Institut Teknologi Bandung

Fasilitas tersebut berada di Laboratorium Telematika, Teknik Telekomunikasi, Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB. Dengan adanya pusat penelitian tersebut diharapkan akan meningkatkan keterampilan dan kemampuan anak bangsa melakukan terobosan terhadap kualitas dan hasil terkait jaringan dan hal terkait lainnya yang dapat diimplementasikan dalam skala yang luas.

Dosen dari Kelompok Keahlian Teknik Telekomunikasi STEI ITB, Dr. Ir. Ian Josef Matheus Edward, M.T. mengatakan, fasilitas tersebut dibangun karena adanya kemajuan dalam bidang seluler yang relatif cepat dari 1G hingga 5G. Tidak menutup kemungkinan, 6G dan sebagianya akan terus ada sehingga perlu pusat penelitian yang dapat mempelajari dan mengembangkan hal terkait.

Berbagai riset dan inovasi mengenai perangkat seluler dan keamanan telah dilakukan. Salah satunya berkolaborasi dengan Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH) ITB, yakni perangkat dan sistem monitoring budidaya rumput laut menggunakan teknologi buoy berbasis internet of things. Alat tersebut bekerja secara real time memonitor kadar oksigen air, kadar PH air, kadar salinitas air, kadar nitrat terlarut dalam air, nilai suhu air, nilai suhu udara. Penerapan lainnya, misalnya pada robot mobil dengan jaringan 5G dengan delay yang sangat rendah sehingga meminimalkan tabrakan, drone, game, hingga CCTV yang terakses langsung dengan perangkat seluler.

Huawei xG Research Center di ITB berperan dalam pengembangan solusi-solusi inovatif yang memanfaatkan potensi penuh teknologi 5G. Dengan infrastruktur dan peralatan canggih yang dimilikinya, pusat penelitian ini menjadi laboratorium hidup bagi berbagai eksperimen dan proyek riset.

Salah satu keunggulan dari Huawei xG Research Center adalah sinergi yang kuat antara dunia pendidikan dan industri. Pusat penelitian ini tidak hanya menjadi tempat bagi para akademisi untuk melakukan riset, tetapi juga menjadi tempat bagi mahasiswa untuk belajar dan mengembangkan keterampilan praktis.