Wisli Sagara, Alumni FSRD ITB yang Berhasil Taklukan Paris dan Jepang dengan Sepeda Bambu
Oleh Anggun Nindita
Editor Anggun Nindita
BANDUNG-itb.ac.id., Alumni Fakultas Seni Rupa Desain Institut Teknologi Bandung (FSRD ITB) kembali mengharumkan nama almamater melalui prestasinya di kancah Internasional. Wisli Sagara atau akrab dipanggil Wisli, berhasil menaklukkan Jepang dengan sepeda bambunya melalui ajang sepeda bergengsi The Japanese Odyssey 2023 di awal November 2023.
Dunia olahraga sepeda sudah melekat di diri Wisli. Dia mengatakan sejak bangku SD, sepeda telah menjadi alat transportasi yang menunjang mobilitasnya. Kemudian, kegemarannya terhadap sepeda semakin berkembang saat dia SMP. Kala itu, dia sudah mulai mencoba segala jenis sepeda, mulai dari sepeda basic hingga yang professional.
Tentu saja perjalanannya dalam mengarungi bidangnya ini penuh dengan lika-liku. Pria asal Jakarta ini mengaku sempat mengalami patah kaki selama 9 bulan karena tragedi kecelakaan yang dialaminya ketika bersepeda saat SMP.
Namun, hal tersebut tidak mematahkan semangat Wisli untuk menekuni bidang olahraga yang menjadi dunianya. Selain sepeda, dirinya juga mempunyai ketertarikan dalam dunia sepak bola. Sehingga dia juga sempat menjadi atlet Timnas Junior PSSI.
Sayang, perjalanan karirnya di sepak bola terpaksa harus berhenti, karena tuntutan orang tuanya yang lebih mengutamakan pendidikan akademis. Wisli pun menganggap bahwa karir di bidang sepak bola saat itu belum memiliki masa depan yang cerah.
Akhirnya, Wisli memutuskan fokus untuk ke pendidikannya dan menekuni bidang seni. Dia pun berhasil diterima di jurusan Kriya Tekstil FSRD ITB pada tahun 2001.
“Walaupun sudah fokus di bidang seni, olahraga tidak pernah saya tinggalkan dan tetap menjadi kecintaan saya,” ungkapnya dalam wawancara pada Minggu (19/11/2023).
Setelah lulus kuliah, Wisli memutuskan untuk kembali menekuni bidang sepeda lagi. Siapa sangka, yang awalnya dia mengira olahraga tak akan menjamin kesuksesannya, justru malah menjadikannya sosok seperti sekarang.
Dalam wawancara bersama Tim Humas ITB, Wisli mengungkapkan awal mulai terjun dalam proyek Kayuh Untuk Bumi. Ketenarannya di bidang sepeda membawa Wisli diminta untuk mempromosikan brand sepeda bumi asal Temanggung, yakni Spedagi di G20 Summit Bali pada 15 November 2022. Pada saat itu, Owner Brand Spedagi, Singgih Susilo Kartono dan Wisli berkolaborasi menyelenggarakan program “Bersepeda Pagi” yang memberikan fasilitas kepada tamu penting untuk bersepeda.
Keikutsertaannya dalam proyek Spedagi kala itu karena adanya kesamaan visi antara Spedagi dan dirinya. Menurutnya Spedagi membawa konsep revitalisasi desa yang ingin mengembangkan potensi desa di Indonesia. Hal ini selaras dengan visi Wisli yang ingin memajukan tempat tinggalnya. Dengan harapan, desa tempat tinggalnya dapat lebih dikenal banyak orang. Kala itu Wisli tinggal di Kaki Gunung Batukaru, Bali yang termasuk salah satu desa potensial di Indonesia.
Kerja sama antara keduanya terus berlangsung hingga tahun 2023. Di awal tahun 2023, Wisli dan tim Spedagi berkesempatan mengikuti KTT Asean di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur. Melalui sepeda bambu, Wisli dan tim mencoba untuk mempromosikan produk bambu sebagai produk yang sustain, inovatif, dan kini bentuk komitmen Indonesia terhadap energi ramah lingkungan. Dari sinilah, Wisli secara tidak langsung dinobatkan sebagai duta sepeda bambu.
“Saya cenderung lebih suka yang unik dan langkah,” tuturnya.
