Dies 53 ITB: Pidato Ilmiah Upgrading Nilai Karbon Nasional untuk Energi Alternatif

Oleh Fathir Ramadhan

Editor Fathir Ramadhan

BANDUNG, itb.ac.id - Dalam sidang perayaan Dies Natalis ITB ke-53, Prof. Dr. Aryadi Suwono, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD) menyampaikan pidato ilmiah. Pidato disampaikan pada Jumat (02/03/12) di Aula Barat ITB dan berjudul Upgrading Nilai Karbon Nasional dalam Rangka Mencari Sumber Energi Alternatif untuk Mengatasi Krisis Energi.
Indonesia adalah negara kedua setelah Brazil sebagai tempat penyerapan (sequestration) karbon terbesar. Melalui hutan tropis, karbon diserap secara alami selama berjuta tahun, mengalami proses pembusukan, pemanasan, dan tekanan alami, kemudian berubah menjadi batubara berbagai tingkatan: antrasit, bituminus, subbituminus, dan lignit.

Prof. Dr. Aryadi Suwono dan rekan-rekan peneliti mengembangkan metode mengumpulkan karbon yang terpendam dan memprosesnya ke dalam bentuk bahan bakar berkualitas. Proses ini dinamakan upgrading batubara. Artinya, mengupgrade karbon di dalam batubara.

Penelitian berawal dari skala laboratorium yang dimulai tahun 1994 dalam bentuk proses batch. Penelitian dilanjutkan dengan pengembangan sistem kontinu skala laboratorium di Lab Termodinamika, Pusat Rekayasa Industri. Selanjutnya, penelitian ini diberi nama Coal Upgrading Technology (CUT). Pada tingkat laboratorium ini, proses pengeringan batubara telah dipatenkan melalui HaKI ITB.

Karena hasil penelitian CUT sangat menjanjikan, Prof. Dr. Aryadi Suwono dan rekan-rekan menjalin kerja sama melalui MoU dan Joint Cooperation Agreement (JCA) dengan perusahaan tambang nasional PT Pamapersada Nusantara untuk mengembangkan sebuah pabrik upgrade batubara peringkat rendah skala pilot plant.

Walaupun kehandalan pabrik memerlukan banyak penyempurnaan  agar bisa beroperasi kontinu, pilot plant sudah menunjukkan hasil kualitas batubara yang memuaskan. Hasil analisis menunjukkan bahwa batubara mentah yang hanya bernilai kalor 4.400 kcal/kg dapat diupgrade menjadi 6.000 kcal/kg. Saat ini, ITB dan PT Pamapersada Nusantara sedang beranjak membangun skala komersil.

Torefaksi Gambut, Biomassa, dan Sampah Perkotaan

Proses torefaksi mengkonversi suatu senyawa menjadi senyawa lain yang lebih sederhana, yang akhirnya menaikkan nilai kalornya. Proses ini menggunakan reaktor beratmosfer bebas oksigen yang dapat diatur temperaturnya. Senyawa material gambut, biomassa, dan sampah perkotaan yang sangat berlimpah di Indonesia, dikonversi dengan proses torefaksi agar nilai kalornya meningkat.

Nilai kalor (HHV) gambut produk torefaksi berada pada kisaran HHV batubara subbituminus C sampai dengan bituminus C zat terbang tinggi. Torefaksi pada biomassa menghasilkan bahan bakar padat dengan nilai kalor 5.700 kcal/kg. Sampah perkotaan hasil torefaksi menghasilkan HHV sebesar 6.000 kcal/kg.

Prof. Dr. Aryadi Suwono mengharapkan agar hasil ini dapat menjadi bahan pemikiran untuk membantu menanggulangi krisis energi.