Yang Terhormat,
Ketua Majelis Wali Amanat,
Ketua Senat Akademik,
Ketua Forum Guru Besar,
Para Wakil Rektor dan Sekretaris Institut,
Para pimpinan ITB, dosen, dan tenaga kependidikan,
Para mahasiswa ITB, terutama mahasiswa baru TA 2020/2021,
Assalamualaikum Wr. Wb.,
Selamat pagi dan salam sejahtera.
Pertama-tama, izinkan saya atas nama keluarga besar ITB menyampaikan selamat datang kepada seluruh mahasiswa baru ITB Tahun Akademik 2020/2021 di kampus ITB tercinta ini. Adalah kebanggaan bagi kami untuk menerima kedatangan Anda semua, putra dan putri terbaik bangsa Indonesia. Atau lebih tepatnya adalah, bagian dari generasi muda penerus, putra putri terbaik bangsa yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Nusantara. Dan bagi para mahasiswa baru dari mancanegara, adalah kehormatan bagi kami untuk menerima kedatangan Anda di sini, sebagai wujud dari persahabatan antarbangsa.
Hingga hari ini, kita semua masih bergelut untuk mencegah penyebaran covid-19 dan berupaya mengatasi berbagai dampaknya. Namun demikian, kita perlu senantiasa optimis dalam melihat ke masa depan, guna meraih cita-cita kita bersama. Pandemi, dan berbagai bentuk bencana yang lainnya senantiasa hadir dalam kehidupan umat manusia. Tetapi sejarah membuktikan bahwa kehadiran berbagai bencana, serta permasalahan kehidupan yang lainnya, justru menjadi faktor penting yang memicu dan memacu perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni serta ilmu-ilmu sosial/kemanusiaan (IPTEKS).
Segenap mahasiswa baru yang saya banggakan,
Sebagian besar dari Anda termasuk ke dalam generasi Z, dan yang lainnya generasi Y, atau kaum milenial. Penamaan suatu generasi dengan kriteria demografis tersebut didasarkan pada asumsi bahwa masing-masing generasi tumbuh dalam lingkungan sosial, ekonomi dan teknologi tertentu.
Kaum milenial dan generasi Z tumbuh di dalam era, di mana perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) berlangsung dengan sangat pesat mulai dari komputer, sibernetika, telekomunikasi, World Wide Web, Internet, telepon seluler, hingga ponsel pintar dengan berbagai platform digital yang menyertainya. Perkembangan TIK tersebut membawa pengaruh pada bagaimana suatu generasi tumbuh dan mengenal dirinya (self), berinteraksi dengan dunia sosial (relationship), dan berpartisipasi dalam kehidupan sosial yang lebih luas.
Sebagian kalangan percaya bahwa milenial dan generasi Z menjalani kehidupannya, dalam proporsi yang signifikan, di dunia virtual/online, dengan menggunakan berbagai platform media sosial. Proses kehidupan seperti ini kemudian membawa pengaruh pada self-perception, self-esteem, pada pola interaksi sosial, serta cara-cara menghadapi permasalahan hidup.
Perkembangan TIK juga dipercaya telah dan tengah membawa perubahan dalam berbagai kegiatan industri, ekonomi, serta perubahan pada dunia ketenagakerjaan. Dipercayai bahwa di masa depan akan semakin banyak pekerjaan yang dilakukan melalui media digital, dan akan semakin banyak dan beraneka ragam data yang dikumpulkan, disebarkan dan diolah dengan menggunakan ponsel pintar, mesin pintar, dan platform digital. Ini yang digambarkan sebagai era Big Data dan Artificial Intelligence.
Perkembangan dan kemajuan TIK pada prinsipnya membuka peluang-peluang baru bagi perbaikan dan kemajuan bagi kehidupan umat manusia. Untuk menggali dan mewujudkan peluang-peluang sesuai dengan yang kita inginkan, tentunya diperlukan pemahaman yang memadai akan perkembangan TIK itu sendiri, dan diikuti dengan perencanaan pemanfaatan TIK secara terukur.
Apakah betul interaksi di media sosial akan menggerus social trust dan solidaritas sosial? Akankah robot-robot dengan AI akan menggantikan manusia di lapangan-lapangan pekerjaan
Atau, apakah yang disebut dengan ‘transformasi digital’ adalah substitusi apa pun yang real menjadi virtual?
