UGM dan ITB Bahas Riset Inovatif, Dukung Pentingnya Manajemen Air untuk Ketahanan Pangan dan Energi

Oleh Iko Sutrisko Prakasa Lay - Mahasiswa Matematika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

JAKARTA, itb.ac.id – Dalam upaya menghadapi krisis sumber daya alam di masa depan, ITB menggelar ITB Summit on Water and Energy Technology Development for National Security pada Kamis (31/10/2024) di ITB Kampus Jakarta. Acara ini bertujuan membahas teknologi pengembangan air dan energi guna menjaga ketahanan nasional. Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM), Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K)., Ph.D., turut hadir memberikan pemaparannya bertajuk “Arah Pengembangan Riset dan Inovasi di UGM dalam Kerangka Water-Energy Nexus”.

Prof. Ova menjelaskan bahwa air adalah sumber kehidupan yang fundamental, termasuk pada manusia. Tubuh manusia tersusun 80% oleh air sehingga kekurangan air pada manusia berisiko tinggi menyebabkan dehidrasi bahkan hingga kematian. Beliau mengingatkan bahwa ketersediaan air tawar di bumi sangat terbatas. Dari total air yang ada, hanya 2,5% yang berupa air tawar, itupun sebagian besar tersimpan di dalam gletser dan tanah, yang sulit diakses. Oleh karena itu, manajemen air yang tepat dan kebijakan yang bijak sangat dibutuhkan agar sumber daya air dapat dimanfaatkan dengan efisien tanpa mengganggu keberlanjutannya.

Prof. Ova menggarisbawahi peran air dalam sistem pangan dan energi yang saling terkait erat, yang biasa disebut sebagai Water-Energy Nexus. Dalam pengelolaan air, terdapat fungsi utama seperti menyediakan irigasi untuk pertanian, mendukung produksi pangan, serta penyuplai energi melalui hidropower dan biofuel. Air juga menjadi elemen penting dalam menjaga kualitas hidup dan kesehatan masyarakat melalui penyediaan air minum dan pengelolaan limbah.

Di tengah pertumbuhan penduduk yang pesat, penggunaan air secara berlebihan dan perubahan iklim turut mengancam keberlanjutan sumber daya air. Prof. Ova mengingatkan pentingnya inovasi teknologi dalam manajemen air. Menurutnya, ancaman kekeringan yang kerap terjadi akibat fenomena cuaca ekstrem seperti El Niño mengharuskan pemerintah dan masyarakat menerapkan pendekatan terpadu dalam mengelola sumber daya air dan energi. Di sisi lain, ada sektor pertanian yang juga menyerap 80-90% dari total konsumsi air tawar global, baik dari air permukaan maupun air tanah.

Selain menjelaskan tentang tantangan dan potensi pemanfaatan air, Prof. Ova memaparkan tantangan yang dihadapi oleh Indonesia, khususnya dalam kebijakan penggunaan air tanah di kota-kota besar yang cenderung berlebihan. Pertumbuhan penduduk dan urbanisasi menuntut peningkatan kebutuhan air domestik, yang harus diimbangi dengan kebijakan yang mendukung akses air bersih bagi masyarakat luas, terutama di wilayah marginal. Untuk mengatasi hal ini, maka infrastruktur yang memadai serta kebijakan yang memastikan keberpihakan bagi masyarakat marjinal sangat diperlukan.

Prof. Ova juga menyoroti potensi hidropower Indonesia yang besar tetapi belum tergarap optimal. Dari total 162 unit pembangkit hidropower yang ada, sebagian besar terkonsentrasi di Pulau Jawa, sementara daerah lain yang memiliki potensi luas, seperti di luar Jawa, baru memiliki 67 unit. Hal ini, menurutnya, merupakan tantangan sekaligus peluang yang perlu untuk dikelola dengan baik guna mendukung ketahanan energi nasional melalui energi terbarukan.

Prof. Ova mengatakan pengelolaan air dan inovasi yang dilakukan oleh UGM dalam mendukung Water-Energy Nexus, dengan melibatkan banyak pusat studi di universitas. UGM memiliki pusat-pusat penelitian yang khusus membahas topik-topik terkait, seperti watershed management, manajemen terpadu sumber daya air, hingga dampak sosial-ekonomi dari kelangkaan air. Selain itu, ada pula pusat riset yang mengkaji hak atas air dan keadilan distribusi air untuk memastikan bahwa akses terhadap air dapat dirasakan secara merata oleh semua lapisan masyarakat.

Beliau menekankan pentingnya penguatan tata kelola sumber daya air, yang meliputi pengelolaan daerah aliran sungai (DAS), rehabilitasi kawasan DAS, serta pengelolaan hutan lindung dan sampah. Untuk memastikan keberlanjutan sumber daya air, pengelolaan harus dilakukan dengan pendekatan komprehensif, termasuk rehabilitasi daerah aliran sungai dan pengelolaan hutan lindung sehingga sistem tata kelola menjadi lebih efektif.

Menutup pemaparannya, Prof. Ova mengenalkan teknologi inovatif yang sedang dikembangkan di UGM, termasuk water monitoring system atau water moon, alat yang memonitor kualitas dan kuantitas air dari sumur atau sumber air lain yang diintegrasikan dengan sistem perhitungan pajak pemakaian air. Selain itu, UGM mengembangkan rainwater harvesting yang melibatkan mahasiswa dan masyarakat melalui Kuliah Kerja Nyata (KKN), sistem pertanian presisi, dan konservasi air untuk mendukung ketahanan pangan yang berkelanjutan. Menurutnya, solusi inovatif ini mampu memperkuat ketahanan air sekaligus mengoptimalkan penggunaan energi secara efisien di Indonesia.

Dengan keterlibatan banyak pihak lintas bidang, Prof. Ova mengharapkan ITB dan UGM dapat saling mendukung dalam pengembangan teknologi manajemen air dan energi ini, serta memperkuat kolaborasi riset dalam menghadapi tantangan perubahan iklim dan ketahanan nasional di masa depan.

Reporter: Iko Sutrisko Prakasa Lay (Matematika, 2021)

#riset #inovasi #air #ketahanan pangan #energi