Orasi Ilmiah Prof. Siti Khodijah Chaerun: Biometalurgi Sebagai Solusi Inovatif Untuk Tantangan Lingkungan Menuju Proses yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan
Oleh Artanti Mirta Kusuma - Mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021
Editor Anggun Nindita
BANDUNG, itb.ac.id - Forum Guru Besar Institut Teknologi Bandung (FGB ITB) kembali mengadakan Orasi Ilmiah Guru Besar pada Sabtu (21/9/2024) di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha. Salah satu orator adalah Prof. Ir. Siti Khodijah Chaerun, M.T., Ph.D., dari Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM).
Beliau menyampaikan orasi yang berjudul "Biometalurgi sebagai Solusi Inovatif untuk Tantangan Lingkungan Menuju Proses yang Berkelanjutan dan Ramah Lingkungan”.
Industri pertambangan dan metalurgi seringkali menjadi kekhawatiran masyarakat sekitarnya karena dianggap aktivitas pertambangan dan metalurgi dapat menimbulkan kerusakan pada lingkungan, polusi udara dapat merusak atmosfer dan berkontribusi pada perubahan iklim, serta pencemaran tanah dan air dapat menyebabkan tercemarnya tanah sedimen, air permukaan, dan air bawah tanah.
Selain itu, akumulasi sedimen berbahaya dari pembuangan limbah tambang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem perairan menyebabkan akan kerusakan habitat dan penurunan keanekaragaman hayati. Oleh karena itu, sangat penting untuk penerapan praktik berkelanjutan, peningkatan pengelolaan limbah, dan regulasi lingkungan yang lebih ketat dalam industri pertambangan dan metalurgi. Langkah ini diperlukan untuk menciptakan proses industri yang lebih berkelanjutan dan lebih ramah lingkungan.
“Sebagai solusi inovatif, kami mengusulkan teknologi biometalurgi yang memiliki potensi besar dalam mendukung keberlanjutan dan mengurangi dampak negatif industri ini terhadap Lingkungan," kata Prof. Siti.
Salah satu alternatif yang dapat diterapkan dalam proses pengolahan dan pemurnian bahan tambang yang berwawasan ramah lingkungan yaitu dengan biohidrometalurgi. Biohidrometalurgi adalah proses pemurnian yang menggunakan mikroorganisme seperti jamur dan bakteri.
Terdapat beberapa penelitian yang sudah dilakukan oleh Prof. Siti dalam mengembangkan biometalurgi ini antara lain bioflokulasi, bioflotasi, bionanometalurgi, fitomining, bioflokulasi, biokorosi, dan biomineralisasi.
Bioflokulasi merupakan proses yang memanfaatkan mikroorganisme sebagai flokulan atau agen flokulasi untuk mengendapkan partikel-partikel kecil menjadi flok yang lebih besar agar dapat dipisahkan lebih mudah dan selektif terhadap mineral tertentu juga. Proses tambang dan metalurgi akan menghasilkan limbah, salah satunya air asam tambang. Prof. Siti mencoba untuk melakukan penelitian dengan menggunakan limbah tambang batu bara. Keunggulan dari bioflukasi adalah harganya yang lebih murah, dapat menaikkan pH, dan menurunkan TSS.
Selain itu, Prof. Siti juga mencoba mengembangkan proses bioflotasi. Hal ini disebabkan reagen bioflotasi yang ada masih menggunakan senyawa kimia dan bersifat toksik sehingga perlu dikembangkan reagen yang ramah lingkungan. Oleh karena itu, Prof. Siti mengembangkan reagen bioflotasi menggunakan mikroba dan produk metabolitnya. Namun, kadar Pb yang dihasilkan tidak terlalu tinggi sehingga perlu adanya optimalisasi dan riset kembali.
Bionanometalurgi merupakan teknik sintesis nanopartikel dengan menggunakan agen pereduksi dari bahan-bahan hayati seperti bakteri, fungi, algae, dan tanaman sehingga menghasilkan copper nanoparticle. Selain itu, untuk proses perkonsentrasian bisa mengembangkan teknologi Fitomining (Phytomining). Fitomining merupakan salah satu metode pengkonsentrasian dalam metalurgi menggunakan tanaman.
Selain itu, dilakukan pula biokorosi. Biokorosi merupakan proses degradasi material, terutama logam, yang dipercepat oleh aktivitas mikroorganisme seperti bakteri melalui mekanisme elektrokimia. Hasil produk biokorosi berbeda-beda bergantung pada jenis mikroba yang berperan dalam proses biokorosi.
Biomineralisasi merupakan pembentukan mineral dengan menggunakan bakteri. Biomineralisasi dapat dilakukan dengan melalui proses MICCP (microbially induced calcium carbonate precipitation) menggunakan bakteri untuk pembentukan CaCO3 guna meningkatkan kekuatan beton.
Biomineralisasi sudah dilakukan dan diaplikasikan untuk memulihkan retakan atau celah di mortar. Hal itu terjadi karena bakteri menghasilkan calcium carbonat dalam bentuk calcite. Biomineralisasi tidak hanya untuk konstruksi tetapi dalam permasalahan lingkungan dapat diaplikasikan untuk carbon capture dengan hasil yang lebih cepat.
“Sehingga dapat disimpulkan bahwa biometalurgi sangat penting untuk jenis nya dikembangkan. Kemudian, biometalurgi ini sebagai alternatif ramah lingkungan. Dan juga dengan menggunakan biometalurgi kita bisa mengolah limbah terutama untuk bisa recycling (daur ulang) limbah. Dan juga biometalurgi ini untuk bisa mendukung transisi energi bersih. Dan yang terakhir biometalurgi bisa untuk pembangunan yang berkelanjutan," pungkas Prof. Siti.
Reporter: Artanti Mirta Kusuma (Rekayasa Infrastruktur Lingkungan, 2021)