Seri Lokakarya: Penulisan Scholarship Application bagi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ITB

Oleh Adi Permana

Editor Vera Citra Utami


BANDUNG, itb.ac.id - Unit Pelaksana Teknis Pengembangan Sumber Daya Manusia Institut Teknologi Bandung bersama Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) dan American Indonesian Exchange Foundation (AMINEF) menyelenggarakan webinar lokakarya berjudul “Penulisan Scholarship Application bagi Tenaga Pendidik dan Tenaga Kependidikan ITB” pada Selasa (6/4/2021). Webinar ini merupakan salah satu bagian dari webinar lokakarya berseri yang diselenggarakan oleh UPT Pengembangan SDM ITB.

Seri lokakarya ini dibuka oleh Ketua UPT Pengembangan SDM ITB Lusia Marliana Nurani, Ph.D. Dalam pembukaan seri lokakarya ini, ia menyambut kehadiran tiga narasumber yang akan mengisi webinar ini. Seri lokakarya ini diisi oleh tiga narasumber yaitu Direktur Beasiswa LPDP Ir. Dwi Larso MSIE, Ph.D., Kepala Bagian Pengelolaan Kemitraan ITB Alfend Rudyawan, S.T., M.Sc., Ph.D., dan Associate Communication Officer AMINEF Miftahul Maridyah. Ia juga sedikit menceritakan tentang pengalamannya saat pertama kali mengejar beasiswa untuk berkuliah di luar negeri.

Pemaparan materi pertama dibawakan oleh Direktur Beasiswa LPDP Dwi Larso yang menjelaskan tentang LPDP. Pemaparan materi ia awali dengan menyampaikan visi misi dari LPDP. “LPDP memiliki visi sebagai pengelola dana bertaraf internasional guna menyiapkan SDM Indonesia yang berdaya saing global serta dapat mendorong inovasi bagi Indonesia yang sejahtera, demokratis, dan berkeadilan,” ujarnya. LPDP juga memiliki misi untuk mempersiapkan pemimpin dan profesional masa depan Indonesia melalui pembiayaan pendidikan.

Ia juga memaparkan kondisi tingkat pendidikan tinggi yang berhasil diraih oleh orang Indonesia. “Persaingan untuk mendapatkan pendidikan dari perguruan tinggi di Indonesia sangat ketat,” ujarnya.

Pasalnya dengan perbandingan yang dibuat, hanya 1 : 11 orang Indonesia yang berhasil menempuh pendidikan S1, dan hanya 1 : 250 orang untuk S2 serta 1 : 2500 untuk S3. “Selain itu, hanya 1 dari 10.000 orang yang bisa mendapatkan biaya beasiswa LPDP,” ujar Dwi. Sementara itu total dana abadi LPDP sebesar Rp70.107 Triliun.

Hingga 31 Desember 2020 tercatat sudah ada 27.995 orang penerima beasiswa LPDP dan juga LPDP sudah mencetak 12.597 orang alumni. Berdasarkan jenjang pendidikan, program magister menjadi program yang paling banyak menerima siswa yaitu sebanyak 7.940 orang untuk perguruan tinggi dalam negeri dan 8.778 orang perguruan tinggi luar negeri. Dipaparkan juga beberapa provinsi penerima beasiswa LPDP terbanyak. Posisi pertama dipimpin oleh Jawa Barat, lalu diikuti oleh Jawa Timur, DKI Jakarta.

Dwi Larso juga memaparkan berbagai jenis beasiswa yang disediakan oleh LPDP. Pertama ada beasiswa afirmatif yaitu beasiswa untuk kaum difabel, bidikmisi, daerah tertinggal, dan santri. Kedua, ada beasiswa targeted yaitu beasiswa untuk tenaga pendidik, tenaga medis, pegawai pemerintahan, pengusaha, dan siswa berprestasi. Selain itu juga ada beasiswa umum dan juga non-degree.

