Kelas Isu-isu Global OSKM ITB Bahas Tantangan dan Peluang Mencapai Net Zero Emmission

Oleh Elda Nuriza - Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021

Editor M. Naufal Hafizh

JATINANGOR, itb.ac.id - Mahasiswa sebagai insan akademis memiliki peran strategis dalam pembangunan negara. Mereka diharapkan menjadi individu yang unggul dalam aspek akademik juga memiliki kepedulian yang tinggi terhadap permasalahan yang dihadapi bangsa dan dunia. Mereka pun dapat terus berperan dalam menemukan dan merumuskan solusi terhadap berbagai permasalahan tersebut.

Panitia Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa, Institut Teknologi Bandung (OSKM ITB) 2024 menghadirkan kelas isu-isu global yang merupakan bagian rangkaian kegiatan OSKM hari kedua. Kegiatan ini bertujuan untuk lebih mengenalkan kepada mahasiswa baru terkait kondisi Indonesia dan dunia saat ini dengan segala isu yang ada.

Peserta OSKM dibebaskan memilih salah satu dari 14 isu yang dibahas, terkait ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, hingga teknologi. Kegiatan ini dilaksanakan paralel di ruang kelas GKU 1,GKU 2, GKU 3, Gedung A, Gedung D, dan Gedung E, serta menghadirkan mahasiswa-mahasiswa sebagai pemateri.

Farisa Hasya Qinthari dan M. Ayyasy Shakeer dari Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL), pada topik lingkungan, menyampaikan materi berjudul “Mewujudkan Net Zero: Tantangan dan Peluang bagi Indonesia di Era Hijau”.

Farisa dan Ayyasy memulai pemaparan dengan menerangkan bahwa dunia tengah dihadapkan pada isu perubahan iklim yang memengaruhi temperatur dan iklim bumi secara keseluruhan. Hal itu terjadi karena aktivitas manusia yang mengemisikan gas rumah kaca (GRK). Dalam menanggulangi dampak perubahan iklim, dibutuhkan usaha untuk membatasi pemanasan global dengan peningkatan temperatur tidak lebih dari 1,5. “Untuk mencapai hal tersebut, diperlukan penurunan emisi GRK hingga mencapai angka nol. Kondisi ketika penurunan emisi GRK telah mencapai angka nol disebut net zero emission,” ujar Ayyasy.

   

Net Zero Emission telah menjadi target pencapaian global mengingat urgensinya yang mempertaruhkan seluruh kehidupan di Bumi. Indonesia memiliki beberapa target ambisius penurunan GRK, di antaranya menargetkan puncak emisi pada tahun 2030 dengan penurunan emisi yang berkelanjutan, mencapai NZE pada tahun 2060, memfokuskan pengembangan pada sektor kehutanan dan penggunaan lahan (FOLU) dan sektor energi. Namun, masih banyak tantangan yang harus dihadapi Indonesia dalam mencapai target tersebut.

Tantangan dari sektoral energi yaitu sumber energi Indonesia masih bertumpu pada bahan bakar fosil. Selain itu, alokasi dana untuk pendanaan proyek-proyek perubahan iklim di Indonesia masih belum menjadi prioritas. “Partisipasi masyarakat dan distribusi sumber daya manusia yang tidak merata dalam hal mitigasi iklim juga masih menjadi tantangan,” kata Farisa.

Selain itu, Indonesia memiliki potensi energi baru dan terbarukan yang melimpah karena letak astronomis dan geografisnya. Hal tersebut dapat mempercepat transisi energi yang semula didominasi oleh bahan bakar fosil. Indonesia juga memiliki potensi mengurangi emisi karbon dari penggunaan kendaraan listrik karena memiliki sekitar seperempat dari seluruh cadangan nikel secara global.

Sementara itu, pada sektor industri, Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) menyiapkan kerangka kerja untuk transisi nol emisi industri sebagai solusi percepatan transisi industri menuju target emisi nol emisi. Untuk pembiayaan, pemerintah telah menemukan metode potensial untuk membantu menambah dana iklim dengan menerbitkan Sukuk Hijau Global untuk menghimpun dana investor bagi proyek-proyek hijau di Indonesia.

Terakhir, Farisa dan Ayyasy membahas kontribusi yang dapat dilakukan mahasiswa terkait NZE untuk tahun 2060. “Menurutku, semua orang bisa berperan dengan caranya masing-masing. Dengan kita menanamkan kesadaran terhadap lingkungan dan melakukan langkah-langkah kecil seperti membiasakan memilah sampah, menggunakan transportasi umum, hemat air dan energi itu sudah berkontribusi,” ujar Farisa.

Reporter: Elda Nuriza (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)