Mencari Jejak Kehidupan di Mars

Oleh

Editor

BANDUNG, itb.ac.id - Himpunan Mahasiswa Astronomi (Himastron) ITB malam ini (21/9) mengadakan pengamatan bintang untuk umum, bertempat di halaman TVST dan Oktagon. Dipercepat sehari dari jadwal yang seharusnya, pengamatan ini terhambat oleh cuaca yang tidak mendukung. Pengamatan ini berlangsung pukul 18.00-23.00 WIB. Sebelum pengamatan dimulai, pemaparan ilmu astronomi populer oleh Evan I. Akbar, mahasiswa program studi Astronomi angkatan 2002 pun diberikan. Paparan kali ini bertajuk “Mencari Jejak Kehidupan di Mars”. Banyak mahasiswa baru angkatan 2006 yang mengikuti acara ini. “Saya berminat masuk ke prodi ini, makanya saya mengikuti acara ini, supaya lebih paham astronomi itu bagaimana, sih,” jelas seorang mahasiswi dari Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) angkatan 2006. Mars memang planet yang unik, sepintas planet merah ini memiliki beberapa karakteristik yang menyerupai bumi, seperti ukuran, temperatur, serta adanya kutub Selatan dan Utara. Terakhir kali Mars menjadi populer adalah pada 27 Agustus 2003 dimana Mars berada dalam posisi oposisi terdekat dari bumi. Saat itu, Mars nampak lebih besar dari ukuran biasanya, serta lebih terang. Dahulu kala, muncul teori yang menyatakan bahwa di planet Mars terdapat sebuah bentuk kehidupan. Berasal dari temuan Schiaparelli (1877) yeng mengamati Mars menggunakan teropongnya dan menemukan figur menyerupai kanal-kanal di permukaan Mars, teori ini menjadi opini publik dengan munculnya beberapa cerita fiksi yang menceritakan tentang penghuni planet Mars yang dinamakan ‘alien’. Maka pencarian bukti-bukti keberadaan bentuk kehidupan di Mars pun menjadi tugas para ilmuwan. Data-data dari penelitian-penelitian tentang Mars menunjukkan bahwa Mars tidak memiliki lingkungan yang ramah untuk makhluk hidup. Komposisi udara Mars sebagian besar terdiri atas Karbondioksida, dan perbedaan suhu ketika siang dan malam adalah sangat ekstrem. Pada siang hari suhu maksimum adalah -13 derajat Celcius, sementara pada malam harinya mencapai -80 derajat celcius. “Namun tidak tertutup kemungkinan ada kehidupan selain di bumi. Dengan jumlah galaksi yang tidak terbatas, semesta ini terlalu kecil untuk dihuni oleh manusia sendiri,” ucap Evan. “Mengetahui bahwa Mars adalah planet yang tidak ramah untuk sebuah bentuk kehidupan, maka para ilmuwan kini mengalihkan fokusnya dalam mencari bentuk kehidupan lain ke planet-plenet lain yang berada di luar tata surya kita,” lanjutnya.