Fakta menunjukkan bahwa meskipun semakin banyak peristiwa yang direkam, di-update, di- share melalui media sosial, ini semua tidak mengurangi interaksi sosial di dunia nyata. Kebutuhan akan capturing the moments di media sosial justru meningkatkan mobilitas sosial di dunia real. Fakta lain memperlihatkan bahwa permintaan di sektor kuliner, karena meluasnya promosi oleh netizen, justru meningkatkan permintaan akan produksi bahan pangan, dan mendorong produktivitas di sektor agrikultur. Artinya, peningkatan kegiatan di dunia virtual/digital justru mendorong peningkatan kegiatan di dunia real. Dan masih banyak contoh lain yang menunjukkan pola yang serupa.
Dugaan-dugaan di atas tampaknya didasarkan pada asumsi-asumsi yang keliru tentang dunia virtual/digital, dunia real, dan hubungan antara keduanya. Alih-alih memandang keduanya sebagai dua dunia yang terpisah, yang satu mendominasi yang lain, tantangan ke depan adalah bagaimana melihat keduanya bersandingan, membentuk apa yang oleh para pakar disebut sebagai hyper-connected world. Tantangan ke depan bukanlah mengadopsi dunia virtual/digital dan meninggalkan dunia real, melainkan menata kehidupan yang dicirikan dengan hyper-connectivity tersebut, untuk mencapai masa depan bersama yang semakin baik dan berkelanjutan.
Masa depan bukanlah suatu kehidupan di mana dunia virtual/digital mendominasi, atau menghilangkan dunia real, di mana robot menggantikan manusia. Tetapi masa depan akan dicirikan oleh eksplorasi potensi-potensi dari teknologi digital, Big Data, dan Artificial Intelligence untuk menciptakan nilai-nilai baru dalam kehidupan sosial, ekonomi dan industri. Manusia dan robot akan bekerja sama untuk melakukan hal-hal baru, yang akan sulit dilaksanakan bila tanpa kerja sama human-machine tersebut. Pandemi covid-19 yang tengah berlangsung ini mengingatkan kita semua bahwa ada nilai-nilai universal yang senantiasa dibutuhkan manusia untuk mewujudkan kesejahteraan dan kebahagiaannya, yaitu empati, saling peduli, dan solidaritas.
ITB adalah institusi pendidikan tinggi yang terdepan di Indonesia dalam penguasaan dan kemajuan TIK, dan salah satu yang terdepan di Asia Tenggara. ITB telah memelopori pengembangan dan pemanfaatan TIK, Big Data, dan AI di berbagai sektor publik dan privat. Ke depan ITB akan terus meningkatkan kajiannya tentang hyper-connectivity, serta perencanaan pemanfaatan TIK untuk tujuan pembangunan bangsa dan pencapaian sustainable development goals (SDGs).
Para mahasiswa baru, dosen, dan tenaga kependidikan yang saya banggakan,
ITB, sebagaimana perguruan-perguruan tinggi pada umumnya, memiliki peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan kemajuan bangsa, dan juga peranan yang sangat penting dalam pergaulan antarbangsa. Oleh karena ini kinerja ITB perlu terus-menerus ditingkatkan dengan menggunakan kriteria kinerja tertentu. Salah satu kriteria kinerja perguruan tinggi yang populer di kancah internasional adalah apa yang digunakan dalam sistem pemeringkatan QS WURs (Quacquarelli Symonds World University Rankings).
Indikator kinerja yang digunakan QS WURs adalah: academic peer review (reputasi di mata akadem9si global); faculty/student ratio (komitmen dalam pengajaran); citations per faculty (dampak dari penelitian); employer reputation (reputasi di dunia kerja); international student ratio (keanekaragaman antarbangsa dari mahasiswa); dan international staff ratio (keanekaragaman antarbangsa dari dosen). Sistem ini pada awalnya diinisasi oleh kementerian keuangan Inggris, yang disusun dengan tujuan mengukur posisi global dari perguruan- perguruan tinggi Inggris. Sistem itu kemudian dikembangkan dengan melibatkan perusahaan QS yang bergerak di bidang advokasi pendidikan dan karier. Akhir-akhir ini, sistem pemeringkatan QS WURs juga digunakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sebagai indikator kinerja perguruan tinggi nasional.
Dalam Suplemen dari Rencana Induk Pengembangan (RENIP) ITB, ditargetkan bahwa pada tahun 2025 ITB berhasil masuk ke dalam kelompok 200 teratas QS WURs. Sedangkan gambaran mengenai capaian ITB sampai hari ini, dan tantangan-tantangan ke depan yang dihadapi ITB, telah dipaparkan oleh Senat Akademik ITB. Dalam paparan tersebut Ketua Senat Akademik, Bapak Prof. Hermawan Kresna Dipojono, menyampaikan perbandingan antara kondisi ITB dan kondisi beberapa perguruan tinggi dunia dengan peringkat di sekitar 200, dan dengan beberapa perguruan tinggi nasional.
