Pengelolaan Sampah Organik dengan Metode Masaro ITB
Oleh Adi Permana
Editor Vera Citra Utami
*Pemilahan sampah organik dan nonorganik di ITB. (Foto ilustrasi: Adi/Humas ITB)
BANDUNG, itb.ac.id- Sampah organik merupakan penyumbang komponen sampah terbesar sekitar 50-70% dari total sampah. Pola hidup masyarakat yang belum menerapkan pemilahan sampah berdasarkan jenis, membuat sampah organik bercampuraduk dengan jenis sampah lainnya hingga mengeluarkan bau busuk dan masalah kesehatan karena bakteri patogen yang terbentuk selama proses pembusukan. Hal ini yang melatarbelakangi Ir. Akhmad Zainal Abidin, M.Sc., Ph.D. (dosen KK Perancangan Produk Teknik Kimia ITB) dan tim membuat teknologi Masaro (Manajemen sampah zero).
Teknologi Masaro merupakan pelatihan pengelolaan sampah menghasilkan zero waste, dengan mengubah paradigma mengenai sampah yang awalnya hanya sebatas cost center (kumpul – angkut – buang) menjadi profit center (pilah – angkut – proses – jual). “Sampah dapat dimanfaat dan menjadi barang yang bernilai ekonomi tinggi. Sampah yang tercampur aduk itu beban,tetapi sampah yang terpilah adalah aset” ujarnya.
Terdapat lima prinsip penerapan Teknologi Masaro diawali dengan pemilahan sampah di sumber, pengolahan sampah di dekat sumber, melibatkan partisipasi masyarakat, pemerintah, dan industri, penerapan teknologi ramah lingkungan, dan pembuatan manajemen untuk program sustainability. Teknologi Masaro membagi sampah dari masyarakat menjadi lima kategori yaitu sampah membusuk, sampah plastik film, sampah waste to energy (WTE), sampah daur ulang, dan sampah B2 (bahan berbahaya). Masing-masing jenis sampah diolah sesuai dengan prosesnya masing-masing untuk menghasilkan produk yang memiliki value added.
*Foto: Pemilahan sampah berdasarkan Teknologi Masaro
Sampah organik menjadi fokus utama pada teknologi Masaro ini. Akhmad Zainal dan tim membentuk program LBHP untuk melibatkan partisipasi masyarakat, pemerintah, dan industri, untuk melakukan pengelolaan dan pengolahan sampah organik di rumah. LBHP (Lingkungan Bersih Hijau dan Produktif) Masaro merupakan program pengelolaan sampah organik rumah tangga menjadi media tanam dengan formulasi 4:3:2:1. Media tanam yang digunakan tidak hanya menggunakan sampah organik tetapi juga melibatkan komponen lain diantaranya tanah, sampah organik, kotoran hewan, dan arang sekam padi, dengan formulasi yang disebutkan. Aplikasi program LBHP diawali dengan memasukkan sampah organik di bagian bawah polybag diikuti dengan campuran 3 media tanam lain diatasnya dan disiram dengan POCI (Pupuk Organik Cair Istimewa) Masaro yang juga merupakan salah satu hasil produk dari Teknologi Masaro.
Laporan mengenai pengolahan sampah organik dengan LBHP Masaro ini telah diterbitkan di Media Indonesia pada Selasa 20 April 2021 dalam Rubrik Rekacipta ITB. [Unduh di sini]
Pengolahan sampah organik dengan LBHP Masaro telah mampu menghabiskan sampah organik di desa dan kelurahan. Meskipun demikian, pelaksanaan program LBHP harus diawali dengan sosialisasi dan diberikan edukasi yang baik, temasuk bimbingan teknis, monitoring, dan evaluasi agar membangun kesadaran di masyarakat. Menurut tim Masaro ITB, Teknologi Masaro menghadirkan solusi terbaik dalam pengelolaan dan pengolahan sampah organik dengan metoda yang jauh lebih bersih, mudah, dan murah untuk dipraktekkan oleh setiap orang serta memiliki nilai manfaat yang besar.
Penulis: Diah Rachmawati (Teknik Industri, 2016)
Sumber: Tim Masaro ITB