSI 2023 dengan membawakan ide “Inovasi Mikroalga sebagai Biological Carbon Capture dalam Transformasi Industri Berkelanjutan”. Lomba ini merupakan kolaborasi antara Astra Indonesia dengan SRE Indonesia. Final presentasi lomba diadakan secara daring pada Sabtu (28/10/2023) dan awarding pada Senin (30/10/2023) di Universitas Gadjah Mada.
Tim ini beranggotakan Elisa Rahayu (15320103), Immanuel Timothy Othniel Katili (15320048), Daffa Aviciena Wibowo (15320057), Rahma Afifa (15320040), dan Iftitah Sudiono (15320106).
Mengangkat topik inovasi teknologi bersih untuk mengurangi produksi karbon dioksida, tim ini memberikan inovasi untuk meng-capture karbon yang dihasilkan oleh industri dengan teknologi fotobioreaktor. Skema yang digunakan adalah dengan memanfaatkan mikroalga jenis Chlorella Vulgaris yang berperan seperti klorofil pada proses fotosintesis tumbuhan. Mikroalga ini memiliki keunggulan, yakni mudah ditumbuhkan, hanya membutuhkan tempat yang sedikit, dan paling efisien mereduksi karbon dioksida. Fotobioreaktor yang diisi dengan mikroalga akan disalurkan udara kotor dari industri. Kemudian, mikroalga yang ada di dalam tabung akan mengurai emisi tersebut menjadi oksigen serta produk sampingan seperti biogas dan biomassa.
Pada wawancara Kamis (02/11/2023), mereka menjelaskan bahwa lomba ini mengarah pada model bisnis. Mereka tidak hanya memikirkan inovasi, tetapi juga bagaimana penerapan dan keuntungannya. Awalnya, mereka ingin menaruh alat tersebut di pinggir jalan karena banyak emisi dari kendaraan. Namun, setelah mempertimbangkan udara ambien yang masuk sulit terkontrol, akhirnya mereka memilih langsung dari emisi pabrik yang bisa dihitung jumlahnya. Oleh karena itu, inovasi yang mereka buat lebih ke ranah industri dengan harapan emisi industri bisa berkurang sehingga pajak karbon menurun serta bisa merupiahkan produk sampingannya yang berupa biogas dan biomassa.
“It’s now or never” menjadi motto mereka saat berjuang mengerjakan lomba tersebut. Mereka tidak menyangka lolos ke tahap final karena pendaftaran lomba diperpanjang sekitar satu bulan. Namun, saat pengumuman finalis, mereka masuk 10 besar.
Dalam prosesnya, mereka rela menginap di kosan Rahma dan tempat makan yang buka 24 jam, serta hanya tidur 2-3 jam saja untuk membuat presentasi dalam kurun waktu 2 hari. Setelah presentasi final, mereka yakin dapat memenangkan lomba tersebut sehingga mereka memesan tiket ke Yogyakarta meski yang didanai hanya untuk satu orang per tim.
“Tiap dari kita mau menurunkan ego masing-masing, kayak misal ada acara. Harusnya kita wisnight kita batalin, ngerjain itu. Harusnya main dengan keluarga, tapi kita batalin. Harusnya bisa tidur 10 jam tapi kita stay sampai jam 3,” ungkap Ifti.
Perjuangan tim tersebut membuahkan hasil yang manis. Mereka memenangkan lomba dan mendapat juara 1 dari total peserta 120 kelompok yang terdiri atas 305 mahasiswa. Mereka pun mendapatkan pengalaman dalam mengatur waktu, belajar menghadapi tekanan, mempererat pertemanan, belajar bisnis dan berbagai perhitungannya agar hasilnya untung, belajar mempertimbangkan banyak hal, serta membangun relasi untuk belajar hal-hal baru dan meminta bantuan.
Tim tersebut pun sangat kompak. Setiap orang punya bagiannya masing-masing sesuai keahlian yang dimiliki untuk memikirkan ide yang sangat holistik, mulai dari bisnis dan pemanfaatannya dari hulu ke hilir. Ide mereka pun terintegrasi dengan baik karena masing-masing sudah paham idenya. Jika ada kesulitan, mereka pun tidak sungkan bertanya.
Reporter: Gishelawati (Astronomi,, 2019)
Editor: M. Naufal Hafizh