Tim LPPM ITB Bantu Atasi Krisis Air Permukaan Desa Cinangsi Cianjur

Oleh Anggun Nindita

Editor Anggun Nindita


CIANJUR, itb.ac.id – Institut Teknologi Bandung (ITB) melalui Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM) membantu mengatasi sulitnya akses air permukaan di Desa Cinangsi, Kecamatan Cikalongkulon, Kabupaten Cianjur. Desa ini termasuk salah satu desa binaan ITB yang masih bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum. Berbagai upaya telah dilakukan ITB dalam program Citarum Harum yang digaungkan sejak 2018, salah satunya dalam sektor air bersih.

Sebagian besar air permukaan di Desa Cinangsi merupakan limpasan sisa pengairan irigasi sawah. Keberadaannya berfluktuasi seiring dengan kegiatan musim tanam padi. Air permukaan cukup melimpah ketika musim tanam padi, namun saat musim kemarau yang tidak bertepatan dengan musim tanam padi, ketersediaan air permukaan menurun. Dengan kondisi tersebut, masyarakat terpaksa menggunakan air sungai.

Untuk mengatasi minimnya ketersediaan air permukaan tersebut, tim pengabdian yang diketuai oleh Dr. Eng. Arno Adi Kuntoro, S.T., M.T., dan beranggotakan Dimas Putra Wahyudi (15820010, SA, 21), Hasna Amalliya (15721037, IL, 21), Emilliana Khairiah (15721029, IL, 21), dan Farhan Setiawan (IL, 15721007, 21)

membuat sumur bor. Dalam tim ini, dilibatkan tiga mahasiswa Rekayasa Infrastruktur Lingkungan dan seorang mahasiswa Teknik dan Pengelolaan Sumber Daya Air untuk melakukan pengujian sampel air tanah.

“Berdasarkan hasil interpretasi geolistrik yang dilakukan pada pertengahan Juli lalu, menunjukkan potensi air tanah di desa ini hingga kedalaman sekitar 75 m. Namun, pada saat pengeboran, sudah didapatkan air dalam jumlah yang cukup di kedalaman sekitar 50 m, sehingga pengeboran pun dihentikan hingga kedalaman 56 m. Proses pengeborannya dilakukan selama bulan Agustus 2023,” ujar dosen dari Kelompok Keahlian Teknik Sumber Daya Air tersebut.

Sumur bor yang dibangun menggunakan pompa submersible. Adapun pemilihan penggunaan air tanah karena ketersediaannya yang lebih bisa diandalkan dibandingkan dengan sumur dangkal atau air limpasan sisa pengairan irigasi sawah, khususnya saat kemarau.

“Air yang dihasilkan memiliki debit cukup besar dan jernih. Diperlukan waktu sekitar satu minggu untuk memastikan air sumur tidak berasa, hal ini masih tergolong dalam batas wajar,” tutur Farhan Setiawan (IL, 21).

Program ini diintegrasikan dengan kegiatan pengabdian lain, seperti pembangunan infrastruktur sanitasi. Rencananya, akan dibangun toren air yang diletakkan di atas bangunan MCK di tempat yang sama. Air tanah yang dipompa akan tertampung otomatis ke dalam toren berkapasitas 1000 L. Rangkaian pengabdian ini telah dilaksanakan sejak Juli 2023 ditargetkan rampung sebelum pergantian tahun.

Dr. Arno Adi Kuntoro berharap agar sumber air yang disediakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan 49 Kepala Keluarga yang bermukim di Desa Cinangsi.

“Semoga operasional dan pemeliharaan sumur bor ini dapat terus berkelanjutan karena dititipkan kepada Pengurus Pesantren Nurul Ihsan. Kegiatan ini merupakan kontribusi nyata ITB bagi pengembangan infrastruktur dasar di masyarakat yang tidak selamanya dapat dipenuhi secara swadaya,” ujarnya.

Reporter: Maharani Rachmawati Purnomo (Oseanografi, 2020)

Editor: M. Naufal Hafizh