Menyelami Dunia Akuakultur, Mahasiswa Rekayasa Pertanian ITB Pelajari Teknologi Budi Daya Udang Vannamei

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana

22 mahasiswa program studi Rekayasa Pertanian ITB pelajari teknologi budidaya udang vannamei di PT. Indonusa Yudha Perwita di Indramayu, Jawa Barat.

JATINANGOR, itb.ac.id — Sebanyak 22 mahasiswa program studi Rekayasa Pertanian dari Institut Teknologi Bandung (ITB) mengunjungi tambak udang PT. Indonusa Yudha Perwita di Indramayu, Jawa Barat. dalam kunjungan lapangan yang berlangsung pada Kamis (25/05/2023).

Kunjungan ini dilakukan tujuannya untuk memberikan para mahasiswa pengalaman praktis dalam bidang budi daya udang dan untuk melihat secara langsung proses produksi di tambak udang yang dikelola oleh PT. Indonusa Yudha Perwita. Dalam kunjungan tersebut, para mahasiswa didampingi oleh dua dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pertanian Laut dan Pesisit, yaitu Prof. Gede Suantika dan Dr. Asep Hidayat.

“Kita melihat ya, prospek aquaculture itu sangat besar,” jelas Prof. Gede Suantika.

Founder sekaligus CEO PT. Indonusa Yudha Perwita, Dilip Sathyanathan mengatakan, dirinya telah berkecimpung dalam budi daya udang sejak tahun 1987. Awalnya, mereka mendatangkan benih udang yang berkualitas tinggi dari Taiwan dan memulai dengan hanya tujuh kolam tambak. Namun, seiring berjalannya waktu, perusahaan ini menghadapi beberapa tantangan, termasuk penyakit Vibriosis yang menyebabkan keropos pada udang.

Pada tahun 1999, mereka juga menghadapi kesulitan dalam pertumbuhan udang jenis windu. Namun, sejak tahun 2001, PT. Indonusa Yudha Perwita mulai beralih ke budi daya udang vannamei yang hingga saat ini masih dilakukan.

Di tahun 2018, perusahaan ini juga menghadapi masalah dengan penyakit EMS (Early Mortality Syndrome) dan APHND (Acute Hepatopancreatic Necrosis Disease) yang sedang dalam penanganan dengan menggunakan plankton sebagai upaya pencegahan.

Dilip menekankan beberapa hal penting terkait tambak udang. Dia menyoroti pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan (company social responsibility) dalam menjalankan kegiatan budi daya udang, karena dukungan dari masyarakat sangatlah penting untuk pertumbuhan perusahaan.

Selain itu, dia juga menjelaskan bahwa usaha budi daya udang memiliki potensi untuk mencapai balik modal dengan cepat, yaitu dalam waktu 1,5 tahun atau 3 kali siklus budi daya dan permintaan akan udang sangat tinggi baik di pasar lokal maupun ekspor.
“Udang ini 95% kita ekspor ke Amerika,” ungkap Dilip.

Dia pun menyoroti pentingnya manajemen risiko, seperti memastikan benih udang yang digunakan sudah tersertifikasi dan memiliki teknisi yang handal dalam menangani permasalahan di lapangan.

Selama kunjungan, mahasiswa ITB juga diberikan kesempatan untuk melihat langsung proses budi daya udang vannamei di tambak PT. Indonusa Yudha Perwita. Mereka dapat mempelajari teknik pemeliharaan udang, pengendalian penyakit, manajemen tambak, serta berbagai teknologi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas dan menjaga kualitas air di tambak.

Sebagai penghargaan atas kesempatan untuk belajar, pihak ITB memberikan sertifikat kepada PT. Indonusa Yudha Perwita. Acara ini ditutup dengan sesi foto bersama untuk mengabadikan momen berharga tersebut.

“Kuliah lapangan ini membuka mata saya bahwa prospek pertanian itu sangat luas, terlebih pada aquaculture yang memiliki potensi yang besar di Indonesia dan profitable,” ungkap salah salah peserta, Fadia (BA’20).

Diharapkan adanya kuliah lapangan dapat memberikan inspirasi bagi para mahasiswa untuk terus mengembangkan ilmu dan pengetahuan mereka serta berkontribusi dalam pengembangan sektor pertanian di Indonesia.

Reporter : Ardiansyah Satria Aradhana (Rekayasa Pertanian, 2020)