Bahas Penerapan Pilar ESG, INFEST 2024 Berikan Dua Sudut Pandang Berbeda

Oleh Chysara Rabani - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh

Diskusi panel Sesi 1 INFEST 2024 di Aula Barat ITB, Sabtu (5/10/2024). (Dok. Panitia INFEST 2024)

BANDUNG, itb.ac.id - Kelompok Studi Ekonomi dan Pasar Modal, Institut Teknologi Bandung (KSEP ITB) menggelar Investment Festival (INFEST) 2024 dengan tema “Investing for Tomorrow: Embarking an Era of Limitless Potential” di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, Sabtu (5/10/2024). Acara tersebut terbagi dalam beberapa sesi.

Dalam salah satu sesinya, INFEST mengangkat topik “Tech and ESG Companies: Unveiling Tomorrow’s Market Leader”. Sesi ini menghadirkan Department Head of ESG Management PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, Poppy Irmasari yang memberikan sudut pandang dari perusahaan serta Direktur Batavia Prosperindo Aset Manajemen, Eri Kusnadi sebagai pemberi sudut pandang investor.

Poppy Irmasari menjelaskan tiga pilar ESG. Environment mencerminkan upaya perusahaan dalam menerapkan aspek lingkungan ke profil perusahaan. Social mengharuskan perusahaan menjaga hak-hak karyawan dan konsumen. Governance menunjukkan perusahaan harus melakukan monitor terhadap berbagai peraturan yang mengatur ESG.

Saat ini, muncul berbagai tren penerapan ESG di Indonesia. Berbagai perusahaan mulai berfokus pada transisi menuju net zero emission serta mengakselerasi energi fosil ke energi terbarukan. Pemerintah pun ikut berkontribusi dengan mengeluarkan berbagai peraturan untuk mendorong penerapan ESG di Indonesia.

Beliau membagikan perjalanan pengembangan ESG di BNI. Penerapan ESG ini mencakup keseluruhan operasional perusahaan yang dimulai sejak tahun 2017 hingga saat ini. “Saya lebih suka menyebutnya sebuah journey karena bagi kami ESG ini membentuk berbagai kultur baru,” ujarnya.

Eri Kusnadi dalam INFEST 2024 di Aula Barat ITB, Sabtu (5/10/2024). (Dok. Panitia INFEST 2024)

Sementara itu, Eri Kusnadi memberikan edukasi untuk memilih instrumen investasi yang tepat. Menurutnya, perusahaan yang sudah menerapkan ESG dapat dijadikan pilihan lebih baik dalam berinvestasi. Penerapan ESG menjadi gambaran bagaimana tata kelola perusahaan tersebut.

Beliau menjelaskan bahwa ESG berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan. Jika yang dirasakan hari ini sangat berbeda dengan yang 30 tahun lalu, berarti pembangunannya tidak berkelanjutan. Pihak yang paling bertanggung jawab adalah perusahaan karena perusahaan merupakan pemakan resources terbesar dan penghasil polutan terbanyak. Sumber daya semakin terbatas, berbagai aspek kehidupan dipertemukan dengan gesekan sehingga perusahaan ikut bertanggung jawab dalam perkembangan umat manusia.

Dalam penerapan pilar-pilar ESG, semua perusahaan harus terlibat. Tidak hanya perusahaan yang berhubungan dengan lingkungan yang harus menerapkan pilar environmental. Sebagai contoh, bank menyediakan layanan mobile banking untuk mengurangi penggunaan kertas. Begitu pun dengan kedua pilar lainnya sebagai bentuk corporate responsibility.

Sesi ini ditutup dengan diskusi panel. Keduanya membahas bahwa ESG memang memakan biaya perusahaan cukup besar di awal penerapan, namun akan terbayar di masa mendatang karena perusahaan akan menjadi lebih kredibel.

Selain itu, dibahas bahwa ESG bukan merupakan suatu trend, melainkan sebuah keniscayaan yang akan menjadi standar di kemudian hari. Mungkin saat ini, perusahaan sedang membangun ESG. Ke depannya, ESG akan menjadi sebuah kebutuhan untuk meminimalkan risiko.

“Sebagai investor, kita memiliki power untuk memaksa perusahaan menerapkan ESG semaksimal mungkin. Baik perusahaan dan investor, keduanya harus terlibat dalam penerapan ESG ini,” tuturnya.

Reporter: Chysara Rabani (Teknik Pertambangan, 2022)