Perjuangan Murid Sakola Kembara Cililin Menggapai Top 3 PTN Indonesia

Oleh Maharani Rachmawati Purnomo - Mahasiswa Oseanografi, 2020

Editor M. Naufal Hafizh

Dari kiri ke kanan: Daffa, Jesika, Sahla (Dok. Istimewa).

BANDUNG, itb.ac.id — Sakola Kembara yang dirintis Rommi Adany Putra Afauly (Teknik Mesin, 2018) dan Annisa Rahmawati Kisam (Biologi, 2020) memiliki visi untuk memberikan pendidikan yang setara agar semua anak Indonesia dapat berkuliah. Mereka memberikan bimbingan belajar gratis untuk membantu siswa SMA dan gap year menyiapkan bekal menghadapi ujian masuk perguruan tinggi (SNBT) sejak tahun 2021.

Saat ini, Sakola Kembara telah tumbuh dan memiliki 5 cabang yang tersebar dari Bandung, Purwakarta, hingga Cirebon. Sakola Kembara cabang Cililin, Kabupaten Bandung Barat merupakan cabang yang berhasil mengantarkan para siswanya ke berbagai perguruan tinggi ternama di Indonesia.

”Sakola Kembara menyediakan program asrama intensif yang memacu kami untuk terus belajar dan tidak henti mengulik soal-soal latihan. Rasanya melelahkan, tetapi sangat menyenangkan karena bisa bertemu teman-teman seperjuangan. Karena sistemnya adalah asrama, kami juga merasa menemukan keluarga baru,” ujar Jesika Marsha Yoanika (TPB FMIPA ITB, 2024).

Para pengajarnya berasal dari kalangan mahasiswa berbagai perguruan tinggi yang membuat peserta merasa nyaman untuk diskusi dan bertanya karena tidak terpaut perbedaan usia terlalu jauh. Tidak hanya belajar, peserta juga mengikuti sesi AHA (Ambil Hikmahnya Aja). Di sesi ini, para pengajar Sakola Kembara menceritakan jatuh bangun mewujudkan cita-citanya. Peserta pun selalu mendapat hal baru yang memantik daya juangnya.

Setelah resmi menjadi mahasiswa, alumni Sakola Kembara pun masih kerap berinteraksi dengan para pengajar di tempat tersebut.

”Kehadiran kakak-kakak ini tidak hanya sebagai pengajar, tetapi juga sebagai mentor. Banyak sekali hal intangible yang menguntungkan bagi kehidupan saya pribadi. Dorongan dan motivasi dari mereka yang akhirnya menumbuhkan kepercayaan diri saya untuk mengupayakan kuliah di UGM. Tahun lalu, saya mendapat juara 2 ajang Ganesha Social Impact Challenge di ITB yang tak luput dari bimbingan Kak Rommi dan Kak Ifat, kedua pengajar Sakola Kembara. Kesempatan ini belum tentu saya dapatkan di tempat lain,” cerita Daffa Najwan (Manajemen UGM, 2023).

Suasana pembelajaran Sakola Kembara Cabang Cililin (Dok. Istimewa).

Dalam perjalanannya, Daffa sempat mendapat pertentangan dari kedua orang tuanya untuk mengenyam pendidikan tinggi. Namun, dia terus gigih untuk meyakinkan kedua orang tuanya bahwa kuliah akan membuka banyak kesempatan yang lebih baik, meningkatkan jejaring sosialnya, memperkaya ilmu, dan yang tidak kalah penting adalah menajamkan pola pikir. Daffa mulanya berkuliah di salah satu kampus daerahnya, tetapi mimpinya untuk menyandang titel mahasiswa di top 3 perguruan tinggi negeri (PTN) Indonesia tidak pernah padam. Dia kembali mencoba peruntungannya dengan mengikuti pembelajaran di Sakola Kembara.

”Sakola Kembara ikut andil dalam meyakinkan saya bahwa semua hal bisa dicapai dengan kerja keras dan ketekunan. Kesempatan berkuliah ini mengubah pandangan dan standar saya karena berada di atmosfer lingkungan yang ambisius dan kompetitif. Saya ingin bahwa dengan segala keterbatasan yang ada, saya tetap bisa bersaing dengan orang-orang lain yang telah berlari lebih dulu di garis start,” kata Daffa.

Kisah lainnya disampaikan Fathya Sahla Humaira yang sempat gagal masuk perguruan tinggi yang diinginkan karena terbebani dengan ekspektasi lingkungannya dan belum menemukan cara belajar paling efektif. Keberadaan Sakola Kembara menjadi angin segar baginya. Dia bisa menemukan teman belajar dan lebih fokus mencapai tujuannya. Sekarang, Sahla dapat tersenyum bangga dan merasa lega karena dapat mmasuk Manajemen UI di tahun 2023.

Jesika menyampaikan pesannya untuk para pejuang SNBT. ”Harus percaya dengan proses yang sedang dijalani, tetapi jangan sampai terlalu menekan diri sendiri. Tidak ada perjuangan yang sia-sia dan jalan yang benar-benar buntu. Dari setiap usaha yang sudah kalian lakoni, pasti akan selalu ada buah manis yang bisa dipetik. Semua orang berhak untuk kuliah, semangat teman-teman!”

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

#kehidupan mahasiswa #sakola kembara cililin