Yang dapat disimpulkan dari paparan tersebut adalah ITB perlu memberikan penekanan pada beberapa hal berikut: peningkatan porsi mahasiswa internasional; peningkatan keterlibatan dosen mancanegara; serta peningkatan jumlah sitasi publikasi ilmiah dari para dosen. Pencapaian ketiga hal tersebut tentu saja bukanlah hal yang mudah. Tetapi hal tersebut harus dicapai jika ITB ingin meningkatkan posisinya dalam QS WURs.
Kriteria kinerja lain yang harus dirujuk oleh ITB adalah Indikator Kinerja Utama Perguruan Tinggi Negeri yang tertuang dalam Keputusan Mendikbud No. 754 tahun 2020. Di antara indikator-indikator dalam Keputusan Mendikbud tersebut adalah: penyelenggaraan pembelajaran (berbasis SKS) di luar kampus; keterlibatan dosen ITB di industri, atau di kampus lain yang masuk 100 teratas QS WURs; penyelenggaraan program studi secara kemitraan dengan pihak-pihak luar; keterlibatan kalangan praktisi/profesional dalam pembelajaran di kampus; serta pembelajaran dengan metode problem-based dan team-based.
Kedua kriteria kinerja tersebut, baik untuk pemeringkatan internasional maupun pemeringkatan nasional, tentunya perlu dipelajari dan dipahami secara memadai, mencakup baik aspek prosedural maupun aspek substantif. Peningkatan peringkat suatu institusi pendidikan tinggi tentu tujuan utamanya bukanlah untuk prestise, melainkan untuk perbaikan kualitas layanan serta dampak-dampak yang nyata di masyarakat.
Terdapat keserupaan antara dua kriteria tersebut, yakni bahwa ITB, dan perguruan-perguruan tinggi lain secara umum, perlu untuk meningkatkan outreach dan engagement dengan berbagai pihak di luar kampus, baik di dalam negeri maupun di mancanegara. ITB perlu memiliki rumusan strategi untuk meningkatkan outreach dan engagement yang sesuai dengan kriteria-kriteria tersebut, dengan cara-cara yang terukur dampaknya.
Pada prinsipnya, Strategi Pencapaian ITB 2025 meliputi lima langkah perkuatan fondasi, sistem pendukung. Yang pertama adalah penataan struktur organisasi agar mampu bergerak dengan gesit (agile), adaptif dan efisien; pengelolaan segenap potensi insani sebagai human capital untuk mendorong diraihnya capaian-capaian yang terbaik; dan pemanfaatan Sistem Informasi Manajemen mengikuti best practices untuk mendukung fungsi organisasi dan kinerja insani. Yang kedua adalah peningkatan pendapatan melalui cara-cara yang kreatif dan inovatif, dengan penekanan pada berbagai kegiatan yang relevan dengan implementasi transformasi.
Yang ketiga adalah adopsi paradigma Pendidikan 4.0, sebagai bentuk transformasi digital di kampus. Di sini esensinya adalah konektivitas dalam pembelajaran, perluasan pengalaman belajar sehingga lebih borderless, dengan disertai penguatan kemampuan mahasiswa dalam critical thinking, complexity/non-linear thinking, inter-disciplinary thinking, independent learning dan collective learning. Kemudian yang keempat adalah penguatan sistem, atau ekosistem inovasi ITB, dengan fondasi budaya ilmiah yang unggul. Berkaitan dengan hal ini, perumusan agenda riset unggulan ITB perlu dipertajam dengan pendekatan lintas-disiplin atau trans-disiplin, agar lebih mampu merespons kepentingan nasional dan dinamika ilmu pengetahuan global. Kata kuncinya di sini adalah perluasan academic freedom, demi mewujudkan added-values yang tinggi.
Yang kelima, dan tidak kurang penting dari semua langkah lainnya, adalah manajemen perubahan. Ini adalah kerja silent di belakang layar yang sangat membutuhkan energi, fokus, sinergi, serta ketahanan. Partisipasi dari seluruh elemen ITB merupakan hal yang penting bagi keberhasilan implementasi keempat langkah tersebut di atas. Untuk ini, empati, saling-percaya, dan komunikasi merupakan hal-hal penting yang perlu terus-menerus dipelihara, dikembangkan dan diperluas. Selanjutnya dibutuhkan sistem monitoring-evaluation untuk mengukur capaian-capaian kemajuan, guna pembelajaran dan perbaikan secara sinambung (learning & continuous improvement).
