Tim Mahasiswa Juara 1 Kompetisi MnMs’ Week, Usung Inovasi Pengolahan Ilmenit dengan Sampah

Oleh Raja Parmonang Manurung - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2021

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Tim mahasiswa Metalurgi Institut Teknologi Bandung (ITB) raih juara pertama dalam ajang kompetisi. Mereka menyabet juara pertama usai melewati seluruh tahap, yang diadakan di Balai Sidang, Universitas Indonesia pada Sabtu (7/12/2024).

Case Study Competition merupakan salah satu kompetisi The 19th MnMs’ Week yang bertujuan untuk menghasilkan ide-ide baru yang inovatif dan meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mahasiswa, khususnya mahasiswa Metalurgi dan Material.

Tema yang dibawakan pada kompetisi Case Study Competition tahun 2024 adalah “Novel Innovations for Sustainable Practices and Resource Management in Critical Minerals.” Case Study Competition ini bekerja sama dengan perusahaan yang bergerak di bidang metalurgi, khususnya ekstraksi dan pengolahan mineral kritis untuk memberikan kasus permasalahan sesuai dengan tema Case Study Competition. Peserta dengan inovasi dan ide terbaik akan maju ke babak final dan presentasi dihadapan juri secara offline di Universitas Indonesia.

Kompetisi ini berlangsung dalam beberapa tahap, yaitu penyusunan draft konsep ide solusi dari permasalahan yang dikemas dalam karya ilmiah. Tahap kedua adalah tahap semifinal. Pada babak semifinal tersebut, setiap tim akan melanjutkan analisis dari ide yang telah diusulkan pada tahap sebelumnya, analisis berupa studi kelayakan implementasi produk, financial projection, design product, dan market analysis. Setelah itu, 5 tim dengan nilai terbaik dari hasil penilaian dewan juri akan melaju ke babak final. Pada babak final, peserta tidak diarahkan untuk membuat prototype, tetapi hanya membuat proyeksi start-up.

Tim Minions yang berisikan Valent Williandre, Bagoes Trias Airlangga, Samuel Sharon Sembiring, dan Kezya Sagita Indah Sari mengusulkan solusi berupa hilirisasi ilmenit menjadi rutil (TiO2) dengan menggunakan peuyeumisasi sampah. Ilmenit adalah mineral pengikut yang terdapat pada bijih timah.

Bijih timah biasanya ditambang lalu diolah menjadi kasiterit (SnO2) saja. Padahal, dalam bijih timah, terdapat mineral-mineral berharga lainnya, seperti monasit dan ilmenit yang belum dimanfaatkan lebih lanjut. “Pada kasus ini, kami memilih untuk mengekstraksi TiO2 dari ilmenit dengan cara yang lebih ramah lingkungan karena pada saat ini sebagian besar pengolahan mineral ilmenit dan monasit masih kurang baik dampaknya ke lingkungan,” ujar Willi.

Trias juga menambahkan bahwa selama ini, pengolahan mineral ilmenit menjadi TiO2 masih menggunakan asam klorida atau sulfat yang sifatnya kurang baik terhadap lingkungan.

Penggunaan teknologi lain pun dilakukan oleh tim Minions. “Kami melakukan proses benchmarking ke pabrik lainnya yang sudah memakai konsep yang serupa. Kami melakukan reduksi karbotermik yang biasanya memakai batubara untuk menghasilkan logam,” ujar Willi.

Kreativitas dicapai oleh tim Minions dengan melakukan reduksi dengan sampah. “Awalnya, kami tertarik setelah melihat tugas akhir kakak tingkat kami yang memakai sampah untuk mereduksi bijih besi dan bijih nikel. Kami juga memanfaatkan laboratorium yang dapat mendukung percobaan kami, yakni laboratorium pirometalurgi ITB,” tutur Gita.

“Reduksi ilmenit ini menghasilkan slag (TiO2) yang selanjutnya dilakukan leaching dengan reagen asam klorida,” ucap Willi.

Samuel juga menambahkan bahwa pada dasarnya, batubara dan karbon juga sama-sama penghasil karbon. “Emisi CO2 dari sampah itu relatif netral karena sampah sudah terlebih dahulu dipakai, berbeda dengan batubara yang memang hanya untuk dibakar. Daripada tumpukan sampah tidak dimanfaatkan dan terurai kembali jadi CO2 juga, lebih baik dimanfaatkan sebagai reduktor,” tutur Samuel.

Meski begitu, perjuangan mereka pun menghadapi berbagai tantangan. Salah satunya adalah kesibukan masing-masing dari setiap anggota.

“Kami punya kesibukan kami masing-masing. Yang kami lakukan adalah kumpul di tempat Kue Balok yang buka 24/7 itu untuk membuat solusi kami,” tutur Gita.

Selain itu, Trias menyatakan bahwa dia pun mengalami kendala dalam mengelola waktu akibat tuntutan yang tinggi dari program MBKM dan BP IMMG.

Gita juga mengatakan bahwa persiapan ke semifinal dan final memakan waktu berjam-jam bahkan hingga subuh. “Adanya rancang pabrik dan ujian tengah semester adalah tantangan kami juga,” ucap Samuel. “Tantangannya hampir sama, cuman juara satu itu tidak tertebak,” ujar Willi.

Namun, Gita sebagai ketua tim tetap membuat temannya semangat. “Sebelum daftar pun, aku coba buat grup Line yang judulnya Minions juara satu biar menyemangati teman-teman walaupun diketawai karena kepedaanku,” ucap Gita.

Tim Minions mengakui bahwa mereka telah mencurahkan banyak usaha dalam mengikuti lomba ini. Samuel menyebut lomba ini sebagai proyek akhir yang sangat berharga bagi mereka di ITB, sementara Trias merasa senang bisa mengulang pengalaman berharga tersebut. Willi menambahkan bahwa lomba semacam ini sangat bermanfaat untuk memperdalam pengetahuan di bidang studi mereka.

“Tentu, kalau mau juara, persiapan lomba harus matang alias tidak setengah-setengah usaha dalam mengerjakannya,” ucap Samuel.

Trias juga menegaskan bahwa pentingnya mentor, dosen pembimbing, dan anggota tim yang baik adalah kunci dalam memenangkan suatu lomba. Mereka juga berterima kasih kepada Prof. Dr.-Ing. Ir. Zulfiadi Zulhan, ST., MT., IPU; Zela Tanlega, ST., M.Phil., Ph.D.; Ir. Taufiq Hidayat, ST., M.Phil., Ph.D., IPM.; Prof. Dr. mont. M. Zaki Mubarok, S.T., MT.; Pak Sonny Djatnika Sunda Djaja sebagai inventor peuyeumisasi sampah, Laboratorium Pirometalurgi ITB, serta PT Gunbuster Nickel Indonesia sebagai pemberi alat SEM-EDS di lab Pirometalurgi.

Reporter: Raja Parmonang Manurung (Teknik Pertambangan, 2021)
Dokumentasi: Tim Minions

#prestasi #prestasimahasiswa #metalurgi #material