Yang terhormat,
Pimpinan dan Anggota Majelis Wali Amanat ITB,
Pimpinan dan Anggota Senat Akademik ITB,
Segenap Sivitas Akademika ITB,
Assalaamualaikum warahmatullahi wabarakatuh,
salam sejahtera bagi kita semua.
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kita haturkan kepada Allah SWT yang atas Rahmat dan Karunia-Nya pada hari ini kita semua berada dalam kondisi sehat, dan dapat berpartisipasi dalam acara ITB Talk ini.
Kita saat ini sudah mendekati penghujung tahun 2020, suatu tahun yang penuh akan perubahan dan tantangan, yang menuntut kesabaran, ketabahan dan kebersamaan. Pandemi COVID-19 yang melanda dunia sejak akhir tahun 2019 telah menimbulkan disrupsi di segala aspek kehidupan, dan membuat kita memikirkan kembali tentang nilai-nilai kehidupan, dan juga tentang bagaimana kita menjalin kehidupan bersama dengan cara yang lebih baik. Pada kesempatan ini, saya sampaikan terima kasih kepada seluruh elemen sivitas akademika ITB atas kerja keras, kerja sama dan kebersamaannya di masa pandemi ini. Mulai memegang amanah sebagai Rektor ITB pada bulan Januari 2020, saya memegang prinsip bahwa kepemimpinan ITB merupakan estafet yang bersifat sinambung dan progresif. Capaian-capaian dari kepemimpinan terdahulu perlu dipertahankan, sementara perbaikan-perbaikan dan pembaruan-pembaruan dilakukan sebagai respon terhadap aspirasi yang berkembang serta dinamika di masyarakat.
Sebagaimana diamanatkan di dalam SK MWA No. 015 Tahun 2007, Visi tentang ITB pada tahun 2025 adalah menjadi perguruan tinggi dengan budaya dan tradisi unggul. Visi tersebut saya terjemahkan kedalam Sosok ITB 2025: Globally Respected/Locally Relevant, melalui kepemimpinan yang bersifat transformasional.
Para hadirin ITB Talk yang saya hormati,
Saya percaya bahwa perguruan tinggi perlu menjadi entitas yang senantiasa bersifat dinamis, responsif terhadap tantangan yang berkembang, serta hadir dengan menawarkan perubahan-perubahan. Sebagaimana kita ketahui, sejak krisis ekonomi yang melanda dunia di kisaran tahun 2008, perguruan-perguruan tinggi mengemban tanggung jawab yang semakin besar untuk merespon, dan berkontribusi dalam menjawab permasalahan-permasalahan nasional di masing-masing negara, dan juga permasalahan global. Sementara krisis ekonomi tersebut belum sepenuhnya bisa diatasi, hari ini seluruh dunia harus berjuang menghadapi pandemi covid-19 beserta dampak-dampaknya.
Dalam tahun-tahun ke depan, berbagai negara di dunia akan menghadapi tantangan untuk melakukan pemulihan-pemulihan baik di sektor kesehatan, ekonomi, maupun sosial secara umum, sebagai dampak dari pandemi covid-19 dan krisis ekonomi tersebut di atas. Permasalahan security (dalam air, pangan, energi, lingkungan) akan menjadi semakin signifikan. Selain ini semua, upaya-upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, khususnya bagi emerging economies seperti Indonesia, menjadi krusial untuk mewujudkan keseimbangan dan keberlanjutan dalam pembangunan dunia (global development).
Kooperasi antarbangsa merupakan sebuah faktor yang kunci untuk mempercepat proses pemulihan dan penanganan dampak krisis, serta menjawab permasalahan global tersebut di atas. Dalam situasi seperti ini, peranan kepeloporan perguruan tinggi tentunya menjadi hal yang sangat penting.
