Tim MazCool ITB Juara 1 Kompetisi Desain Internasional Midea dengan Inovasi HVAC Ramah Lingkungan
Oleh Dina Avanza Mardiana - Mikrobiologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.
JAKARTA, itb.ac.id - Mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali mencatatkan prestasi membanggakan di kancah internasional. Pada Selasa (30/9/2025), Tim MazCool yang beranggotakan mahasiswa lintas disiplin dari Teknik Mesin dan Teknik Fisika ITB meraih Juara 1 Student Category pada ajang The 5th Midea HVAC Design Competition International 2025.
Kompetisi ini diselenggarakan oleh Midea Building Technologies (MBT) dan diikuti oleh berbagai tim mahasiswa dari berbagai negara. Kompetisi bergengsi ini menantang mahasiswa dari berbagai universitas dunia untuk merancang sistem Heating, Ventilating, and Air Conditioning (HVAC) yang efisien dan berkelanjutan.
Tim MazCool terdiri atas Frenaldi Sam Faidiban (Teknik Mesin, 2022) sebagai ketua, serta Juan Aaron Norata, Gravin Hotasi Zakharia (Teknik Mesin, 2022), Ahnaf Irbah Hidayat, dan Muhammad Mirza Adhiyarahman (Teknik Fisika, 2022). Di bawah bimbingan Dr. Rahmat Romadhon, S.T., M.T., tim ini berhasil menaklukkan lebih dari 20 tim lain dari berbagai perguruan tinggi.
Lomba berlangsung dari April hingga September 2025, dengan tahap final dan pengumuman juara pada 2 September 2025 serta awarding ceremony di Grand Whiz Hotel, Jakarta Selatan, pada 30 September 2025.
Pada kompetisi tahun ini, peserta merancang sistem HVAC untuk Hotel Platinum Jakarta setinggi 10 lantai dengan tema “Ensoul Building: Building is the Carrier of Life and Life is the Soul of Building”. Tantangan ini mencakup desain aktif seperti perhitungan cooling load, pemilihan unit AC, serta rancangan ducting dan piping system; dan desain pasif seperti Building Management System (BMS), Water Management System, Biophilic Architecture, serta Passive Daytime Radiative Cooling (PDRC).
“Sebagai mahasiswa Teknik Mesin, belajar HVAC itu sangat penting, tapi kami belum pernah menerapkannya langsung sebelumnya. Kompetisi ini menjadi kesempatan besar untuk belajar dan membuktikan diri,” ujar Sam.
Salah satu inovasi unggulan MazCool adalah penerapan teknologi Passive Daytime Radiative Cooling (PDRC) di atap hotel seluas 2.200 meter persegi. Teknologi ini menggunakan lapisan nano-photonic coating yang mampu memantulkan cahaya matahari dan memancarkan panas langsung ke atmosfer tanpa listrik tambahan.
Berdasarkan simulasi ANSYS Fluent, teknologi ini berhasil menurunkan beban pendinginan hingga lebih dari 60 kW, setara dengan kapasitas pendinginan pasif sebesar 193 kW. Selain itu, mereka mengembangkan sistem Building Management System (BMS) dengan fitur energy monitoring real-time, pengelolaan air dan limbah cerdas, predictive maintenance, serta sistem keamanan dan lift monitoring. “Kami ingin menunjukkan bahwa desain HVAC masa depan bukan cuma soal kenyamanan termal, tapi juga soal efisiensi dan integrasi sistem pintar,” ujar Juan.
Dari sisi arsitektural, tim MazCool menerapkan Biophilic Architecture dengan menambahkan taman vertikal dan tanaman rambat di balkon hotel untuk menciptakan suasana alami dan menurunkan suhu lingkungan.
“Konsep biophilic ini membuat desain kami bukan hanya efisien energi, tapi juga meningkatkan kenyamanan dan kesehatan penghuni,” kata Sam. Sementara itu, sistem manajemen air rancangan mereka memanfaatkan kondensat AC dan air hujan yang diolah kembali untuk kebutuhan domestik hotel, sehingga mendukung efisiensi penggunaan air.
.jpg)
Perjalanan menuju juara tidak mudah. Para anggota tim harus membagi waktu antara lomba, magang, dan kerja praktik. “Tantangan terbesarnya justru di manajemen waktu. Banyak tim lain yang gugur di tengah jalan karena nggak bisa bagi waktu, tapi kami terus disiplin dan saling dukung,” cerita Sam. Hal itu diamini oleh Ahnaf yang menambahkan bahwa mereka juga harus cepat beradaptasi dengan software baru dan menyelesaikan berbagai error saat proses desain.
Meskipun berasal dari dua program studi berbeda, kolaborasi lintas disiplin menjadi kekuatan utama MazCool. “Sangat seru bisa berkolaborasi dengan teman dari Teknik Mesin, kami bisa saling bertukar pandangan dan belajar hal baru,” ucap Ahnaf.
Sementara itu, Gravin menilai kemenangan ini juga menjadi motivasi untuk melanjutkan tradisi prestasi mahasiswa ITB di ajang yang sama. “Beberapa kakak tingkat kami juga pernah juara di tahun sebelumnya. Jadi kami ingin meneruskan semangat itu,” ujarnya.
Lewat kompetisi ini, para anggota MazCool tidak hanya mengasah kemampuan teknis, tapi juga belajar tentang komunikasi, kepemimpinan, dan manajemen proyek. “Saya belajar banyak tentang Building Information Modeling (BIM) dan pentingnya koordinasi dalam tim.
Di luar sisi teknikal, kemampuan mengelola waktu dan progres kerja juga sangat berharga,” jelas Sam. Di akhir, Mirza menambahkan pesan untuk mahasiswa lain agar berani mencoba hal baru.
“Awalnya kami tidak paham HVAC sama sekali, tapi karena niat dan rasa ingin tahu yang kuat, kami bisa sampai di sini. Jadi, jangan takut untuk mengeksplorasi bidang di luar keahlian utama,” katanya.
Kemenangan MazCool di ajang internasional ini menjadi bukti nyata semangat inovasi, kolaborasi, dan daya saing global mahasiswa ITB. Melalui desain yang menggabungkan efisiensi energi, keberlanjutan, dan kecerdasan teknologi, MazCool menunjukkan bahwa generasi muda Indonesia siap membawa solusi teknik menuju masa depan yang lebih hijau dan cerdas.








