Dies Emas ITB: Rachmat Witoelar, Permasalahan Lingkungan dan Konsekuensinya Terhadap Pemanfaatan Energi

Oleh asni jatiningasih

Editor asni jatiningasih

BANDUNG, itb.ac.id- Menteri Negara Lingkungan Hidup RI, Prof.Ir.Rachmat Witoelar, mengungkapkan masalah "Aspek Permasalahan Lingkungan Global dan Konsekuensinya Terhadap Pemanfaatan dan Penyediaan Energi Primer di Indonesia", Rabu(04/03/09). Presentasi tersebut disampaikan dalam forum Seminar Nasional "Pengembangan Kebijakan, Manajemen, dan Teknologi di Bidang Energi dan Lingkungan" dalam kerangka Dies Emas ITB. Menurutnya, perubahan iklim yang terjadi akhir-akhir ini dikarenakan akumulasi CO2 di atmosfer sehingga suhu di permukaan bumi cenderung meningkat."Tanpa upaya pengurangan emisi gas rumah kaca, suhu permukaan bumi akan terus meningkat mencapai perubahan suhu 2 derajat celcius, merupakan batas perubahan suhu yang tidak bisa kembali seperti kondisi semula," paparnya.

Beberapa gejala perubahan iklim telah terjadi, seperti mencairnya es di Greenland, rusaknya trumbu karang, meningkatnya intensitas badai, banjir,kebakaran hutan, dll. Sebagai konsekuensinya, harus ada perubahan pola ketahanan dan manajemen energi. Empat unsur kebijakan dan manajemen energi seperti yang dikatan beliau adalah ramah lingkungan dan ramah iklim, berkelanjutan, akses yang merata, dan terjangkau. Secara mendalam, energi terbarukan berpotensi menyangga ketahanan energi karena sumbernya seringkali tersedia di pelosok-pelosok, tidak perlu ekstraksi (hanya memanfaatkan fenomena alam), potensi energi mikro hidro cukup besar, juga potensi panas bumi terbesar di dunia.

Adapun tantangan bagi Indonesia dalam memenuhi penyediaan energi diantaranya penelitian dan pengembangan energi terbarukan yang dapat mencapai nilai keekonomiannya, kemudian dalam memanfaatkan energi fosil perlu diperhatikan 3 hal berikut: prinsip 3R (reduce-reuse-recycle), teknologi bersih, dan teknologi end-of-pipe seperti carbon-capture storage. tantangan lainnya adalah dalam hal konservasi, diversivikasi, dan efisiensi energi yang perlu dilengkapi dengan kebijakan fiskal. Dan, yang terakhir yaitu pengembangan skema pendanaan melalui perdagangan karbon internasional.

Dalam hal pembangunan berkelanjutan, perlu ditopang dengan input energi berkarbon rendah misalnya sektor transportasi yaitu mengembangkan moda angkutan masal dan cepat (mass rapid transport-MRT), sektor bangungan berupa pengembangan arsitektur hijau, sektor tata ruang berupa tata ruang nasional dan wilayah yang berwawasan lingkungan, juga sektor industri dengan penghematan energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca dengan penerapan 3R.

Hal terakhir yang disampaikan Bapak Menteri Lingkungan Hidup sebelum beliau kembali bertugas untuk negara adalah pemanfaatan energi primer Indonesia yang berkelanjutan dengan hidup hemat energi, mengurangi pemanfaatan energi fosil, dan mengembangkan serta mempergunakan energi alternatif yang ramah lingkungan.

 

 

 

Foto: ClimateChange