Di lain sisi, perguruan-perguruan tinggi di dunia tengah berlomba-lomba untuk menaikan posisinya dalam peringkat Quacquarelli Symonds World University Rankings (QS WURs). Kunci untuk menjadi world class university adalah bahwa perguruan tinggi memiliki ‘magnet’ yang menjadi daya tarik internasional. ‘Magnet’ tersebut dapat dikembangkan dengan cara mentransformasikan segenap sumber daya yang dimiliki oleh perguruan tinggi, sedemikian rupa sehingga menjadi daya tarik bagi para peneliti, praktisi dan mahasiswa di mancanegara. Semakin tinggi posisi sebuah perguruan tinggi pada QS WURs, semakin besar peluang perguruan tinggi tersebut untuk memanfaatkan sumber-sumber daya pada tataran internasional, untuk digunakan dalam menjalankan misi tridharma perguruan tinggi (Pengajaran, Penelitian dan Pengabdian Masyarakat).
Para hadirin ITB Talk yang saya hormati,
Dari uraian tersebut di atas, saya percaya bahwa sebuah perguruan tinggi akan meraih predikat globally respected/locally relevant jika mampu melakukan hal-hal sebagai berikut:
• menggali dan mengembangkan keunikan sumber daya IPTEKS serta pengalaman lokal/nasional sehingga menjadi keunggulan (excellence);
• berinteraksi dengan berbagai pihak di mancanegara untuk mempromosikan keunggulan yang dimiliki tersebut;
• menjalin kooperasi dengan berbagai pihak, dengan memanfaatkan keunggulan bersama dan atas dasar kesetaraan, untuk merespons baik isu-isu global maupun nasional/lokal.
Saya percaya ITB akan mampu melakukan hal-hal tersebut melalui serangkaian langkah-langkah transformasi sebagai berikut:
1. Peningkatan kinerja Sistem Tridharma yang memfasilitasi seluruh komponen sivitas akademika untuk memberikan kinerja terbaiknya dan menghasilkan keunggulan-keunggulan;
2. Peningkatan kemampuan institusional untuk memberikan solusi terhadap masalah bangsa, dan meningkatkan martabat bangsa dengan cara mempromosikan keunggulan-keunggulan baik pada tataran nasional maupun global;
3. Peningkatan kemampuan institusional untuk menjalin kolaborasi dengan mitra-mitra internasional, dalam kerangka upaya untuk merespon masalah global, nasional maupun lokal;
4. Peningkatan kualitas lulusan ITB agar semakin memiliki wawasan dan kompetensi internasional, semakin kuat dalam karakter nasionalis dan kecintaan terhadap NKRI, serta semakin kuat dalam karakter yang dicirikan dengan kepeloporan, pembaharu, berintegritas dan berdesikasi, serta terbuka untuk menjalin kolaborasi-kolaborasi;
5. Peningkatan keberlanjutan kepemimpinan ITB yang senantiasa mampu bertransformasi untuk merespon perubahan dan mendorong pembaruan.
Izinkan saya mengelaborasi sedikit lebih jauh mengenai kemepimpinan transformasional. Kepemimpinan dalam sebuah institusi bukan hanya berkaitan dengan struktur kewenangan, serta para individu pemegang jabatan struktural. Lebih jauh lagi, kepemimpinan juga berkaitan dengan bagaimana institusi tersebut mampu untuk senantiasa melakukan self-transformation, sehingga dapat mempertahankan dan meningkatkan peranannya di tengah-tengah masyarakat. Di sini, struktur organisasi dan para pemegang jabatan struktural perlu menjadi faktor-faktor yang memfasilitasi transformasi tersebut. Untuk ini, beberapa hal berikut perlu menjadi perhatian:
• Hubungan kerja yang didasarkan atas kompetensi individual/kelompok perlu mendapatkan penekanan, selain hubungan kerja hirarkis yang bersandar pada rantai komando;
• Tindakan/keputusan yang dapat menjadi sumber inspirasi, meningkatkan motivasi, serta visioner perlu lebih dikedepankan, daripada tindakan/keputusan yang bersifat reaktif dan berpola kontraktual;
• Perubahan dengan memberikan role model, membangun trust & respect, perlu lebih dikedepankan daripada perubahan sebatas berbasiskan reward and punishment;
• Fokus pada stimulasi intelektual, kreativitas dan inovasi, berpikir out of the box, keberanian mengambil risiko perlu ditingkatkan, perlu lebih ditekankan selain fokus pada indikator kuantitatif, aturan dan prosedur.
