Pada Wisuda Pertama ITB Tahun Akademik 2020/2021

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh,
Salam sejahtera bagi kita semua.

Pertama-tama, dengan rasa syukur dan bangga, saya sampaikan selamat kepada seluruh Wisudawan Program Doktor, Program Magister, Program Profesi Insinyur, serta Program Sarjana, pada prosesi Wisuda Pertama Institut Teknologi Bandung Tahun Akademik 2020/2021.
Gelar yang Saudara raih pada hari ini merupakan hasil dari kerja keras, ketekunan dan keuletan Saudara selama menempuh keseluruhan tahapan studi di ITB, yang tentunya disertai juga dengan dukungan moral dan doa dari keluarga dan kerabat dekat. Dengan menyandang gelar tersebut, kini Saudara mengemban sebuah tanggung jawab yang baru, yaitu memberikan sumbangsih terbaik Saudara kepada masyarakat dan bangsa Indonesia.


Para wisudawan yang saya cintai dan saya banggakan,
Hadirin yang saya hormati,


Pada tahun 2020 ini kita semua menjalani masa-masa yang tidak mudah karena pandemi Covid-19. Sejak awal tahun ini, pandemi tersebut mulai masuk ke dalam kehidupan kita, di saat bagi kebanyakan dari kita, tidak terpikirkan konsekuensi-konsekuensinya. Menyebarluasnya Covid-19 menimbulkan tekanan yang berat di bidang kesehatan. Dengan segala keterbatasan sarana dan prasarana kesehatan, para dokter dan tenaga medis berjuang di garis depan dalam melakukan pertolongan terhadap pasien Covid-19, yang jumlahnya melonjak secara pesat. Hingga hari ini, telah banyak dokter dan tenaga medis, dan bahkan juga tenaga relawan, yang gugur dalam melakukan pertolongan/perawatan bagi pasien Covid-19.


Untuk mengendalikan penyebarluasan Covid-19, Pemerintah Indonesia memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) selama kurun waktu tertentu. Di saat pandemi tidak terkendali, pembatasan sosial/lockdown/karantina merupakan langkah-langkah yang efektif untuk menangani situasi. Tetapi pembatasan sosial tersebut kemudian menimbulkan konsekuensi-konsekuensi lain yang kurang diinginkan, yaitu melambannya berbagai kegiatan ekonomi (economic recession), serta dampak-dampak sosial akibat dari tekanan ekonomi, dan pelaksanaan work from home serta belajar daring di rumah. Banyak dari saudara-saudara kita yang tidak siap untuk melakukan berbagai kegiatan non-domestik di rumah karena keterbatasan sarana/prasarana.


Para wisudawan yang saya cintai dan saya banggakan,
Hadirin yang saya hormati,


Ketika penyebaran Covid-19 mulai terkendali, di kisaran pertengahan tahun ini Pemerintah Indonesia mulai melakukan pelonggaran, dengan menggulirkan kebijakan New Normal atau Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), yang disertai dengan protokol 3M (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak) untuk pencegahan, dan 3T (Tracing, Testing, Treatment) untuk penanganan. Namun demikian, pelonggaran ini tampaknya berakibat munculnya klaster-klaster baru penularan Covid-19. Sejumlah laporan menunjukkan bahwa munculnya klaster-klaster tersebut berkorelasi dengan pelanggaran-pelanggaran terhadap protokol 3M.


Berbagai kajian telah menunjukkan bahwa pelaksanaan protokol 3M secara ketat dan disiplin, adalah langkah yang efektif untuk mencegah penyebaran Covid-19. Sayangnya, masih banyak terjadi pelanggaran terhadap protokol 3M tersebut. Beberapa faktor yang diduga mendorong terjadinya pelanggaran adalah, antara lain: i) anggapan bahwa Covid-19 bukan penyakit yang cepat menular dan berbahaya; dan ii) interaksi sosial secara intensif dan/atau berkerumun.


Ketika kita berinteraksi secara intensif dengan seseorang, kita sering tanpa sadar mendekatkan diri, sehingga posisi tubuh kita menjadi terlalu dekat, atau kurang dari jarak minimal yang aman. Begitu juga dalam kerumunan, di mana banyak orang melakukan berbagai kegiatan di dalam sebuah tempat atau ruangan yang sama, bagi kita akan sulit untuk bisa selalu menjaga jarak yang aman. Selain ini, bagi saudara-saudara kita yang percaya bahwa Covid-19 ini bukanlah penyakit yang berbahaya dan menular, mereka tidak segan-segan untuk melepas masker dan mendekati kita.


Untuk meminimalkan pelanggaran terhadap protokol 3M, tampaknya dibutuhkan cara pandang yang benar terhadap Covid-19, dan pengetahuan tentang faktor-faktor yang dapat membuat kita lengah, dan akhirnya kita melakukan pelanggaran. Dengan perkataan lain, pencegahan penularan Covid-19 membutuhkan perubahan cara pandang dan perilaku.


Berkaitan hal ini, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bersama-sama dengan Satuan Tugas Nasional Penanganan Covid-19 telah menggulirkan program Duta Mahasiswa Perubahan Perilaku. Ini merupakan program dengan misi kemanusian, dengan cara melibatkan para mahasiswa untuk mengupayakan perubahan cara pandang dan perilaku di masyarakat luas.


