Dosen FTSL ITB Teliti Sanitasi Berkelanjutan bagi Kelompok Marginal di Indonesia Timur

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Pusat Studi Lingkungan Hidup (PSLH) ITB pada Jumat (3/2/2023) mengadakan sebuah webinar bertajuk “Gender Equity, Disability, and Social Inclusion (GEDSI) in Water Sanitation and Hygiene (WASH)”. Acara ini diisi oleh empat narasumber, salah satunya adalah Dr. Anindrya Nastiti, S.T., M.T., seorang dosen Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB.

Dosen yang akrab dipanggil Asti ini membawakan materi berjudul “Sanitasi yang berkelanjutan untuk Kelompok Marginal di Indonesia Timur”. Ia memaparkan hasil dari penelitian bersama tim di Lombok Tengah, NTB dan Manggarai Barat, NTT.

Kedua provinsi tersebut dipilih karena telah melakukan praktik Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dan GEDSI yang cukup baik, seperti sanitarian perempuan, toilet inklusif di sekolah, dll. Oleh karena itu, penelitian ini ditujukan untuk melihat bagaimana norma dan praktik sosial budaya berbasis gender seputar sanitasi bisa diterjemahkan menjadi akses dan tingkat partisipasi yang optimal bagi kelompok marginal dalam program sanitasi.

Data penelitian diambil melalui wawancara kepada 252 kepala keluarga (126 di antaranya berupa rumah tangga yang memiliki anggota penyandang disabilitas), wawancara mendalam kepada 30 pemangku kepentingan, serta Focus Group Discussion (FGD) yang berfokus pada kelompok marginal, yakni perempuan, anak remaja putri, dan penyandang disabilitas.

Asti memaparkan hasil survei yang menunjukkan tingkat sanitasi di daerah tersebut. Selain itu, tim peneliti juga mengkaji mengenai persepsi responden terkait fasilitas WASH di rumah, tingkat pengetahuan masyarakat, tingkat sikap partisipasi perempuan dan penyandang disabilitas dalam program sanitasi, tingkat praktik WASH, serta persepsi terhadap faktor penghambat dan pendukung partisipasi.

Dosen dari Kelompok Keahlian Teknologi Pengelolaan Lingkungan ini turut menjabarkan penghambat dan peluang sanitasi inklusif dari hasil penelitian. Selain itu, ia juga menampilkan analisis causal loop diagram dan rekomendasi yang dapat dilakukan, mulai dari meningkatkan koordinasi dan akses informasi, pengembangan infrastruktur, hingga optimasi peran dan pemberdayaan kapasitas kelompok rentan.

“Dari beberapa hasil yang kami dapatkan di lapangan, ada satu hal yang cukup menyentuh hati dari perspektif kelompok marginal, bahwa sebenarnya mereka punya keinginan yang sangat kuat untuk mengatakan sesuatu untuk berpartisipasi dan turut berkontribusi di bidang perancangan sanitasi tetapi kadang-kadang ada blockage dari internal diri mereka sendiri," ujarnya.

Maksud blockage yang ia maksud adalah mereka merasa malu sehingga pada saat rapat bersama pemerintah mereka kerap merasa tidak cukup kuat untuk menyuarakan pendapatnya. “Dan akhirnya tidak jadi bersuara. Ini yang tercermin dari beberapa hal yang dicoba digali di lapangan. Persepsi ini tidak ditimbulkan secara internal saja tetapi terdapat sistem yang memperkuat persepsi seperti ini di kelompok marginal. Itu yang harus di-address dalam penelitian di bidang sanitasi berikutnya,” tutur Asti seraya menutup sesi pemaparannya.

Webinar ini merupakan kolaborasi dari beberapa pihak, di antaranya adalah Center for Public Health Innovation, Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, dan Pusat Studi Lingkungan Hidup Institut Teknologi Bandung.

Reporter: Hasna Khadijah (Teknik Lingkungan, 2019)