Seminar Keys to Business Prosperity, Sebuah Lanjutan dari IEC

Oleh Krisna Murti

Editor Krisna Murti

Hari Sabtu, 25 Maret 2006 digelar seminar “Keys to Business Prosperity” pukul 09.00 sampai 15.00 WIB. Acara yang mengambil tempat di Aula Timur ITB ini termasuk rangkaian dari kegiatan Innovative Entrepreneurship Challenge (IEC). Seminar ini merupakan lanjutan dari seminar sebelumnya. Tujuan acara ini ialah memberikan kunci-kunci sukses dalam pengembangan bisnis. Jika seminar sebelumnya, akhir tahun 2005, isi acara lebih diarahkan pada pengenalan dunia entrepreneur maka seminar kali ini mengarah pada strategi dalam menjalankan bisnis. Menurut Ridwan Nugraha, ketua IEC, acara ini mengetengahkan faktor-faktor utama yang harus dikembangkan dalam membangun bisnis. Faktor utama berada dalam cakupan internal bisnis. Bisnis yang maju terlihat dari pengembangan faktor-faktor marketing, production, finance dan sumber daya manusia yang pesat. Sedangkan dari segi struktural, sebuah kerajaan bisnis membutuhkan smart organization. Pengembangan smart organization juga dibutuhkan untuk pembentukan kultur bisnis yang baik. Sesi pertama pada 09.00-12.00 WIB menghadirkan Sandi Aga Uno sebagai moderator. Pak Sandi, anak dari Mien R. Uno, saat ini menjabat sebagai ketua HIPMI (Himpunan Pengusaha Muda Indonesia). Materi sesi ini diisi oleh Pak Yuzrizki sebagai Vice Presiden Indonesian Towers. Tema yang dibawakannya, Bussiness Competition and Strategic Opportunities. Kemudian, pembicara berikutnya ialah Pak Syauki dari Siskem yang membawakan materi Effective Marketing Strategy. Pembicara ketiga, Fadel Muhammad, gubernur Gorontalo yang berdikari lebih dulu sebagai entreprener. Pak Fadel, yang juga founder BUKAKA membawakan materi Smart Organization and Networking Techniques. Pada kesempatan ini Pak Fadel juga mempromosikan buku barunya, Sang Entreprener. Pak Aulia Prima dari Ernst and Young Indonesia sebagai moderator membuka sesi kedua pada 13.00-15.00 WIB. Sesi kedua diisi oleh Pak Tjahjana Tjakrawinata, Managing Director and SEVP Bank BNI dengan materi Financing. Selanjutnya, Pak Gustav sebagai CEO Astra turut hadir membawa materi Unfortunate Stories and Risk Management. Pak Gustav bercerita bagaimana perusahaannya yang dikelolanya sempat jatuh dan bagaimana ia bangkit kembali untuk meraih kesuksesan. Kisah gagal dan manajemen resiko ini tersaji untuk memberikan gambaran pada peserta seminar tentang cara-cara dalam menghadapi kegagalan berbisnis. Sekaligus stategi untuk membangkitkan bisnis yang telah jatuh. Gambaran kegagalan perlu disampaikan karena setiap kerajaan bisnis pasti mengalaminya. Alur acara seminar terbilang sangat lancar dan tidak membosankan. Hal ini diakui A. Rifki (FI’02), ketua seminar kali ini, dipengaruhi oleh para pembicara seminar yang ‘tidak biasa’. Apalagi doorprize-nya berupa buku Pak Fadel dan buku karangan Mien R. Uno berjudul Etiket. Sehingga para peserta seminar sangat intens mengikuti acara. Seminar ini dihadiri oleh para mahasiswa dalam dan luar ITB dan perwakilan peserta lomba Business Plan IEC. Jumlah total peserta kurang lebih 170 orang, tidak terlampau jauh dari target peserta sebanyak 200 orang. Mayoritas peserta berasal dari mahasiswa ITB karena publikasi acara keluar ITB sedikit terlambat. Akan tetapi, antusiasme peserta sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa atmosfer entrepreneurship dalam kampus, yang diangkat IEC, semakin menguat. Ridwan sendiri merasa senang karena peserta seminar yang datang banyak. “Walaupun bayar, orang ternyata masih interest ..berarti iklim entreprener dalam kampus kita sudah bagus,”ungkapnya. Mengenai timnya sendiri, Ridwan mengaku cukup puas dengan semangat dan kinerja mereka. “Udah asyik banget..,”katanya lagi. Rangkaian acara IEC masih belum usai. Masih ada penentuan Finalis Top Ten tanggal 30 Maret ini yang sifatnya tertutup. Kemudian, tanggal 22 April nanti dilanjutkan dengan Final Presentasi Finalis. Puncaknya, sebuah acara yang mempertemukan corporate dengan peserta lomba Business Plan bertajuk Forum Komunikasi dan Temu Bisnis tanggal 23 April 2006. “Mari kita bangun kemandirian dan kesejahteraan bangsa dengan jiwa entreprener…Viva Entrepreneur !!” tutup Ridwan (Ima N.P.)