Para mahasiswa baru, dosen dan tenaga kependidikan yang saya banggakan,
Hingga hari ini, sudah lebih dari enam bulan kita bersama-sama menghadapi pandemi covid-19 dengan berbagai dampaknya. Sejak pertengahan Maret 2020 yang lalu ITB memberlakukan penutupan kampus, sejalan dengan keputusan Pemerintah Pusat tentang pelaksanaan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Saat ini Pemerintah Pusat telah menetapkan kebijakan tentang Pemulihan Ekonomi, yang disertai dengan pemberlakuan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB). Berkaitan dengan ini ITB tengah melakukan relaksasi, atau pelonggaran secara bertahap, dengan membuka kampus untuk kegiatan-kegiatan tertentu, dengan mengikuti protokol kesehatan.
Saat ini, dari hari ke hari, kita masih mendengar berita tentang munculnya klaster baru penularan covid-19, di berbagai daerah, di berbagai kegiatan. Ada indikasi-indikasi yang menunjukkan bahwa dalam kasus-kasus klaster baru tersebut, pelaksanaan relaksasi/pelonggaran tidak disertai dengan peningkatan disiplin terhadap protokol kesehatan. Padahal, pelonggaran tersebut berpotensi meningkatkan risiko, seperti dibuktikan dengan kemunculan klaster-klaster penularan baru tersebut.
Di sini penting kita memahami prinsip dari adaptasi kebiasaan baru (AKB). Karena pelonggaran terhadap pembatasan itu berpotensi meningkatkan risiko, maka sebaiknya itu dijalani dengan disiplin yang semakin tinggi dalam mengikuti protokol kesehatan. Kita semua memang memerlukan keleluasaan dalam menjalani kegiatan-kegiatan untuk meningkatkan kinerja, sesuai target yang telah kita tetapkan. Tetapi pada saat yang sama kita masih perlu bersabar untuk menjalankan kegiatan-kegiatan itu dengan beberapa pembatasan, sampai situasi semakin kondusif.
ITB, mulai dari jajaran pimpinan hingga para dosen, mahasiswa dan tenaga kependidikan telah menunjukkan kebersamaan dalam melakukan pencegahan covid-19 di kampus, maupun di lingkungan sekitar kampus. Para dosen dan mahasiswa, dengan berbagai hasil penelitiannya, juga telah melakukan banyak inisiatif untuk berkontribusi dalam penanganan covid-19 beserta dampaknya di masyarakat luas. Untuk itu semua saya sampaikan apresiasi yang setinggi- tingginya.
Kepada segenap mahasiswa baru ITB, mulai hari ini Anda menjadi bagian dari sivitas akademika ITB. Anda akan menjalani proses pembelajaran dan pendidikan di ITB, sesuai dengan budaya excellence yang dimiliki ITB. Tidak kalah pentingnya adalah ITB juga berbudaya humble, kita senantiasa rendah hati dalam berkinerja excellent. Dalam situasi saat ini, penting untuk selalu menjaga kesehatan dan stamina dengan baik, dan menjaga motivasi belajar agar tetap tinggi. Jangan ragu-ragu untuk berkonsultasi dengan para dosen wali, dosen pengampu mata kuliah, ataupun dengan pihak prodi/sekolah/fakultas untuk bisa mengikuti proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya.
Komunikasi, di masa krisis seperti yang kita sama-sama hadapi saat ini, adalah faktor kunci. Dengan berkomunikasi, berbagai permasalahan yang muncul sebagai dampak langsung maupun tidak langsung dari covid-19 akan dapat kita hadapi dan atasi bersama. Mengingat pentingnya komunikasi, saya ingin mengajak kita semua untuk melakukan komunikasi dengan cara yang baik dan efektif, baik komunikasi in person maupun melalui media sosial:
Dengan empati, kebersamaan dan solidaritas, mari kita hadapi dan lalui situasi krisis saat ini. Kalau kita bisa melalui masa sulit ini dengan kebersamaan, maka dengan kebersamaan itu pula kita bisa mencapai prestasi-prestasi ketika masa sulit ini sudah berlalu.
Izinkan saya menutup pidato ini dengan memanjatkan doa, “Ya Allah, ajarkanlah kami hal-hal yang bermanfaat, berilah manfaat kepada kami atas segala yang Engkau ajarkan, dan tambahkanlah ilmu kepada kami. Aamiin Ya Rabbal Alamin.”
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Bandung, 10 September 2020
Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Rektor ITB