Teleskop Keliling dan Webinar: Bulan bagi Manusia dari Masa ke Masa

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Himpunan Mahasiswa Astronomi (Himastron) ITB menyelenggarakan Teleskop Keliling dan Webinar (Tenar) dalam rangka memperingati International Observe the Moon Night (InOMN) oleh NASA pada 13 November 2021. Pada TENAR kali ini, Himastron ITB mengundang Peneliti Observatorium Bosscha, Agus Triono P. Jatmiko selaku pembicara, serta Surabaya Astronomy Club dan Nganjuk Astronomy Club selaku kolaborator.

Tenar 2021 terbagi atas dua sesi dalam pelaksanaannya. Sesi pertama adalah penyampaian materi oleh pembicara dan sesi kedua pengamatan bulan dari seluruh Indonesia dengan teleskop.

Pada sesi pertama, Agus Triono menyampaikan materi mengenai bulan dan hubungannya dengan peradaban manusia, serta pengamatan angkasa. Pemaparan dimulai dengan sejarah hubungan manusia dengan bulan. Ia menjelaskan, manusia dari berbagai peradaban telah menganggap bulan sebagai dewa atau higher being karena posisinya yang berada di langit dan menerangi malam. Peradaban Mesir Kuno menyebutnya Khosu, Yunani Kuno menyebutnya Artemis, dan India menyebutnya Chandra. “Bulan seringkali dikaitkan dengan fertilitas, kelahiran, dan kebahagiaan,“ tutur Agus Triono.

Ia melanjutkan, peradaban Eropa Kuno juga pernah melihat bulan sebagai pengaruh buruk. Urban legend yang menjadi buktinya adalah manusia serigala (werewolves). Selain itu bulan juga dianggap penyebab ketidakwarasan khususnya di masa purnama. Legenda-legenda inilah yang mendorong penelitian lebih lanjut mengenai interaksi manusia dan bulan.
Pandangan modern manusia tentang bulan disebut-sebut dimulai dari pembantahan teori Aristotle yang menyatakan bahwa permukaan bulan adalah mulus. Teori ini dipatahkan oleh Galileo dalam bukunya The Starry Messenger (1610). Teori baru ini diperkuat oleh Thomas Harriot, seorang astronom Inggris yang pertama kali meneropong bulan dan berhasil menggambarkan permukaannya.

Era penjelajahan bulan oleh manusia dimulai oleh negara-negara adidaya seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa perang dingin. Luna 3 dari Uni Soviet berhasil memetakan sisi jauh bulan yang tidak pernah dilihat manusia. Misi yang paling terkenal sendiri adalah Misi Apollo dari NASA yang berhasil membawa manusia ke bulan. Sampai akhirnya di milenia ini Wahana Chandrayaan 1 dari India berhasil mendeteksi keberadaan molekul air di kutub bulan.

Prediksi yang ada mengenai penjelajahan bulan oleh manusia di masa depan sangat beragam. Yusaku Maezawa dan SpaceX telah merencanakan proyek seni dan wisata ke bulan. Investigasi air di permukaan bulan termasuk pengeboran telah direncanakan dalam Misi Viper. Tidak menutup kemungkinan bahwa di masa depan akan ada pembangunan koloni di bulan.

Acara Tenar dilanjutkan dengan penampilan foto dan video pengamatan tentang bulan yang telah disiapkan Himastron ITB. Kawah Copernicus, matahari mengiluminasi bulan, dan kawah ini berada di terminator (perbatasan sisi terang dan sisi gelap bulan). Kawah ini merupakan salah satu kawah paling prominent di bulan karena lebarnya 93 km. Acara dilanjutkan dengan sesi tanya jawab audiens dengan Agus Triono.

Reporter: Ananta Muji (Sistem dan Teknologi Informasi, 2019)