ITB Fair 2010: Talkshow Film "Gading-Gading Ganesha, Bahwa Cinta Itu Ada"
Oleh habiburmuhaimin
Editor habiburmuhaimin
BANDUNG, itb.ac.id - Kurang dari satu bulan lagi, sebuah film nasional yang berkisahkan masa perjuangan sejumlah pemuda berbeda latar selama menuntut ilmu di ITB pada tahun 1980-an akan segera diluncurkan di bioskop tanah air. Pada Sabtu (06/02/2010), bertempat di Campus Center Barat, sebuah talkshow santai mengisi rangkaian acara ITB Fair 2010, digelar dalam rangka menyambut diluncurkannya film "Gading-Gading Ganesha, Bahwa Cinta Itu Ada" pada 4 Maret mendatang. Dalam talkshow ini, sejumlah pemain film ini turut hadir meramaikan acara.
Acara dibuka dan dimoderatori oleh Jamal dan Dita dari Unit Radio Kampus ITB. Sejumlah pemain film Gading-Gading Ganesha (3G) ikut meramaikan talkshow tersebut, seperti Dennis Adishwara, Rizky Hanggono, Alex Abbad, Eva Asharani, Ariyo Wahab, Cindy, dan Restu Sinaga. Produser dan music director film 3G juga tampak hadir dalam kesempatan ini.
Produser film 3G yang datang pada talkshow ini menceritakan bahwa film 3G adalah sebuah film yang mengangkat kisah kehidupan mahasiswa ITB pada tahun 1980-an, dipadukan dengan kisah percintaan mereka. "Beberapa pemuda dari berbagai daerah di Indonesia bersahabat dan menjalani kisah hidup mereka yang berdinamika di kampus ITB," jelasnya mengawali talkshow.
Ketika ditanya pengalaman pemain dalam memerankan perannya di film 3G, semuanya mengaku merasa senang dan seru. "Senang bisa bermain dengan pemain lainnya. Hampir nggak ada duka dalam memainkan film ini, have fun aja," ungkap Ariyo memulai. Senada dengan Ariyo, Eva yang memerankan sosok Ria, gadis dari Padang di film 3G ini juga menuturkan hal yang serupa. "Luar biasa bisa mendapatkan kesempatan bermain dengan senior, dan juga bisa mendapat peran yang menantang," tuturnya.
Menurut Rizky, perannya sebagai Benny di film 3G merupakan sebuah karakter yang sangat berbeda dengan kehidupan aslinya. "Bahkan di film tersebut saya menjadi musisi yang sama sekali bukan kehidupan asli saya," ungkapnya segar. Alex rupanya juga mengemukakan hal yang sama. Menurutnya, perannya di film tersebut merupakan peran yang cukup menantang. Bahkan, tantangan ini tidak hanya dirasakan oleh pemainnya saja, tetapi juga music director. Vicky, biasa disapa, mengaku mendapat beberapa kesulitan dalam membuat konsep musik yang tepat untuk film ini. "Selain itu durasinya cukup panjang," tambahnya.
Seluruh pemain film 3G ternyata telah mencoba untuk memahami setting yang ada pada masa di film 3G. "Kami belajar tentang setting ITB di masa tahun 1982, diajari beberapa alumni ITB untuk mendalami karakter di film tersebut," tutur mereka. Pada akhirnya, pesan yang ingin disampaikan di film ini adalah pembentukan karakter, dimana cerita yang dilalui pada film ini dapat mewakili masa depan.
Diisi Salam Ganesha
Ada hal yang menarik pada talkshow ini, dimana pada sesi tanya-jawab, seorang penanya menantang para pemain film 3G untuk menyatakan Salam Ganesha sebagai salam kebanggaan mahasiswa ITB. Karena pemain film ini bukanlah alumni ITB, maka mereka belajar menyatakan salam tersebut pada saat itu juga. Alhasil, seluruh pemain beserta penonton nampak serempak menyatakan Salam Ganesha. Kejadian ini membuat penonton kelihatan senang dan terkesan dengan pemain-pemain film 3G yang ingin belajar tentang salam kebanggaan ITB tersebut.
Pada akhir talkshow, pemain film 3G mengungkapkan bahwa dapat bermain di film 3G memberikan kesan bahwa mahasiswa di ITB membawa suasana hangat dan akrab. "Asyiklah main di ITB, suasananya enak dan bersahabat," ujar mereka mengakhiri.
[Christanto]
Produser film 3G yang datang pada talkshow ini menceritakan bahwa film 3G adalah sebuah film yang mengangkat kisah kehidupan mahasiswa ITB pada tahun 1980-an, dipadukan dengan kisah percintaan mereka. "Beberapa pemuda dari berbagai daerah di Indonesia bersahabat dan menjalani kisah hidup mereka yang berdinamika di kampus ITB," jelasnya mengawali talkshow.
Ketika ditanya pengalaman pemain dalam memerankan perannya di film 3G, semuanya mengaku merasa senang dan seru. "Senang bisa bermain dengan pemain lainnya. Hampir nggak ada duka dalam memainkan film ini, have fun aja," ungkap Ariyo memulai. Senada dengan Ariyo, Eva yang memerankan sosok Ria, gadis dari Padang di film 3G ini juga menuturkan hal yang serupa. "Luar biasa bisa mendapatkan kesempatan bermain dengan senior, dan juga bisa mendapat peran yang menantang," tuturnya.
Menurut Rizky, perannya sebagai Benny di film 3G merupakan sebuah karakter yang sangat berbeda dengan kehidupan aslinya. "Bahkan di film tersebut saya menjadi musisi yang sama sekali bukan kehidupan asli saya," ungkapnya segar. Alex rupanya juga mengemukakan hal yang sama. Menurutnya, perannya di film tersebut merupakan peran yang cukup menantang. Bahkan, tantangan ini tidak hanya dirasakan oleh pemainnya saja, tetapi juga music director. Vicky, biasa disapa, mengaku mendapat beberapa kesulitan dalam membuat konsep musik yang tepat untuk film ini. "Selain itu durasinya cukup panjang," tambahnya.
Seluruh pemain film 3G ternyata telah mencoba untuk memahami setting yang ada pada masa di film 3G. "Kami belajar tentang setting ITB di masa tahun 1982, diajari beberapa alumni ITB untuk mendalami karakter di film tersebut," tutur mereka. Pada akhirnya, pesan yang ingin disampaikan di film ini adalah pembentukan karakter, dimana cerita yang dilalui pada film ini dapat mewakili masa depan.
Diisi Salam Ganesha
Ada hal yang menarik pada talkshow ini, dimana pada sesi tanya-jawab, seorang penanya menantang para pemain film 3G untuk menyatakan Salam Ganesha sebagai salam kebanggaan mahasiswa ITB. Karena pemain film ini bukanlah alumni ITB, maka mereka belajar menyatakan salam tersebut pada saat itu juga. Alhasil, seluruh pemain beserta penonton nampak serempak menyatakan Salam Ganesha. Kejadian ini membuat penonton kelihatan senang dan terkesan dengan pemain-pemain film 3G yang ingin belajar tentang salam kebanggaan ITB tersebut.
Pada akhir talkshow, pemain film 3G mengungkapkan bahwa dapat bermain di film 3G memberikan kesan bahwa mahasiswa di ITB membawa suasana hangat dan akrab. "Asyiklah main di ITB, suasananya enak dan bersahabat," ujar mereka mengakhiri.
[Christanto]