ICEETalks Episode 1 Bahas Kesiapan Infrastruktur Indonesia Hadapi Ancaman Megathrust

Oleh Rayhan Adri Fulvian - Mahasiswa Teknik Geofisika, 2021

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

ICEE gelar ICEETalks dengan bahasan kesiapan infrastruktur Indonesia dalam menghadapi ancaman megathrust, Rabu (29/1/2025). (Dok. ICEE)

BANDUNG, itb.ac.id - Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali menghadirkan acara tahunan bergengsi melalui ITB Civil Engineering Expo (ICEE) yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Sipil (HMS) ITB. Tahun ini, mereka memperkenalkan segmen ICEETalks, yang tayang perdana di YouTube, Rabu (29/1/2025). Episode perdana ini mengangkat topik “Indonesia’s Infrastructure Readiness in the Face of Megathrust".

Dalam diskusi ini, hadir Ir. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D., pakar mitigasi bencana yang juga dosen di ITB, dengan Prasanti Widyasih Sarli, ST., MT., Ph.D. sebagai moderator. Keduanya membahas sejauh mana infrastruktur Indonesia siap menghadapi ancaman gempa megathrust dan langkah-langkah mitigasi yang harus diambil.

Ir. Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D. menjelaskan bahwa megathrust adalah pertemuan dua lempeng tektonik yang menyebabkan akumulasi energi besar, berpotensi memicu gempa bumi dahsyat dan tsunami. Indonesia, yang berada di Cincin Api Pasifik, memiliki risiko tinggi terhadap bencana ini. Beliau menambahkan pentingnya belajar dari pengalaman Jepang dalam menghadapi megathrust.

Menurut beliau, "Bahaya tsunami justru lebih besar dibandingkan gempa itu sendiri karena dampaknya bisa meluas dan menghancurkan infrastruktur dalam waktu singkat." Oleh karena itu, sistem peringatan dini tidak hanya untuk gempa, tetapi juga tsunami, menjadi sangat vital.

Diskusi ini menekankan pentingnya merancang infrastruktur yang mampu bertahan dari gempa dan tsunami. Bangunan publik dan infrastruktur vital harus dibangun dengan ketahanan terhadap gelombang tsunami. "Kita perlu memastikan bahwa infrastruktur tidak hanya kuat, tetapi juga fleksibel untuk berbagai skenario bencana," ujarnya.

Waktu emas untuk evakuasi saat terjadi tsunami sangat terbatas, biasanya hanya 20-30 menit. Oleh karena itu, sistem peringatan dini yang efektif dan jaringan pemantauan yang akurat sangat diperlukan untuk memberikan waktu yang cukup bagi masyarakat untuk menyelamatkan diri.

Tak hanya teknologi dan desain, keterlibatan masyarakat juga sangatlah penting. Beliau mengatakan, "Kesiapan masyarakat dalam menghadapi bencana adalah kunci utama. Infrastruktur yang kuat tidak akan cukup tanpa kesadaran dan kesiapan masyarakat."

Adapun kesadaran akan bencana kerap memudar seiring waktu. Beliau menekankan bahwa membangun infrastruktur tahan bencana juga berarti membangun kepercayaan masyarakat. "Kita tidak hanya membangun fisik, tapi juga membangun rasa aman bagi masyarakat," katanya.

Penanganan ancaman megathrust membutuhkan sinergi antara pemerintah, ilmuwan, dunia usaha, dan masyarakat. "Tantangan kita adalah memastikan kesiapan dalam lima tahun ke depan," ujarnya.

Baca Juga: Terima Anugerah Diktisaintek 2024, Dosen ITB Harkunti Pertiwi Rahayu, Ph.D. Kembangkan SOP dan Alat Peringatan Dini Tsunami Inklusif untuk Penyandang Disabilitas dan SLB

Episode ini menjadi pembuka yang menarik untuk ICEETalks, menunjukkan pentingnya pendekatan berbasis riset untuk memperkuat ketahanan infrastruktur Indonesia di tengah ancaman bencana alam yang semakin nyata.

Reporter: Rayhan Adri Fulvian (Teknik Geofisika, 2021)

#itb civil engineering expo #icee #himpunan mahasiswa sipil #hms itb #iceetalks #megathrust #ftsl itb