Di akhir pemaparan materinya, Dwi menyampaikan tantangan yang harus dihadapi sebagai tenaga pendidik. “Mengembangkan integritas merupakan salah satu tantangan terbesar kami sebagai tenaga pendidik. Pasalnya, menurut riset sebanyak 64 persen koruptor di Indonesia merupakan lulusan perguruan tinggi,” ujar Dwi. Ia juga menyampaikan bahwa untuk menjadi intelektual yang baik tak cukup hanya pintar, tetapi juga wajib pantang menyerah dan berani menolak mitos yang bertolak belakang dengan riset.

Materi kedua dibawakan oleh Associate Communication Officer AMINEF Miftahul Maridyah yang juga dipanggil Mita. Mita menjelaskan tentang Fullbright Indonesia. “Fullbright adalah program pertukaran pendidikan terkemuka Amerika Serikat yang membuka kesempatan bagi mahasiswa, dosen, seniman, guru, dan para profesional yang berprestasi dari berbagai latar belakang,” ujar Mita.

Penerima Fullbright Indonesia pertama kali berhasil menempuh studi di Amerika pada tahun 1952. Hingga kini, setelah 69 tahun sudah ada 3000 alumni Fullbright Indonesia yang berhasil menempuh studi di Amerika. 80 persen di antaranya mengambil program magister dan 20 persen di antaranya mengambil program doktoral.

Mita juga memaparkan beberapa keunggulan dari Fullbright. “Bersama fullbright, para peserta dapat memiliki jejaring dengan banyak fullbrighter lainnya yang berasal dari 160 negara,” ujarnya. Selain itu, Fullbright juga menyediakan bantuan akademis dan nonakademis untuk para pelajar asal Indonesia selama berkuliah di Amerika Serikat. “Kami menyediakan pre-academic training selama dua sampai delapan minggu sebelum memulai perkuliahan S2 dan S3 langsung di Amerika Serikat,” ujarnya.

Materi ketiga tentang pengalaman mendaftarkan beasiswa langsung ke universitas dan penulisan proposal pendaftaran beasiwa disampaikan oleh Kepala Bagian Pengelolaan Kemitraan ITB Alfend Rudyawan, S.T., M.Sc., Ph.D. Ia merupakan lulusan S2 dan S3 dari University of London, Inggris dan kini menjadi Dosen Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB.

Pemaparan materi diawali dengan penjelasan tentang jenis-jenis beasiswa. “Terdapat dua jenis scolarship besar yaitu merit-based scholarship dan need-based scholarship,” ujarnya. Merit-based scholarship adalah beasiswa yang menetapkan standar dalam performa akademis sang pelamar. Sementara need-based scholarship adalah beasiswa yang diberikan kepada pelamar yang mengalami kendala finansial.

Alfend juga menjelaskan berbagai jenis pendanaan yang ada dalam beasiswa. “Ada berbagai funding slots yang bisa dicari,” ujarnya. Pertama ada pendanaan dari pemerintah seperti LPDP. Lalu ada skema pertukaran seperti ERASMUS dan Fullbright. Kemudian ada University Awards dan Direct contact with potential supervisors. Dijelaskan juga tentang perbedaan scholarship dan studentship. Scholarship menyediakan sejumlah dana untuk belajar di tingkat setelah sarjana sementara studentship mendanai penyelesaian proyek tertentu.

Berikutnya, narasumber menjelaskan hal-hal yang perlu diperhatikan ketika hendak menulis proposal pengajuan beasiswa. Proposal penelitian harus menyajikan ide atau pertanyaan pelamar dan hasil yang diharapkan dengan jelas. Di dalam proposal pun harus dimuat apa nilai dan kontribusi yang bisa pelamar bawa untuk disiplin ilmu yang akan diambil.

“Teks untuk scholarship untuk dibuat seargumentatif mungkin tetapi juga perlu dibuat persuasif,” ujarnya. Penulisan proposal pengajuan beasiswa perlu diperhatikan dan disiapkan dengan baik karena merupakan salah satu jenis investasi untuk masa depan. Terakhir, ia menyampaikan bahwa saat menulis coba liat sekitar kita, cari dan minta doa serta dukungan orang terdekat dalam mengejar cita cita kita dan selalu bahagia ketika menulis.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (TPB FTI, 2020)