Riset Garapan BRIN Perkuat Ketahanan Air Indonesia

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita

BANDUNG, itb.ac.id - Indonesia akan menjadi tuan rumah perhelatan World Water Forum (WWF) ke-10 untuk pertama kalinya pada bulan Mei 2024 mendatang. Kegiatan ini membawakan tema besar “Water for Shared Prosperity” yang selaras dengan misi Organisasi Riset Kebumian dan Maritim (ORKM) yang berada di bawah payung Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk menjaga ketahanan air dan menciptakan kesejahteraan bersama.

Tantangan pengelolaan sumber daya air di Indonesia meliputi pengelolaan water stress yang kian meningkat, pencemaran, dan ketahanannya terhadap bencana. Bencana hidrometeorologi merupakan bencana yang paling sering terjadi di Indonesia. Bencana ini meliputi banjir, kekeringan, longsor, dan angin puting beliung. Perubahan iklim ditengarai mengganggu proses hidrologi dan sumber daya air yang memicu terjadinya pelbagai bencana hidrometeorologi.

Menyikapi persoalan tersebut, BRIN menghadirkan Rumah Program Purwarupa di bidang teknologi pemantauan kebencanaan hidrometeorologi dan iklim. Tujuannya untuk menghasilkan kajian/model dan inovasi teknologi pengurangan risiko bencana hidrometeorologi dan iklim berbasis multidisiplin sains di Indonesia.

“Kami melakukan prediksi kejadian banjir dengan model hidrologi dan hidrodinamika sebagai dasar mitigasi bencana hidrometeorologi. Studi kasusnya adalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikapundung untuk mengevaluasi baniir dan menentukan faktor-faktor kunci penyebab banjir sehingga dapat dibuat arahan mitigasinya,” ujar Kepala Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN, Dr. Hidayat, M.Sc., pada gelaran WaterTalks Hari Air Sedunia ke-32 di Aula Barat, ITB Kampus Ganesha, pada Jumat (22/3/2024).

Para peneliti juga mengembangkan sistem cerdas untuk peringatan dini banjir di DAS Bekasi, bernama SIAGA (Sistem Informasi Monitoring Tinggi Muka Air Sungai dan Gejala Alam). SIAGA dibekali sensor akustik yang mampu merekam tinggi muka air secara real time dengan harga yang murah.

Bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Citarum, mereka menciptakan watershed health assessment system yang bisa menilai status kesehatan DAS. Data dari seluruh lembaga keairan dihimpun dalam satu sistem yang terintegrasi sehingga bisa menunjang proses pengambilan keputusan oleh pemerintah.

Berbagai upaya dilakukan untuk menghasilkan model pengelolaan DAS dan inovasi teknologi untuk menjaga keberlanjutan fungsi ekosistem sungai serta mengakselerasi perbaikan kualitas perairan dan kerusakan komponen ekosistem.

Riset lain yang dikembangkan adalah sistem hybrid lahan basah dengan adsorben untuk mengolah beban polusi dari industri tekstil. Limbah tekstil diarahkan menuju wetland untuk proses purifikasi limbah sebelum masuk ke badan sungai. Kemudian tanaman vetiver dan echinodorus dikembangbiakkan dengan sistem terapung di badan air untuk mengendalikan kualitas air sungai yang tercemar limbah tekstil.

Tidak hanya berfokus pada sungai, BRIN turut memperhatikan kondisi sekitar lebih dari 5.700 danau di Indonesia. Salah satu yang digarap adalah pengelolaan daerah tangkapan air Danau Singkarak berbasis Decision Support System (DSS).

"Penelitian dilakukan dengan mengombinasikan model hidrologi, model danau, proyeksi iklim dan penggunaan lahan, serta analisis spasial sebagai dasar DSS. Kombinasi ini akan menghasilkan penataan ruang yang optimum terhadap kelestarian Danau Singkarak," ungkapnya.

Selain dicek kondisinya langsung secara berkala, danau juga dipantau perubahan jangka panjang kualitas air dan kondisi daerah sekelilingnya dengan penginderaan jauh. Pemantauan kondisi perairan menggunakan data dari satelit itu memiliki cakupan spasial dan temporal yang lebih mumpuni dibandingkan dengan survei lapangan secara tradisional. Untuk menyongsong penyelenggaraan WWF tahun ini pun, BRIN meluncurkan aplikasi SIDANAU yang berisikan informasi danau di Indonesia.

Dr. Hidayat mengatakan bahwa krisis air diproyeksikan akan meningkat karena pertumbuhan populasi dan kebutuhan pembangunan. Diharapkan dengan riset dan inovasi yang dilakoni bisa menjawab tantangan ini.

“Penerapan konsep pengelolaan sumber daya air secara terpadu sangat diperlukan untuk menjamin tercapainya ketahanan air. Program riset keairan yang dikelola ORKM-BRIN bertujuan untuk mereduksi bencana hidrometeorologi dan lingkungan keairan. Kami juga ingin mengoptimalkan daya dukung terhadap multifungsi perairan yang memberi manfaat pada kesejahteraan masyarakat. Riset mengenai limnologi dan sumber daya air tersebut berkaitan erat dengan tema yang diangkat WWF 10,” tuturnya.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)


scan for download