Di pertengahan tahun 2023, tercetus ide dari Wisli untuk lebih memperkenalkan sepeda bambu lebih luas lagi. Berbekal keyakinan dan tekad yang kuat, Wisli dan Singgih berhasil bekerja sama dengan Yayasan Bamboo Lingkungan Lestari dan Pertamina melalui kampanye “Kayuh Untuk Bumi”. Awal perjalanan kampanye ini, Wisli lakukan dengan mengikuti festival Paris-Brest-Paris 2023 di Perancis yang berlangsung dari 20 hingga 24 Agustus 2023.
Ketertarikannya di acara Paris-Brest-Paris 2023, ungkapnya, lantaran acara ini termasuk acara tertua di dunia.
Untuk diketahui, Paris-Brest-Paris pertama kali diselenggarakan pada 1891. Di acara ini, tiap peserta harus menempuh jarak tempuh 1.200 kilometer dengan batas waktu maksimal 90 jam. Wisli pun berhasil menjadi pesepeda bambu pertama yang melintasi garis finis pada pukul 10.00 waktu Paris dengan total waktu tempuh 87 jam 4 menit 9 detik. Secara tidak langsung misinya untuk memperkenalkan sepeda bambu terwujud dengan pencapaian luar biasanya di Paris-Brest-Paris 2023.
“Saya sangat menikmati bersepeda di Perancis karena mendapat sambutan meriah dan dukungan moril serta materiil oleh warga sekitar. Sangat terasa sekali atmosfer kekeluargaannya,” ungkapnya.
Tidak puas di Paris, misi sepeda bambu pun berlanjut di Jepang melalui acara The Japanese Odyssey 2023 pada awal November 2023. Berbeda dengan Paris yang menyuguhkan trek ramah bagi pesepeda, di Jepang Wisli harus berpacu dengan medan yang sangat menantang.
Garis start berada di kaki Gunung Sakurajima, Kagoshima Selatan yang termasuk salah satu gunung api dengan asap belerang yang masih membumbung. Tiap peserta diwajibkan mencapai garis finish di Observatorium Ashigezaki, Hachione selama 12 hari dengan total jarak tempuh 2.700 kilometer.
“Kita diberikan ruang kebebasan dalam mendesain rute yang penting kita sampai di garis finish yang telah ditentukan,” ungkapnya.
Pria berusia 40 tahun ini merasa tertantang dan lagi-lagi dirinya mengaku sangat menikmati perjalanannya di Jepang. Wisli mengungkapkan bahwa selama di Jepang dia bersepeda sendiri sehingga banyak pengalaman baru selama di Jepang mulai dari menyusuri trek hutan semalaman hingga menginap di toilet umum.
Wisli juga dibuat kagum dengan lintasan di Jepang yang dibuat dengan membelah bukit dan pegunungan. “Saat saya melewati terowongan, keluar dari terowongan sudah beda kota,” ujarnya.
Dia berhasil menyelesaikan tantangan di Paris dan Jepang dengan berbekal sepeda bambu varian roadbike, Dalanrata. Sepeda yang baru pertama kali digunakan dalam festival sepeda professional. Keberhasilannya menaklukan trek di Paris dan Jepang tentu tidak hanya berbekal sepeda saja, melainkan kondisi badan yang prima. Walaupun bersepeda sudah melekat di diri Wisli, namun Latihan yang optimal tetap dibutuhkan terutama untuk sepeda jarak jauh.
Selain itu, Wisli juga selalu melakukan bike by fitting yakni menyesuaikan tipe sepeda dan badannya dengan jarak yang akan ditempuh. Intinya, dibutuhkan nutrisi yang cukup dan pergerakan yang efektif, efisien, dan konstan dalam bersepeda jarak jauh. Kiat-kiat inilah yang membuat Wisli mampu mencapai garis finish dengan kondisi tubuh yang tetap bugar dan kuat.
“Secara mental, jiwa kita harus senang dengan bersepeda supaya kita bisa menikmatinya dan mencapai garis finish dengan tetap bugar,” lanjutnya.
Misi Kayu Untuk Bumi akan terus Wisli dan tim gaungkan di masa mendatang. Tidak berhenti di The Japanese Odyssey 2023, saat ini Wisli dan tim sedang mendiskusikan untuk proyek selanjutnya. Kesuksesannya di dua negara, semakin membuat Wisli untuk terus ingin mengayuhkan sepeda bambu di negara-negara lain.
“Sepeda ini bukan hanya sekedar bersepeda, tetapi dapat membawa kita ke area kehidupan lain,” tutur Wisli.
Dengan berpegang teguh pada konsistensi serta kerja keras, akhirnya menjadikan Wisli mampu mewujudkan mimpinya bersepeda di ajang internasional.
Reporter: Pravito Septadenova Dwi Ananta (Teknik Geologi, 2019)