I Ketut Adnyana, Ph.D. : Riset Anti-Tumor dari Tanaman Obat Tradisional
Oleh prita
Editor prita
BANDUNG, itb.ac.id - Tumor merupakan penyakit yang terjadi ketika sel membelah lebih cepat dibanding dengan proses pemusnahan sel.
Setiap hari, manusia dewasa akan kehilangan sekitar 50-70 milyar sel dalam proses pemusnahan sel (apoptosis sel). Proses ini normal terjadi, namun harus diimbangi dengan pembentukan sel. Jika tidak, tubuh akan digerogoti berbagai penyakit, salah satunya Tumor. Berbagai penelitian untuk mencegah tumor terus dikembangkan hingga saat ini. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh I Ketut Adnyana, dosen Farmakologi ITB.
Tumor terjadi ketika sel membelah lebih cepat dibanding proses apoptosis. Tumor berasal dari bahasa latin, tumere, yang berarti bengkak. Tumor ada yang jinak dan ada yang ganas. Dikatakan ganas apabila telah menembus basal lamina. Tumor ganas dikenal juga dengan kanker.
Pasti tidak seorang pun ingin tubuhnya terserang tumor.
Bersama empat orang mahasiswanya, Adnyana melakukan penelitian terhadap tumbuhan temu-temuan seperti kunyit, temulawak, kunyit putih, dan temu kunci, serta bawang tawai untuk menemukan anti tumor yang diperkirakan ada pada tanaman tersebut. I Ketut Adnyana dalam risetnya akan menilik lebih jauh manfaat dari bawang tiwai. Penelitian ini ia beri nama dengan "Anti tumor and immunostrimultant activities of eleutherine americana extract and its isolation of it is active component."
Penelitian ini berawal dari ketertarikannya Adnyana pada aktivitas anti kanker ketika ia masih menempuh pendidikan strata tiga di Jepang. Saat itu, di sana tengah dilakukan pengembangan obat-obat atau zat kimia yang memiliki aktivitas anti tumor.
" Waktu itu levelnya masih in vitro, jadi masih pada skala menggunakan sel lain. Metode itu bagus, cepat, dan murah. Namun belum memberikan gambaran yang tuntas mengenai anti tumor," kata Adyana kepada Kantor Berita pada Rabu (27/1/10).
Eleutherine americana atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan bawang tiwai telah lama dikenal masyarakat Indonesia sebagai obat tradisional yang bisa mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit seperti jantung koroner, penyakit liver, dan kekurangan imun.
Riset anti tumor ini dilakukan dengan mengekstrak bawang tiwai dengan etil asetat kemudian hasilnya akan dites untuk melawan sel tumor. Hasil yang diperoleh cukup memuaskan dalam penelitian tahap in vitro karena aktivitas anti-tumor yang dimiliki oleh ekstrak bawang tiwai hampir sama dengan aktivitas anti-tumor dari obat-obatan kimia.
Adnyana mengatakan bahwa potensi Indonesia sangat besar dalam pengembangan obat-obat herbal. Juga, kata dia, masih banyak sumber daya Indonesia yang belum tereksplorasi hingga saat ini.
Saat ini, penelitian yang dilakukan Adnyana sudah pada tahap in vivo. Pada tahapan ini sudah dilakukan pengujian terhadap hewan. Adapun hewan percobaan yang digunakan adalah mencit (tikus kecil-red).
Selain bawang tiwai, Adnyana juga melakukan penelitian terhadap jenis temu-temuan. Temu-temuan seperti kunyit, temulawak, bawang tiwai, kunyit putih, dan temu kunci merupakan bahan-bahan yang dapat ditemukan dengan mudah di Indonesia. Adnyana memilih tanaman tersebut sebagai objek penelitian karena sudah dipercaya sejak dulu sebagai tanaman ampuh mengobati berbagai penyakit.
"Kita ingin membuktikannya secara scientific," ungkap dia.
Penelitian yang disponsori oleh The Asahi Glass Foundation ini, akan memuat dua tujuan, pencegahan dan pengobatan. Saat ini, Adnyana telah sampai pada tahap pengobatan.
Untuk tahap in vivo, mekanisme penelitian adalah dengan menginduksikan zat karsinogenik ke beberapa hewan. Sebagian hewan tersebut akan diobati dengan obat yang sedang diteliti dan dibandingkan dengan yang tidak diobati. Kemudian, beberapa indikator seperti ketahanan, berat badan, kesehatan, dan beberapa indikator lain akan dibandingkan pada kedua kelompok tersebut.
"Kita akan mengamati apakah ada atau tidak tumor yang muncul, berapa jenis tumor, dan survival dari hewan percobaan tersebut," jelas Adnyana.
Sejauh ini, bahan yang paling menunjukkan hasil positif adalah kunyit putih selain bawang tiwai. Penelitian ini akan terus dilanjutkan hingga tahap uji klinis sehingga suatu saat obat produk penelitian ini bisa dikonsumsi oleh manusia.
Untuk melakukan uji klinis, Adnyana menjalin kerja sama dengan Rumah Sakit Hassan Sadikin Bandung dan Rumah Sakit Persahabatan Jakarta." Kira-kira lima bulan lagi, proses kalsinogesik (memunculkan sel kanker pada hewan) membutuhkan waktu yang lama," aku Adnyana ketika ditanya kapan kira-kira penelitian ini akan selesai.