Urban Motion: Tata Ruang Menjadi Kunci Masalah Mobilisasi Perkotaan
Oleh Bayu Rian Ardiyansyah
Editor Bayu Rian Ardiyansyah
BANDUNG, itb.ac.id - Dalam rangka menanggapi berbagai isu mobilitas perkotaan yang tak kunjung selesai, Himpunan Mahasiswa Teknik Planologi (HMP) "Pangriptaloka" ITB mengadakan talkshow Urban Motion bertemakan "Innovation in Solving Urban Mobility Problems". Acara yang diselenggarakan pada Sabtu (07/02/15) di Gedung Aula Barat ITB ini menghadirkan tokoh-tokoh berpengaruh dalam penataan kota, termasuk Menteri Agraria dan Tata Ruang Drs. Ferry Mursyidan Baldan serta Staf Ahli Kementrian Perhubungan Republik Indonesia.
Acara secara resmi dibuka dengan sambutan dari Prof. Benedictus Kombaitan selaku Dekan Sekolah Arsitektur, Perencanaan, dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK) ITB dan disambung oleh Rektor ITB Prof. Kadarsah Suryadi. "Kita harus bergerak bersama dengan cara menggandeng para pemangku kepentingan, baik pihak industri, masyarakat, serta pemerintah untuk bisa memecahkan masalah besar bangsa ini dengan cepat dan terarah. Ke depan masalah perkotaan akan semakin krusial jika tidak segera ditangani sekarang," tutur Prof. Kadarasah.
Talkshow Urban Motion ini terbagi ke dalam dua sesi yang dimulai dengan pemaparan makalah kunci tentang inovasi dalam penyelesaian masalah transportasi perkotaan di Indonesia yang disampaikan oleh Ir. Sugihardjo, M.Si selaku Staf Ahli Menteri bidang logistik dan multimoda. Ir. Sugihardjo menyampaikan bahwa sebenarnya akar permasalahan transportasi di perkotaan adalah ketimpangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang hanya terpusat di beberapa kota saja. Terlebih lagi, pembangunan infrastruktur dan perencanaan tata ruang kota terlambat dalam menyikapi dinamika sosial ekonomi di kota-kota besar.
Hal ini diamini oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia Drs. Ferry Mursyidan Baldan yang menyebutkan bahwa sejatinya masyarakat membutuhkan ruang gerak lebih untuk bisa bermobilisasi. "Moda transportasi bisa kita beli dengan uang, tapi sistem transportasi dan ruang gerak tidak bisa semudah itu kita hadirkan. Oleh karena itu, kementerian ini ada untuk mendesain tata ruang kota yang bisa menyediakan ruang gerak bagi masyarakat. Kunci pelaksanaannya adalah komitmen dan konsistensi program pemerintah pada rencana tata kota yang sudah dibuat," tutur Ferry.
Selanjutnya, sesi kedua menyajikan pembahasan solusi pada sisi implementasi praktis dengan menghadirkan pembicara Achmad Izzul Waro (koordinator GIZ SUTIP), Dr. Bima Arya (Walikota Bogor), dan M. Ridwan Kamil (Walikota Bandung). Dari sisi lembaga non-pemerintah, GIZ Sustainable Urban Transport Improvement Project (SUTIP) bentukan kerjasama Jerman-Indonesia telah merumuskan rekomendasi yang bertumpu pada pengembangan infrastruktur transportasi publik sebagai kunci solusi. Hal tersebut senada dengan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh kedua walikota untuk Bandung dan Bogor yang terus mengembangkan sistem angkutan umum massal. Selain itu, penyebaran pusat kegiatan ekonomi juga menjadi hal yang penting dilakukan dengan tetap memperhatikan tata ruang kota yang ada.
Talkshow Urban Motion ini terbagi ke dalam dua sesi yang dimulai dengan pemaparan makalah kunci tentang inovasi dalam penyelesaian masalah transportasi perkotaan di Indonesia yang disampaikan oleh Ir. Sugihardjo, M.Si selaku Staf Ahli Menteri bidang logistik dan multimoda. Ir. Sugihardjo menyampaikan bahwa sebenarnya akar permasalahan transportasi di perkotaan adalah ketimpangan pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang hanya terpusat di beberapa kota saja. Terlebih lagi, pembangunan infrastruktur dan perencanaan tata ruang kota terlambat dalam menyikapi dinamika sosial ekonomi di kota-kota besar.
Hal ini diamini oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang Republik Indonesia Drs. Ferry Mursyidan Baldan yang menyebutkan bahwa sejatinya masyarakat membutuhkan ruang gerak lebih untuk bisa bermobilisasi. "Moda transportasi bisa kita beli dengan uang, tapi sistem transportasi dan ruang gerak tidak bisa semudah itu kita hadirkan. Oleh karena itu, kementerian ini ada untuk mendesain tata ruang kota yang bisa menyediakan ruang gerak bagi masyarakat. Kunci pelaksanaannya adalah komitmen dan konsistensi program pemerintah pada rencana tata kota yang sudah dibuat," tutur Ferry.
Selanjutnya, sesi kedua menyajikan pembahasan solusi pada sisi implementasi praktis dengan menghadirkan pembicara Achmad Izzul Waro (koordinator GIZ SUTIP), Dr. Bima Arya (Walikota Bogor), dan M. Ridwan Kamil (Walikota Bandung). Dari sisi lembaga non-pemerintah, GIZ Sustainable Urban Transport Improvement Project (SUTIP) bentukan kerjasama Jerman-Indonesia telah merumuskan rekomendasi yang bertumpu pada pengembangan infrastruktur transportasi publik sebagai kunci solusi. Hal tersebut senada dengan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai oleh kedua walikota untuk Bandung dan Bogor yang terus mengembangkan sistem angkutan umum massal. Selain itu, penyebaran pusat kegiatan ekonomi juga menjadi hal yang penting dilakukan dengan tetap memperhatikan tata ruang kota yang ada.