Konsisten Setiap Tahun, Turnamen Tenis Meja se-Indoensia ITB OPEN X Digelar

Oleh hendra adi putra

Editor hendra adi putra

Bandung, itb.ac.id – bertempat di Gedung Serba Guna (GSG) ITB untuk kesepuluh kalinya turnamen tenis meja se-Indonesia kembali digelar oleh Unit Aktivitas Tenis Meja ITB hari ini (21/11). “ Turnamen ini tiap tahun kita adakan, dari sejak tahun 1996 hanya sekali vakum tahun 2005 karena anggota yang sedikit,” ujar Galih Nugroho (MT03), ketua panitia. Turnamen yang diselenggarakan tanggal 21-25 November ini, diikuti oleh 12 universitas dan belasan klub lainnya. Pembukaan bersama acara pukul 09.00 pagi ini dilakukan oleh Cucu Nurdin mewakili walikota Bandung dan perwakilan KONI bandung. Seyogyanya Rektor ITB turut membuka acara ini, tapi sayangnya wakil rektor bidang kemahasiswaan yang direncanakan akan hadir tidak datang saat pembukaan. “Kami harap penutupan hari minggu (25/1 –red) pukul 10 malam nanti perwakilan dari rektorat hadir,” ungkap Galih. Kategori yang diperebutkan dalam turnamen ini adalah mahasiswa beregu putra/putri, mahasiswa tunggal putra/putri, kadet putra/putri (dibawah 15 tahun), veteran (diatas 45 tahun), dan umum. ITB menurunkan untuk semua kategori kecuali kadet dan veteran. Dari keselurahan 25 tim beregu dan 395 orang tunggal, tim yang terjauh datang adalah dari Gorontalo, Sulawesi Utara dan Bontang, Kalimantan Timur. Dalam turnamen ini, ITB mengirimkan tiga tim yang terdiri dari Chairil AS02, Yodhi TI05, Deny ME04 sebagai Tim ITB A, Brian MS06, Niko TK 04, Arkhanudin FI 05 sebagai Tim ITB B, dan Nila BI03, Ikis AS04, Visi TK06, Febi TA04 sebagai Tim ITB. Dari keseluruhan peserta, tim dari Universitas Kadiri (UNIKA) dan Universitas Kristen Indoensia (UKI) menjadi favorit juara. “Tim dari UNIKA merupakan binaan PT Gudang Garam yang melahirkan atlet-atlet nasional dan mereka ada beasiswa untuk atlet.” tutur Petra salah seorang panitia ITB Open. Sedangkan untuk ITB sendiri, Galih menjelaskan tidak memasang target lebih menjadi juara.” Menjadi penyelenggara yang baik saja sudah sangat bagus” katanya. Karena menurutnya UATM adalah unit aktivitas dan mereka melakukannya sebagai pengisi waktu luang. “Kami tidak melakukan pembinaan seperti layaknya seorang atlet. Selain itu sangat sulit melakukan latihan serius minimal 16 jam seminggu dengan jadwal kuliah yang ketat.” tambah Galih. Selain menjadi penyelenggara yang baik, panitia pun berharap agar turnamen ini dapat sepenuhnya mengikuti standard nasional dan menjadi ajang silaturahmi mahasiswa se-Indonesia.