Kisah Dosen Teknik Kimia ITB dalam Melahirkan Produk Inovasi

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

BANDUNG, itb.ac.id--Program studi Teknik Kimia Institut Teknologi Bandung dan Ikatan Alumni Teknik Kimia ITB menyelenggarakan business forum dalam rangka memperingati 80 tahun berdirinya Perguruan Tinggi Teknik Kimia Indonesia (PTTKI). Dalam webinar tersebut, narasumber yang hadir berbagi kisah kesuksesan dalam melahirkan inovasi di bidang teknik kimia.

Pemaparan materi pertama disampaikan oleh Guru Besar Teknik Kimia ITB, Prof. Dr. Ir. Subagjo yang juga merupakan researcher of absorben sponge iron. Prof Subagjo menceritakan latar belakang terciptanya absorben sponge iron.

“Proyek ini diawali dari PT Pupuk Iskandar Muda yang sangat membutuhkan absorben. Sementara selama ini PT Pupuk Iskandar Muda selalu impor absorben dari Amerika Serikat yang ongkos kirimnya sangat mahal. Akhirnya dilakukanlah penelitian yang dipimpin oleh Dr. Ir. Tatang Hernas,” ujarnya.

Kemudian, Dr.Ir. Tatang Hernas juga menceritakan tentang bagaimana peneliti Teknik Kimia ITB bisa dipercaya untuk melakukan penelitian ini. “Awalnya, kami selaku peneliti dari Teknik Kimia ITB datang ke acara training yang diselenggarakan oleh PT Pupuk Iskandar Muda dan terjadi interaksi. Saat itu, pihak PT Pupuk Iskandar Muda meminta kami untuk membuat absorben yang berkualitas tinggi agar mereka tidak perlu lagi melakukan impor dari Amerika karena biaya ongkos kirim yang terlalu mahal,” ujarnya.

Peneliti dari Teknik Kimia ITB juga dipercaya untuk melaksanakan proyek ini karena industri membutuhkan group of expertise yang sesuai dengan kebutuhan produksi agar resiko yang akan dihadapi industri dalam proses produksi bisa lebih terkalkulasi dengan rinci dan jelas, dan peneliti dari Teknik Kimia ITB adalah pihak yang termasuk group of expertise. Selain itu, peneliti dari Teknik Kimia ITB bisa langsung memegang proyek ini tanpa melalui tender karena mempunyai inovasi yang spesifik.

Pemaparan materi selanjutnya disampaikan oleh Lektor Kepala KK Teknologi Reaksi Kimia dan Katalis Teknik Kimia ITB, Dr.Ir. Melia Laniwati Gunawan, M.Sc. yang juga merupakan peneliti Katalis Merah Putih. Dr. Melia menjelaskan bahwa katalis merah putih adalah katalis yang dibuat dengan prosedur Indonesia, karena selama ini katalis yang terpakai di industri adalah katalis dengan prosedur luar negeri. Ia juga sedikit bercerita bahwa saat menjadi mahasiswa, dosen pembimbing dari tugas perancangan pabriknya adalah Prof. Subagjo.

Pada sesi ini, Dr. Melia juga memaparkan berbagai hasil penelitian yang telah dikomersialisasi, di antaranya adalah Katalis PK-100 HS, Katalis PK-230, dan Katalis PK-220. Sementara itu, juga ada beberapa katalis lain yang siap dikomersialisasi seperti katalis untuk produksi bahan bakar nabati, katalis perengkahan, dan katalis untuk proses hidrogenasi ester lemak. Namun, untuk melaksanakan penelitian dan untuk merealisasikan semua ini, ia dan peneliti lainnya harus menghadapi sejumlah tantangan.

“Pertama, terjadi kebingungan untuk menentukan katalis mana yang harus didahulukan untuk dirancang dan dibuat. Selain itu, pada tahun 2000-an awal pada masa awal reformasi, juga ada pabrik katalis di Indonesia yang harus tutup,” ujarnya.

Keputusan dan langkah untuk mendirikan pabrik katalis karya anak bangsa ini bisa diambil secara berani karena pengalaman serta pengetahuan yang dimiliki oleh para peneliti dari Teknik Kimia ITB dinilai cocok dan kompeten untuk proses produksi yang ada di dalam industri, dengan kata lain para peneliti dari Teknik Kimia ITB memiliki power competence yang cocok sehingga risiko yang mungkin akan dihadapi bisa lebih terukur.

*Penandatanganan perusahaan patungan katalis merah putih

Baca juga: Setelah Perjalanan Panjang, Akhirnya Indonesia Akan Miliki Pabrik Katalis Merah Putih

Sesi terakhir pada webinar ini dibawakan oleh Dr. Ir. I Dewa Gede Arsa Putrawan, M.Si., sebagai researcher of stabilizer PVC. Ia menjelaskan bahwa stabilizer PVC berfungsi untuk industri pipa dan bahan bangunan, dan berfungsi untuk mengurangi kerusakan karena panas atau degradasi termal. Proyek ini didanai oleh badan pengelola keuangan perkebunan sawit yang merupakan usul dari para pengusaha kelapa sawit di Indonesia. “Business case yang paling solid sehingga berhasil mendapatkan pendanaan adalah tentang pengembangan produksi hilir dari sawit dan mengatasi pelarangan penggunaan timbal,” ujarnya.

Material yang digunakan sebagai bahan dasar dari heat stabilizer ini adalah lead, tin, dan mixed metal. Produksi dan penelitian dari stabilizer PVC ini mendapatkan peningkatan skala produksi dari skala laboratorium ke skala unit mini, hingga naik ke skala pabrik pilot yang dimiliki PT Timah Industri.

Salah satu alasan mengapa PT Timah Industri berani meningkatkan skala produksi dari skala laboratorium ke skala pabrik pilot adalah penghematan biaya yang bisa dilakukan oleh para peneliti dari Teknik Kimia ITB dalam proses produksi dan penelitian.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano (TPB FTI)