Tim ITB Bantu Pengadaan Air Bersih di Cianjur dengan Penampungan Air Hujan

Oleh Adi Permana

Editor Adi Permana


BANDUNG, itb.ac.id—Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum merupakan yang terbesar dan terpanjang di Jawa Barat dengan panjang sungai utama sekitar 269 km. Salah satu wilayah yang juga termasuk bagian DAS Citarum ialah Kabupaten Cianjur, tepatnya di tengah, dekat Waduk Cirata.

Berdasarkan data curah hujan bulanan di DAS Citarum Tengah, wilayah itu memiliki tipe iklim monsun dengan dua puncak hujan yang terkonsentrasi pada bulan basah, yakni Oktober sampai Mei. Sementara itu, pada bulan kering, curah hujan relatif kecil, berada di bawah 100 mm/bulan.

Berdasarkan hasil pemantauan kondisi lapangan, diperoleh pula informasi bahwa sebagian masyarakat di Kabupaten Cianjur masih belum memiliki akses terhadap air bersih sesuai Permenkes No. 492 tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum. Sebagai contoh, pada 2010, musim kemarau yang berkepanjangan membuat warga mengalami krisis ketersediaan air baku sehingga harus menggunakan air di badan Sungai Cisalak. Nyatanya, air tersebut tidak memenuhi baku mutu untuk digunakan pada kegiatan Mandi, Cuci, dan Kakus (MCK).

Realita tersebut menunjukkan pentingnya pengelolaan sumber daya air untuk mengatasi ketimpangan air pada saat bulan kering. Salah satu solusinya ialah penambahan penyediaan air bersih alternatif dengan membangun fasilitas Pemanenan Air Hujan (PAH). Melalui Program Pengabdian Masyarakat Citarum tahun 2022, ITB turut berkontribusi untuk membuat PAH di Kampung Tarikolot, Kabupaten Cianjur. Harapannya, PAH dapat mengurangi beban penggunaan air dari sumur atau mata air terlindung yang saat ini berperan sebagai sumber air utama bagi 53,76 persen masyarakat.

“PAH adalah proses menampung air hujan agar digunakan kembali untuk berbagai kepentingan, misalnya irigasi, mencuci, bilasan toilet, atau bisa juga untuk diminum setelah diproses. PAH biasanya diterapkan di area yang curah hujannya lebih dari 200 mm/tahun, dan Indonesia termasuk di antaranya,” jelas Dr. Mariana Marselina, S.T., M.T., yang terlibat dalam program tersebut.

Komponen yang diperlukan untuk sistem PAH adalah catchment area (atap rumah), saluran atau pipa (dari atap rumah ke penampungan), filter, dan tangki penampungan. Filter yang digunakan dapat bersifat sederhana, seperti sand filter, sampai ke pemakaian filter Reverse Osmosis (RO) jika airnya ditujukan sebagai air minum. Volume tangki penampungan pun dapat disesuaikan dengan jumlah air yang diperlukan atau ketersediaan tempat. Di dalam tangki tersebut, terdapat sistem penyaringan yang terdiri dari zeolit, karbon aktif, pasir, dan silika.

Menurut Dr. Mariana, proses perencanaan PAH terdiri atas beberapa tahapan. Pertama, analisis kondisi aktual dilakukan dengan survei lapangan yang meliputi intensitas curah hujan, ketersediaan air bersih, kondisi area penangkapan air hujan, dan jumlah penduduk yang akan dilayani. Selanjutnya, tim memilih lokasi pembangunan PAH. Lokasi tersebut terletak pada daerah kritis dengan curah hujan minimal 1.300 mm/tahun. Selain itu, persyaratan yang harus dipenuhi ialah tempatnya yang terletak di samping atau belakang bangunan, dekat dengan talang, tanahnya datar dan keras, serta memungkinkan untuk menyimpan bahan material dan peralatan yang dibutuhkan.

Tahapan ketiga ialah pembuatan desain sesuai kriteria dan SNI yang berlaku. Setelah itu, dilakukan perhitungan kebutuhan material, meliputi ferro semen, pasangan bata, fiberglass reinforced plastic, dan sebagainya. Terakhir, bak PAH perlu dirawat dengan cara dikuras satu kali setiap dua bulan dan pada awal musim hujan, serta dibersihkan talang dan lantai dasar reservoirnya.

Dr. Mariana juga mengimbau masyarakat untuk mendukung operasi dan pemeliharaan PAH dengan cara menunjuk individu atau kelompok untuk menjadi pengelola. Pembagian air bersih dapat diatur menggunakan jadwal. “Pemeliharaan PAH perlu dilakukan secara harian, mingguan, bulanan, dan tahunan oleh pengelola atau masyarakat sebagai pengguna PAH,” lanjutnya.

Selain melakukan pembangunan PAH, tim ITB turut mengadakan kegiatan edukasi kepada 100 siswa kelas 5 dan 6 di SDN Tegalsari mengenai pentingnya air bersih. Mereka diberikan pengenalan tentang berbagai sumber air bersih serta sistem dan komponen PAH. Lewat kegiatan ini, siswa dapat mengetahui fungsi PAH dan memanfaatkannya sebaik mungkin untuk kebutuhan sehari-hari.

*Artikel ini telah dipublikasi di Media Indonesia rubrik Rekacipta ITB

Reporter: Sekar Dianwidi Bisowarno (Rekayasa Hayati, 2019)