Tim EAST Berprestasi Lagi! Usung Inovasi Prediksi Risiko DBD Berbasis WebGIS
Oleh Mely Anggrini - Mahasiswa Meteorologi, 2022
Editor M. Naufal Hafizh, S.S.

SIGMA 2025 merupakan kompetisi yang berfokus pada pemanfaatan remote sensing dalam mendukung pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) di era digital 4.0. Perjalanan Tim EAST dalam SIGMA 2025 bukanlah tanpa tantangan. Proses kompetisi ini dimulai dari pengumpulan abstrak, dilanjutkan dengan tahap full paper, hingga diakhiri dengan mempresentasikan inovasi mereka di hadapan dewan juri pada 22 Februari 2025.
Selain menghadapi persaingan yang ketat, Tim EAST juga harus membagi waktu dengan kewajiban akademik lainnya. “Kami harus pintar mengatur waktu antara tugas akhir dan persiapan lomba. Awalnya memang terasa berat, tapi dengan konsistensi dalam berdiskusi dan membagi tugas, semua bisa teratasi,” ungkap Mentari.

Dalam kompetisi ini, Tim EAST mengusung penelitian berjudul “Pemanfaatan Machine Learning dalam Pembangunan DB Susceptibility Index Berbasis WebGIS untuk Prediksi Risiko Demam Berdarah Dengue di Indonesia pada Tahun 2030”.
Inovasi ini bertujuan untuk membangun DB Susceptibility Index (DBSI) berbasis WebGIS guna memprediksi risiko Demam Berdarah Dengue (DBD) di Indonesia pada tahun 2030. Model ini mengintegrasikan data penginderaan jauh dengan metode Principal Component Analysis (PCA) untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berkontribusi terhadap kerentanan DBD.
“Model DBSI dapat merepresentasikan peran faktor iklim, lingkungan, dan topografi dalam menentukan tingkat kerentanan DBD. Selain itu, integrasi data penginderaan jauh dengan metode PCA dan machine learning dapat meningkatkan akurasi pemodelan risiko DBD di Indonesia,” jelas Mentari.
Keberhasilan Tim EAST dalam SIGMA 2025 tidak terlepas dari strategi yang mereka terapkan. Menurut Mentari, strategi utama mereka adalah membaca banyak jurnal ilmiah untuk memperdalam wawasan, melakukan brainstorming secara rutin, serta berlatih presentasi agar mampu menjawab pertanyaan juri dengan baik.
“Kami juga sering bertukar pikiran untuk memastikan ide yang kami kembangkan solid dan inovatif. Selain itu, tentu saja doa dan kerja sama tim menjadi faktor utama keberhasilan kami,” tambahnya.
Menutup perbincangan, anggota Tim EAST membagikan pesan inspiratif bagi mahasiswa lain yang tertarik mengikuti kompetisi serupa.
“Ikut kompetisi seperti ini merupakan wadah yang baik untuk mengimplementasikan dan meningkatkan pemahaman serta menambah pengalaman, jadi jangan takut untuk ikut suatu kompetisi,” ujar Aldi.
Fadila turut menambahkan, “Jangan takut untuk mencoba hal baru dan memanfaatkan kesempatan baru yang ada. Coba dalami minat dan kombinasikan dengan keilmuan yang dipelajari saat ini,”.
Dengan inovasi yang telah mereka kembangkan, Tim EAST Teknik Geodesi dan Geomatika ITB berharap bahwa penelitian mereka dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan sistem peringatan dini DBD serta mendukung kebijakan mitigasi berbasis data dalam mencapai target eliminasi DBD tahun 2030.
Reporter: Mely Anggrini (Meteorologi, 2022)