Teknik Sipil ITB: Akreditasi ABET, Kado Kemerdekaan untuk Mahasiswa

Oleh Bayu Septyo

Editor Bayu Septyo

BANDUNG, itb.ac.id - Menjelang dirgahayu Republik Indonesia, publik ITB terutama segenap keluarga Program Studi (Prodi) Teknik Sipil ITB mendapatkan kado istimewa. Pasalnya, telah beredar Trending Topic sejak Rabu (12/08/2015) dari tulisan di laman Facebook Prof. Dr. Ir. Herlien D. Setio selaku Dosen Prodi tertua di ITB ini terkait dinyatakannya Teknik Sipil ITB yang secara resmi telah lulus dalam akreditasi internasional yang dilakukan Accreditation Board for Engineering and Technology (ABET). Terkait ini, Prof. Herlien yang ternyata memimpin tim khusus dalam proses persiapan menerangkan kepada Kantor Berita ITB sedikit cerita dibalik peraihan akreditasi tersebut.

Satu Tahun Persiapan, Satu Tahun Peningkatan

"Barulah terakhir di Sipil, karena memang di Sipil itu lebih kompleks ya, terutama dosennya yang sangat banyak," terang Prof. Herlien ketika menjelaskan alasan Teknik Sipil ITB sebagai Prodi terakhir di FTSL dalam menyelesaikan akreditasi dari ABET.

Sebelum dinyatakan terakreditasi, ABET memberikan waktu dua tahun semenjak pendaftaran akreditasi. Masing-masing digunakan untuk persiapan dalam pembuatan Self Study Report dan untuk evaluasi serta improvement dari respon yang diberikan ABET. Berbekal bantuan persiapan yang pernah dilakukan dalam akreditasi ABET untuk Teknik Kelautan sebelumnya yang banyak menggunakan Laboratorium Teknik Sipil, Prof. Herlien mengaku Prodinya memiliki sedikit pengalaman dalam persiapan serupa. Hanya saja, menurut Profesor yang juga mantan Kepala Prodi Teknik Sipil ITB ini, Ia dan timnya mendapatkan kenyataan bahwa perhatian terbesar tercurah pada pemenuhan berkas yang melibatkan seluruh dosen terhadap kelas dan mahasiswanya.

"Kemudian setelah itu selesai, kita buat Self Study Report berdasarkan semua data di tahun pertama (data-data pemenuhan kriteria, -red)," jelas Prof. Herlien. Data tersebut kemudian dikirimkan kepada ABET untuk mendapatkan respon yang dibutuhkan terkait evaluasi dan perlakuan improvement yang sesuai. Uniknya, lanjut Prof. Herlien, kondisi safety (keamanan) menjadi salah satu pokok konsentrasi akreditasi yang tidak hanya melihat bentukan kurikulum ini. Ia juga mengaku telah bekerja sama dengan pihak eksternal dalam hal safety untuk menyatakan kesungguhannya dalam memperhatikan proses persiapan yang berlangsung.

"Sebenarnya semuanya standar, dari semua kriteria sudah terpenuhi, hanya saja secara detail perlu beberapa evaluasi," tukas Prof. Herlien. Setelah Self Study Report dikirimkan, ABET yang telah meneliti secara rinci melakukan kunjungan untuk mendapatkan gambaran nyata. Dari semua standar kriteria, tidak ada kriteria khusus tambahan yang diberikan, namun terdapat beberapa komentar penilaian yang menjadi tantangan Prof. Herlien dan tim serta segenap Prodi Teknik Sipil ITB. "Setelah Visit, mereka memberikan komentar diantaranya Deficiency, kemudian ada Weakness yang harus diperbaiki, dan terakhir adalah Concern berupa Friendly Input yang diberikan ABET agar improvement yang dilakukan menjadi lebih baik," ungkap Prof. Herlien.

Pengetahuan Lingkungan sebagai Mata Kuliah Sains Keempat

Profesor yang juga menjadi Guru Besar wanita pertama di ITB ini juga menjelaskan betapa kerasnya hadangan Deficiency yang harus diselesaikan. Deficiency dalam Prodi Teknik Sipil ITB utamanya berkenaan dengan kurangnya satu mata kuliah sains, seperti yang dipaparkan ABET bahwa prodi kerekayasaan harus memuat setidaknya empat mata kuliah sains. "Kita ubah, rupanya Rekayasa Lingkungan yang kini dihilangkan bukan merupakan mata kuliah sains, jadi kita carikan mata kuliah baru berupa Pengetahuan Lingkungan dari SITH dengan proses yang panjang untuk melengkapi mata kuliah sains lainnya, Matematika, Fisika, dan Kimia." Papar Prof. Herlien.

Proses akreditasi ABET dinilai Prof. Herlien sangat baik untuk Prodinya. Jelasnya, semua usaha tidak hanya dilakukan dalam mencapai standar yang lebih baik, namun setiap kriteria yang dipenuhi juga menjadi kesungguhan dalam memberikan semua keperluan perkuliahan yang dibutuhkan untuk Mahasiswa. Sehingga, pencapaian akreditasi ini tidak lagi hanya diamini sebagai prestasi namun juga menjadi kewajiban yang harus ditunaikan. "Capek juga ya kita, tapi bagus. Itu kalau tidak ikut ABET mungkin peningkatan yang sama akan lama sekali terjadi." jelas Prof. Herlien.

Teknik Sipil ITB diakui Internasional, Didekasikan untuk Mahasiswa

Lantas saja apa yang diungkapkan Prof. Herlien melalui Facebook terkait lulusnya akreditasi Teknik Sipil ITB oleh ABET langsung menjadi bahan obrolan dan kebanggaan civitas academica ITB utamanya keluarga besar Teknik Sipil ITB menyusul akreditasi ABET pada Teknik Perminyakan di tahun ini. Menurutnya, respon keberhasilan akreditasi yang memiliki durasi berlaku lima tahun ini sudah diberikan ABET dari Februari 2015 namun memang ada surat resmi yang baru dikirimkan beberapa waktu kemudian setelah respon diberikan.

Keberhasilan yang ia usahakan dengan tim, lanjut Prof. Herlien, didedikasikan secara spesial bagi mahasiswa. "Mahasiswa kan sebenarnya client kita ya, dengan adanya akreditasi ABET ini berarti semua sistem kita memiliki standar dan menjadi lebih baik, jadi untuk mahasiswa ya dimanfaatkan saja. Namun jangan lupa dukungan mahasiswa juga dibutuhkan untuk kedua belah pihak (mahasiswa dan Prodi, -red) dalam menjaga ini," pesan Prof.