KKN ITB 2025: Bangun Sistem Pengelolaan Sampah Terpadu di Desa Legokherang, Kabupaten Kuningan

Oleh Chysara Rabani - Mahasiswa Teknik Pertambangan, 2022

Editor M. Naufal Hafizh, S.S.


Peresmian Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Desa Legokherang, Kabupaten Kuningan, Rabu (27/8/2025). (Dok. Kelompok 17 KKN ITB 2025)

KUNINGAN, itb.ac.id - Sebanyak 20 mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) yang tergabung dalam Kelompok 17 KKN ITB 2025 melaksanakan program pengabdian masyarakat bertema Pengelolaan Sampah di Desa Legokherang, Kabupaten Kuningan, pada 5-29 Agustus 2025 ini. Desa yang terdiri atas empat dusun, yakni Pahing, Puhun, Manis, dan Kliwon ini menghadapi permasalahan serius terkait sampah rumah tangga.


Masyarakat belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang memadai, sehingga sampah kerap hanya ditumpuk, dibakar, bahkan dibuang ke sungai. Kondisi ini memunculkan dampak lingkungan sekaligus mencerminkan minimnya kesadaran serta ketiadaan sarana prasarana pendukung.

Menjawab masalah tersebut, mahasiswa berinisiatif membangun TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle) serta TPSS (Tempat Penampungan Sampah Sementara) bersama masyarakat. Program ini dirancang untuk menciptakan sistem pengelolaan sampah berkelanjutan, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat melalui edukasi dan pendampingan.

Kunjungan Rektor ITB ke Tempat Pengolahan Sampah dengan prinsip Reduce, Reuse, Recycle (TPS3R) di Desa Legokherang, Kabupaten Kuningan, Rabu (27/8/2025). (Dok. Kelompok 17 KKN ITB 2025)

Ketua Kelompok 17, Kevin Ariya Mudita (Teknik Metalurgi, 2023), menyampaikan tujuan utama program ini adalah menghadirkan fasilitas pengolahan sampah terpadu, mengedukasi warga mengenai pemilahan dan pengolahan sampah, serta memberdayakan masyarakat melalui kegiatan produktif.

Pembangunan TPS3R dilakukan dari nol di atas lahan kosong berukuran 6x6 meter. Fasilitas ini dilengkapi ruang pemisahan sampah organik dan anorganik, ruang pengelolaan, komposter drum, serta tungku pembakaran berukuran 2x2x1,5 meter dengan cerobong 1,8 meter untuk mengolah sampah anorganik yang tidak dapat dijual kembali.

Sampah organik diproses menjadi pupuk padat dan cair melalui 10 unit composter drum, sementara sampah anorganik yang masih memiliki nilai ekonomis dijual ke pengepul tingkat desa. Mahasiswa juga memperbaiki sebuah mobil pickup yang semula tidak layak pakai, agar dapat difungsikan kembali sebagai armada pengangkut sampah dari 12 TPSS yang tersebar di 17 RT. Setelah fasilitas TPS3R dan TPSS selesai dibangun, warga langsung memanfaatkannya, yang menjadi indikator tumbuhnya kesadaran baru dalam mengelola sampah.

Selain pembangunan infrastruktur, mahasiswa turut mengadakan sosialisasi dan pelatihan bagi warga. Kegiatan ini meliputi edukasi pemilahan sampah, pelatihan pembuatan pupuk kandang dari kotoran ternak, serta workshop kreatif membuat lilin aromaterapi dari minyak jelantah. Program ini mendapat sambutan positif dari masyarakat. Antusiasme warga terlihat dari tingginya partisipasi dalam kegiatan, bahkan sebagian meminta agar workshop serupa kembali diadakan.

Sosialisasi pembuatan pupuk kandang bersama warga Desa Legokherang, Kabupaten Kuningan, Sabtu (23/8/2025). (Dok. Kelompok 17 KKN ITB 2025)

Tantangan dalam pelaksanaan program pun tidak sedikit. Perubahan lokasi proyek, keterbatasan lahan, hingga longsor yang tiga kali menutup akses jalan sempat menghambat progres. Namun, berkat koordinasi dengan perangkat desa serta dukungan masyarakat, seluruh program dapat diselesaikan dengan capaian 100%.

“Kami ingin program ini tidak berhenti hanya sebatas inisiatif KKN, tetapi berlanjut sebagai program resmi desa. Karena itu, kami sudah menyerahkan kajian pengelolaan, SOP, dan melatih lima orang warga sebagai pengelola awal,” kata Kevin.

Program pengelolaan sampah di Desa Legokherang memberi manfaat bagi 2.229 jiwa penduduk setempat. Warga kini memiliki fasilitas pengolahan sampah yang layak sekaligus bekal pengetahuan untuk menjaga keberlanjutan program.

Kevin berharap perangkat desa benar-benar menjaga keberlangsungan TPS3R, sementara masyarakat tetap konsisten memilah dan mengolah sampah sesuai kapasitas masing-masing. “Kami belajar bahwa walaupun masih mahasiswa, kami dapat memberi dampak nyata bagi masyarakat. Semoga pengalaman ini menjadi bekal untuk berkontribusi lebih luas setelah lulus nanti,” ujarnya.

#itb berdampak #kampus berdampak #itb4impact #diktisaintek berdampak #kkn itb #kuningan #sdg3 #sdg4 #sdg6 #sdg15 #sdg17 #sdg 11 #sustainable cities and communities #sdg 12 #responsible consumption and production #sdg 13 #climate action