Selain berbagai hal yang diuraikan di atas, ada dua hal mendasar yang perlu untuk senantiasa menjadi perhatian kita. Tanpa menyentuh kedua hal yang mendasar ini, semua langkah di atas akan menjadi kurang berarti, yaitu: i) pengembangan Potensi Insani, atau Human Capital, dan (ii) penguatan dan pengayaan budaya akademik.
Pengembangan potensi insani di sini bukan hanya berkenaan dengan kemampuan kognitif dan keterampilan, melainkan juga mencakup karakter, sikap dan virtue. Pengayaan budaya akademik di sini mencakup peningkatan apresiasi yang genuine terhadap kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, ilmu-ilmu sosial/humaniora (IPTEKS) serta penguatan tradisi dialog dan kolaborasi di antara sesama sivitas akademika ITB berkaitan dengan state of the art di berbagai bidang IPTEKS secara multi-/lintas-disiplin.
Para hadirin ITB Talk yang saya hormati,
Berkenaan dengan pandemi covid-19 yang hingga hari ini masih melanda, di tahun 2021 ITB perlu meningkatkan kontribusinya baik di bidang penelitian, pengabdian masyarakat maupun inovasi, dalam mendukung upaya-upaya yang ditempuh Pemerintah Indonesia untuk melakukan pemulihan kondisi ekonomi dan sosial. Beberapa hal yang diperkirakan akan menjadi prioritas Pemerintah Indonesia dalam beberapa tahun ke depan adalah: i) pemulihan kondisi dan peningkatan daya saing di sektor UKM; ii) percepatan industrialisasi yang didorong dengan pemanfaatan teknologi digital; iii) percepatan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah, mencakup daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T), serta iv) penguatan sistem kesehatan publik. ITB perlu meningkatkan kemitraan dengan berbagai pihak dalam kerangka upaya mendukung langkah-langkah pemerintah tersebut.
Di awal tahun 2021 ITB akan memulai kegiatan pembelajaran dengan metode hibrida, yang menggabungkan metode daring dan luring. Dalam menempuh metode hibrida tersebut, perlu kita perhatikan beberapa hal sebagai berikut:
• Perluasan akses bagi para pembelajar;
• Peningkatan semangat resource sharing;
• Operasionalisasi kampus yang mengedepankan prinsip sustainability;
• Pelaksanaan kegiatan seremonial yang mengutamakan hal-hal yang esensial dan mendasar.
Pandemi covid-19 ini mengingatkan kita semua bahwa ada nilai-nilai universal yang senantiasa dibutuhkan manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaannya, yaitu : empati, saling-peduli, dan solidaritas. Atas dasar empati dan saling-peduli, kita perlu mengedepankan cara-cara komuniasi dan dialog untuk menjawab permasalahan yang berkembang baik antara dosen dan mahasiswa, antara sesama dosen, maupun antara dosen dan tenaga kependidikan. Atas dasar empati dan kepedulian ini juga, kita perlu lebih berhati-hati dalam menyampaikan pesan dan informasi, guna menghindari kebingungan, kesalahpahaman dan tindakan-tindakan yang keliru.
Izinkan saya menutup pidato ini dengan memanjatkan doa,
Ya Allah, ajarkanlah kami hal-hal yang bermanfaat, berilah manfaat kepada kami atas segala yang Engkau ajarkan, dan tambahkanlah ilmu kepada kami. Aamiin Ya Rabbal Alamin.
Bandung, 17 Desember 2020
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Rektor Institut Teknologi Bandung