Para wisudawan yang saya cintai dan saya banggakan,


Sejak awal tahun ini ITB telah mengambil sejumlah langkah kebijakan dengan tujuan untuk: (i) mencegah penyebaran Covid-19 di lingkungan sivitas akademika ITB; dan (ii) berkoordinasi dengan pihak Pemerintah Pusat dan Daerah dalam upaya-upaya pencegahan dan penanganan Covid-19 di lingkungan sosial yang lebih luas. Sebagai bagian dari langkah kebijakan tersebut, ITB mengerahkan sumberdaya yang ada pada Direktorat Sarana Prasarana, Direktorat Pendidikan, Unit Layanan Kesehatan, serta membentuk Satgas Covid-19 ITB. Keseluruhan perangkat kelembagaan tersebut bekerja dengan dikoordinasikan oleh Sekretaris Institut (SI) ITB.


Direktorat Sarana Prasarana berfokus pada penyiapan berbagai komponen sarana/prasarana untuk mendukung pelaksanaan 3M di lingkungan sivitas akademika ITB. Direktorat Pendidikan melakukan pengembangan dan penerapan metode pembelajaran secara daring, yang dimulai sejak bulan Maret yang lalu. UPT Layanan Kesehatan melakukan pengembangan layanan 3T, dengan berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kota Bandung dan instansi-intansi lain yang terkait. Sedangkan Satgas Covid-19 melaksanakan kajian-kajian untuk memastikan efektivitas dari langkah-langkah kebijakan tersebut di atas.


Keseluruhan langkah kebijakan yang ditempuh ITB tersebut diambil untuk melindungi segenap sivitas akademika ITB, yang merupakan aset berharga milik bangsa Indonesia.


Para wisudawan yang saya cintai dan saya banggakan,
Hadirin yang saya hormati,


Covid-19 bukanlah pandemi yang pertama kali melanda dunia. Dalam sejarah tercatat sejumlah pandemi di masa-masa lalu seperti, antara lain, Black Death di abad ke-14, Kolera di tahun 1817, Flu Spanyol (meski bukan berasal dari Spanyol) di tahun abad 1918, Flu Asia di tahun 1951, HIV/AIDS di tahun 1981, dan SARS di tahun 2003. Semua pandemi tersebut menimbulkan korban dalam jumlah yang besar diseluruh dunia, serta menimbulkan dampak ekonomi dan sosial yang signifikan.


Meskipun demikian, sejarah juga membuktikan bahwa berbagai pandemi tersebut menjadi salah satu faktor penting yang memicu dan memacu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang medis dan kesehatan, dan di berbagai bidang lainnya yang terkait. Ilmu pengetahuan dan teknologi justru terpacu untuk berkembang ketika masyarakat manusia dihadapkan pada kesulitan-kesulitan, baik yang diakibatkan oleh pandemi penyakit ataupun bentuk-bentuk bencana yang lainnya, dan perkembangan itu menghasilkan kemajuan peradaban manusia.


Para wisudawan yang saya cintai dan saya banggakan,


Dengan gelar yang Saudara raih, dan kompetensi yang Saudara miliki berkaitan dengan gelar tersebut, tidaklah berlebihan kalau kami katakan bahwa Saudara adalah generasi yang unggul. Saudara telaih berhasil meraih kemampuan yang lebih, meraih intellectual privilege, yang menjadi bekal Saudara untuk mampu merespon permasalahan yang berkembang di masyarakat. Tetapi tentunya kita tidak akan bisa menjawab permasalahan itu secara sendirian saja.


Di dunia nyata, di berbagai lingkungan kerja, kita perlu bisa bekerja dalam tim/kelompok, bertukar gagasan dan saling memahami di antara anggota tim/kelompok, dan melakukan kooperasi serta koordinasi. Hanya dengan cara seperti ini keunggulan yang Saudara miliki dapat menghasilkan sumbangsih yang nyata.


Selain ini, satu hal yang kita bisa belajar dari pandemi Covid-19 ini adalah pentingnya solidaritas, atau sikap saling mendukung (mutual support). Pandemi Covid-19 membuat kita sadar, bahwa kita semua saling-terhubungkan dalam jalinan yang kompleks. Solidaritas memerlukan empati dan kepekaan akan others. Solidaritas diwujudkan dengan cara to take others into account, and bring them into the collective life.


Dengan kebersamaan, empati, dan solidaritas, saya percaya kita akan bisa menghadapi dan mengatasi situasi sulit saat ini. Dan kalau kita bisa melalui masa sulit ini dengan kebersamaan, maka dengan kebersamaan itu pula kita bisa mencapai kemajuan-kemajuan ketika masa sulit ini sudah berlalu.


Mari kita mulai kebersamaan dan solidaritas tersebut dengan turut menyampaikan kepada orang-orang terdekat kita, cara pandang dan perilaku yang benar untuk mencegah penyebaran Covid-19. Pencegahan penyebaran Covid-19 secara efektif akan meringankan beban saudara-saudara kita para dokter dan tenaga medis, dan mempercepat berlalunya masa sulit yang kita tengah hadapi ini.
Sekali lagi saya ucapkan selamat atas selesainya studi Saudara di Institut Teknologi Bandung, almamater tercinta. Saya sampaikan terima kasih kepada para orang tua, yang telah memercayakan putra-putrinya kepada kami, dan menempuh pendidikan di ITB. Saya berharap Saudara dapat terus berkarya dan berpikiran maju, serta senantiasa memiliki semangat leadership, solidaritas, dan memberikan sumbangsih yang nyata bagi masyarakat.


Izinkan saya menutup pidato ini dengan memanjatkan doa, “Ya Allah, ajarkanlah kami hal-hal yang bermanfaat, berilah manfaat kepada kami atas segala yang Engkau ajarkan, dan tambahkanlah ilmu kepada kami. Aamiin Ya Rabbal Alamin.”


Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Bandung, 24 Oktober 2020


Prof. Reini Wirahadikusumah, Ph.D.
Rektor Institut Teknologi Bandung