Tim CiJeMu Raih Prestasi di ICER 2024 dengan Teknologi Microwave-Assisted Pyrolysis untuk Mengolah Limbah Plastik dan Biomassa
Oleh Qonita Aulia Rahmatullah - Mahasiswa Teknik Pangan, 2022
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id – Tim CiJeMu Cifo Institut Teknologi Bandung (ITB), yang terdiri dari Cifolia Zulfica S (130220148), Gretha Jeanisca C (13022064), dan Musyaffa Rizqullah N (13022055), berhasil meraih Juara 1 dan Best Presentation pada Lomba International Chemical Engineering Research (ICER) yang diselenggarakan oleh Universitas Diponegoro (UNDIP), dengan awarding pada Minggu (17/11/2024). Lomba ini merupakan ajang tahunan yang sudah berlangsung selama tujuh tahun, dengan mengangkat tema riset dan teknologi dalam bidang teknik kimia.
Tim CiJeMu memperoleh informasi mengenai perlombaan ini melalui platform Instagram Creation. Awalnya, mereka mendapatkan kabar tersebut dari seorang senior yang telah mengikuti Lomba Cerdas Cermat Kimia (CerCo) pada tahun sebelumnya dan merupakan mahasiswa Teknik Kimia.
“Untuk mahasiswa yang ingin mencari informasi lomba, kami sangat menyarankan untuk aktif di media sosial, terutama Instagram, karena banyak akun yang memberikan informasi tentang lomba-lomba tingkat universitas. Selain itu, aktif di himpunan seperti HIMATEK (Himpunan Mahasiswa Teknik Kimia) juga sangat membantu, karena mereka sering membagikan informasi lomba terbaru,” ujar Cifolia.
Proses lomba ICER 2024 terdiri dari dua tahapan. Tahap pertama adalah pengumpulan full paper sebagai tahap preliminary. Kemudian dipilih tujuh finalis untuk masuk tahap berikutnya. Pada tahap final, peserta diharuskan untuk melakukan presentasi di hadapan dewan juri dan menampilkan prototype inovasi mereka di exhibition.
Tim CiJeMu mempresentasikan sebuah inovasi terkait pengolahan limbah organik dan anorganik dengan teknologi pirolisis katalitik berbantuan gelombang mikro (Microwave-Assisted Pyrolysis/MAP), yang mampu mengonversi limbah plastik dan biomassa menjadi produk bernilai tinggi seperti bio-oil dan biochar.
"Inovasi kami ini mengeksplorasi teknologi pirolisis katalitik berbantuan gelombang mikro untuk mengonversi limbah plastik dan biomassa menjadi produk bernilai tinggi. Pirolisis tradisional sering mengalami masalah distribusi panas yang tidak efisien, yang menyebabkan reaksi tidak sempurna, konsumsi energi berlebih, serta produk sampingan yang tidak diinginkan, seperti hidrokarbon rantai panjang dan kokas," katanya.
"MAP mengubah energi gelombang mikro langsung menjadi energi termal di dalam material, sehingga dapat memastikan pemanasan yang merata dan meminimalkan pirolisis berlebih atau kurang," lanjutnya.
Metode Microwave-Assisted Pyrolysis (MAP) menawarkan fleksibilitas tinggi dalam mengolah berbagai jenis bahan baku. Dengan memanfaatkan mode pemanasan yang dapat disesuaikan, yakni langsung, tidak langsung, atau kombinasi keduanya, MAP mampu mengoptimalkan efisiensi termal dan kualitas produk yang dihasilkan. Selain itu, MAP juga ramah lingkungan karena mampu mengurangi emisi gas berbahaya, meningkatkan efisiensi energi, serta beroperasi dalam sistem tertutup yang meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan.
Lebih lanjut, tim ini juga merekomendasikan penggunaan bakteri dalam degradasi plastik dengan berbagai bakteri tertentu serta penggunaan nanopartikel yang di-doping, salah satunya TiO2, untuk meningkatkan aktivitas penyerapan cahaya dari sinar UV.
"Aktivitas fotokatalitik yang meningkat akan menghasilkan degradasi plastik seperti polietilena dan polipropilena, yang lebih cepat dan lebih menyeluruh, meskipun plastik ini biasanya tahan terhadap biodegradasi," tambah Musyaffa.
Penampilan prototype tim CiJeMu pada exhibition, Semarang, Jumat (1/11/2024).
Tidak hanya mendapatkan apresiasi dari dewan juri, inovasi yang diajukan oleh tim ini juga menerima beragam masukan positif dari pengunjung pameran. Publik memberikan apresiasi terhadap efisiensi termal dan kemampuan MAP dalam mengurangi emisi gas berbahaya, sehingga dinilai sebagai solusi yang ramah lingkungan dalam mengatasi permasalahan limbah plastik.
Persiapan yang cukup intensif dilakukan oleh para peserta lomba, yang melibatkan rangkaian kegiatan mulai dari penelitian, pembuatan purwarupa, hingga penulisan karya ilmiah. Seluruh kegiatan ini harus dilakukan bersamaan dengan kewajiban akademik lainnya seperti ujian dan praktikum.
"Kendala terbesar kami adalah waktu yang terbatas. Kami harus membagi waktu di tengah-tengah ujian dan tugas besar. Namun, dengan pembagian tugas yang efektif, akhirnya kami dapat menyelesaikan semua tantangan ini dengan baik," tutur Musyaffa.
Pada akhirnya, perjuangan mereka terbayar dengan dua penghargaan, yakni Juara 1 dan Best Presentation. "Kami sangat senang dan tidak menyangka bisa meraih Juara 1. Walaupun kami merasa sempat kurang maksimal, namun usaha yang kami lakukan membuahkan hasil yang luar biasa," tambah Gretha.
Perjalanan mereka pun tak lepas dari berbagai hambatan, mulai dari kendala teknis dalam pembuatan prototipe hingga keterlambatan operasional seperti keterlambatan transportasi. Kendati demikian, semangat juang tim tetap berkobar, terbukti dengan upaya salah satu anggota tim yang harus menyusul ke Semarang dengan kereta berikutnya.
"Kami juga bertemu dengan banyak mahasiswa dari berbagai universitas, yang memberi kesempatan untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan mengenai teknik kimia, yang membuat pengalaman ini semakin berkesan," kata Cifolia.
Selain memperoleh penghargaan, CiJeMu mengaku belajar banyak dari kompetisi ini, terutama mengenai manajemen waktu dan pentingnya kolaborasi dalam riset.
"Lomba ini mengajarkan kami untuk lebih efisien dalam mengatur waktu di tengah banyaknya tugas kuliah dan juga riset. Kami juga belajar banyak tentang penggunaan teknologi baru dalam mengatasi masalah lingkungan," pungkas Musyaffa.
Reporter: Qonita Aulia Rahmatullah (Mahasiswa, Teknik Pangan 2022)