Tiga Mahasiswa ITB Raih Peringkat Utama Tingkat Nasional
Oleh Teguh Yassi Akasyah
Editor Teguh Yassi Akasyah
Ketiga mahasiswa tersebut merasa bahwa nilai yang diperlombakan dalam ajang ini sangatlah penting, selain memperkenalkan budaya Indonesia juga dapat menciptakan peningkatan keminatan pariwisata bangsa asing untuk berkunjung ke Indonesia. Dalam ajang tersebut setiap tim diharuskan untuk memilih satu daerah yang menjadi objek wisata yang akan dibahas. Tim yang tergabung dalam Komunitas Iket Jawa (Ki Jawa) ini memilih Desa Ketawangrejo sebagai objek wisata yang dianggapnya berpotensi untuk dikembangkan. Sebenarnyam Desa Ketawangrejo merupakan desa binaan dari komunitas tersebut.
Komunitas Iket Jawa (KI Jawa) dan Desa Ketawang Nan Asri
KI Jawa merupakan komunitas yang bergerak dalam melestarikan budaya Jawa yang berdasarkan pada penututp kepala adat Jawa yang disebut iket. Komunitas ini bermaksud untuk meningkatkan hubungan baik antara penduduk Jawa itu sendiri dan nantinya hingga turis atau pengunjung. KI Jawa telah tersebar diberbagai daerah di Pulau Jawa, seperti Jawa Timur, Yogyakarta, dan lainnya. Ketiga mahasiswa ITB tersebut juga merupakan anggota aktif yang bermaksud untuk mengembangkan potensi alam Indonesia itu sendiri, terutama daerah Jawa.
Hingga saat ini, KI Jawa telah memiliki desa-desa binaan, seperti Desa Ketawangrejo. Desa tersebut merupakan desa yang berada di daerah Jawa Tengah yang memiliki keindahan alam beragam dengan dipadu oleh nilai-nilai seni. Namun, nama Ketawang kurang terkenal dan belum dikembangkan potensi wisatanya. Ketawangrejo memiliki potensi pantai yang indah, alam yang asri, serta budaya tarian dan music yang mengundang perhatian.
Strategi Kembangkan Pariwisata Ala KI Jawa
Dalam esai yang diusung oleh tim tersebut turut dibahas tentang strategi jitu yang mereka gagas untuk mengembangkan potensi pariwisata baik di Desa Ketawang atau pun daerah lainnya. Mereka mengusung tiga gagasan yang dapat dijadikan taktik penarikan turis untuk berkunjung ke Indonesia, yaitu Community-Based Tourism (CBT), Traffic Light Marketing (TLM) dan Emotional Engagement (EE). Ketiga hal tersebut saling berkaitan. "Melalui kiat-kiat ini kami menggagas bahwa keberhasilan untuk menarik wisatawan asing tersebut dapat dengan mudah terlaksana," tutur Faizal.
CBT adalah teknik pemasaran komunitas, dalam hal ini KI Jawa, guna menjalin hubungan baik dan berkembangnya jaringan tersebut secara luas. Dalam CBT, setiap anggota baik local maupun asing harus memegang dasar bahwa komunitas tersebut adalah perpaduan antara anggota itu sendiri dengan masyarakat di daerah tersebut. Terdapat lima pokok dasar yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota, yaitu mengikutsertakan anggota komunitas dalam memulai setiap aspek, mengembangkan kualitas hidup komunitas, mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area local, menghargai perbedaan budaya dan martabat manusia, dan mempertahankan keunikan karakter dan budaya di area local. Melalui CBT ini diyakini bahwa bukan hanya jaringan komunitas yang berkembang, tetapi juga meningkatkan pengembangan potensi daerah binaan tersebut.
Sedangkan untuk TLM sendiri terbilang unik, yaitu mengizinkan seseorang untuk bertindak dengan cara melarang orang tersebut untuk bertindak. Ibaratnya seperti slogan pelarangan, namun slogan tersbut dibuat agar pembacanya tertantang untuk melakukan larangan tersebut. "Seperti rambu lalu lintas, ketika lampu merah menyala, maka di sisi lain lampu hijau sedang menyala. Begitulah TLM, ide ini mendorong turis-turis agar tertantang dengan apa yang dilarang tersebut," tutur Nia.
Strategi terakhir adalah EE, yaitu membangun ikatan emosional antara turis dengan penduduk desa. Langkah awal yang dilaksanakan adalah mempersilahkan turis tersebut untuk menginap di rumah penduduk dan setiap turis yang menginap akan diberikan nama adat oleh pemilik rumah. Sehingga turis tersebut akan merasa terhormat dan merasa dispesialkan oleh penduduk. Selain itu, turis tersebut akan diberikan status keluarga oleh pemilik rumah dan nantinya akan dicatat oleh hokum adat yang berlaku. "KI Jawa menginginkan adanya ikatan emosional yang terbagun, sehingga ketika turis tersebut kembali ke daerahnya, maka rasa iaktan tersebut akan mendorongnya untuk kembali dan secara tidak langsung akan menjadi peluang penarikan turis lain untuk berkunjung," jelas Faizal.
Sumber dokumentasi : Faizal Abdillah (Manajemen 2013) dan http://caket.org/pantai-ketawang-indah/.